“Aku tinggalkan dua pusaka,yaitu Al qur’an dan anak cucuku (Keluarga Nabi Muhammad SAW)."
Habaib
Habaib atau Syarif dahulu kala disebut dengan panggilan Sunan, yang dijuluki untuk Wali Songo khususnya di negeri Indonesia kita ini. Habaib adalah cucu keturunan Nabi Muhammad SAW dari anak putri Nabi Muhammad SAW yang bernama Sayyidatina Fatimah. Sebagaimana yang tertera di dalam sabda Nabi Muhammad SAW berikut ini :
“Semua nasab itu dari laki-laki, kecuali nasab ku dari Fatimah putriku”
Lalu dari hasil pernikahan Sayyidatina Fatimah dengan Sayidina Ali ra, lahirlah 2 orang putra yang bernama Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein, dan dari keduanya memiliki keturunan sampai hari Kiamat. Dari garis keturunan Sayyidina Hasan yang dikenal keturunannya yaitu Tuan Syekh Abdul Qadir Al Jailani, serta dari garis keturunan Sayyidina Husein seperti diantaranya disebut dengan Syekh Abu Bakar Assegaf, Al Haddad, Al Idrus, Al Atthos, dan masih banyak lagi yang lainnya, mereka semua itu disebut dengan Habaib.
Habaib adalah penerus mutlak cucu Nabi Muhammad SAW, Habaib di seluruh dunia ini diakui ilmunya yang rata-rata beliau berasal dari Negeri Yaman. Ilmu-ilmu beliau banyak dan cepat diterima oleh masyarakat dunia, khususnya di negeri indonesia. Di Hadromut (Yaman Selatan) kita mengenal Al Habib Abdullah Bin Alwi Al Haddad, yang mana kitab karangan beliau ini banyak digunakan oleh para ulama dari seluruh penjuru dunia khususnya di Indonesia. Kitab karangan beliau yang sering kita jumpai dan kita kenal adalah Nasahdiniyah yang artinya nasihat-nasihat agama. Begitu banyak ilmu-ilmu Rosululloh SAW yang dikarang oleh para habaib yang berdasarkan kepada Al-Qur’an dan hadits-hadits. Ketahuilah mencintai mereka para habaib adalah wajib dan haram hukumnya membenci mereka sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :
”Barangsiapa yang mencintai keluargaku maka wajib bersamaku di dalam syurga dan barang siapa yang membenci keluargaku maka haram baginya mendapatkan syafa’atku nanti di hari kiamat”
Ingatlah mereka para habaib bagaikan bintang-bintang tanda aman ahli langit dan keluarga Nabi Muhammad SAW adalah tanda pangaman untuk ummatnya, maka kita tidak aneh bila ada para habaib pengikut mereka atau pencinta mereka makin bertambah di seluruh penjuru dunia karena mereka adalah karunia yang besar untuk ummat Nabi Muhammad SAW sebagai jalan menuju ridho Allah SWT dan tiada jalan yang lebih baik kecuali jalannya para habaib yang mengikuti kakek moyang beliau dan salaf-salaf beliau yang terpancar kebenarannya di muka bumi ini.
Sabtu, Juli 26, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5 komentar:
Siapa Ulama Penerus Nabi Muhammad SAW ?
oleh : Administrator, 24 Mei 2008
Allah SWT Berfirman : “Aku akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu”. Nabi SAW bersabda : “Ulama adalah pewaris-pewaris Rasulullah SAW”
Siapa ulama penerus Nabi Muhammad SAW?
Di dalam Al-Qur`an dan Hadits di atas banyak pendapat bahwa Ulama adalah penerus Nabi Muhammad SAW yang diteruskan oleh sahabat-sahabatnya, diantaranya :
1. Sayyidina Abubakar Assiddiq RA
2. Sayyidina Umar bin Khatab RA
3. Sayyidina Ustman bin Affan RA
4. Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA
Setelah kewafatan para sahabat periwayat-periwayat hadits dan Al-Qur`an diteruskan oleh para ulama, diantaranya :
1. Imam Maliki
2. Imam Hambali
3. Imam Syafi`i
4. Imam Hanafi
Seluruh Imam ini penerus Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan tentang Allah dan Rasulullah SAW. Sampai hari ini, ajaran merekapun dilanjutkan oleh pengikut-pengikut mereka. Terutama di negeri kita Indonesia kebanyakan pengikut Imam Syafi`i.
Siapa Imam Syafi`i?
Beliau seorang ahli Fiqih, Tauhid dan Tasawuf. Hampir kurang lebih 150 Fak ilmu beliau kuasai. Karena kepintarannya beliau dijuluki Imam. Ajaran beliau di Indonesia khususnya mengajak kepada umat Rasulullah SAW untuk :
1. Tawakal (Menyerahkan diri kepada Allah SWT)
2. Qana`ah (Menerima sifat seadanya yang datang dari Allah SWT)
3. Wara’ (Berhati-hati didalam menjalankan agama)
4. Yakin (Percaya kepada Allah SWT dan apa-apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW)
Beliau menceritakan tentang Tawakal dalam kitab Tauhidnya, Qana`ah dalam kitab Fiqihnya, Wara' dalam kitab Tasawufnya dan Yakin dalam kitab Dzikirnya. Kesemua ini ilmu-ilmu beliau digunakan oleh para Wali-Wali Songo yang ada di Indonesia dan dibawa olehnya, diantara dzikir-dzikir yang dibawa oleh Imam Syafi`i dan para Wali Songo yang diteruskan olehnya :
1. Pembacaan Dzikir-dzikir shalat sunah maupun shalat wajib.
2. Pembacaan sejarah ringkas Nabi Muhammad SAW
Ajaran beliau diterima oleh seluruh rakyat Indonesia yang dibawa oleh para Wali Songo sampai ajaran ini dinamakan Ahlu Sunnah Wal Jama`ah yang diteruskan oleh Ulama-Ulama, Kyai dan para Habaib pada tahun 600 Hijriyah.
Ulama-ulama, kyai diseluruh Indonesia yang ber-Mahzab Imam Syafi`i menyebar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi khususnya kota Jakarta bersama para Habaib. Jadi ajaran Imam Syafi`I telah lebih dahulu masuk ke negeri Indonesia sebelum ajaran-ajaran lain yang sudah demikian banyak di negeri Indonesia ini. Ajaran Imam Syafi`i lebih dikenal dekat oleh masyarakat dalam bentuk :
1. Pembacaan Yasin dan Tahlil
2. Pembacaan Ratib
3. Pembacaan Maulid
4. Pembacaan Manaqib Tuan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
5. Majlis-majlis ta`lim kitab kuning (penafsiran Al-Qur`an dan Hadits)
6. Memakai Usholi jika shalat
7. Memakai Qunut jika shalat Shubuh.
Dan masih banyak lagi yang lain yang berdasarkan Al-Qur`an dan Hadits Rasulullah SAW yang beliau bawa. Maka inilah yang disebut penerus-penerus ulama Rasulullah SAW yang wajib kita sebagai umat Islam tidak terpecah belah, ajaran-ajaran yang baru yang akan melupakan kita kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW dan para ulama yang membawa jasa seperti Imam Syafi`i dan para Wali Songo.
Demikianlah pengertian ulama-ulama Rasulullah yang wajib kita contohi dan kita ikuti agar kita selamat dari azab Allah SWT dan azab yang ada di dunia dan di akherat. Jadikanlah perbedaan itu bukan perpecahan karena Nabi SAW bersabda : “Apabila diakhir hayatnya manusia mengucapkan kalimat Laa IlahaIlallah maka dia terhitung manusia yang diridhoi Allah dalam khusnul khotimah”. Karena Allah SWT berfirman : ”Tidak ada pemaksaan di dalam agama”
Ummat Islam harus waspada terhadap hasutan dan usaha-usaha (sisa-sisa usaha) penjajah dan antek-antek Yahudi yang tidak menyenangi/ menghendaki kebesaran Islam dan Muslimin dan berupaya menghancurkan serta menghapuskan kawan-kawan Muslimin yang menjadi tujuan serta program dari mereka (Yahudi), Allah SWT berfirman : “Dan tidak akan pernah ridho orang-orang Yahudi dan Nasrani sampai kita mengikuti agama mereka”(QS Al-Baqarah 120). Dengan bermacam-macam dan berganti-ganti cara serta berusaha menunggangi/ memperalat orang Islam itu sendiri untuk memutuskan jalur silaturahmi ummat dengan Nabinya, Ulamanya dan Pemimpinnya baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.
Himbauan :
Carilah jalan yang telah bersambung kepada Al-Qur`an, Hadits, Ijma' dan Kias (contoh-contoh agama), melalui silsilah atau urutan ilmu yang tidak terputus dari Shalafuna Sholeh hingga kepada Rasulullah SAW, maka niscaya kita akan selamat di dunia dan di akhirat.
Apa Ahlussunnah Wal Jama’ah ?
oleh : Administrator, 09 Mei 2008
Ahlusunnah wal jama’ah adalah salah satu jalan pendekatan diri kepada Allah SWT yang perpegang kepada 4 (empat) :
1. Al-Qur’an
2. Hadits
3. Ijma’
4. Qiyas
Arti Ahlussunnah wal jama’ah itu sendiri diambil dari Hadits Rasulullah SAW yang beliau sabdakan :
“Islam akan menjadi terbagi menjadi 73 golongan, satu golongan yang masuk surga tanpa di hisab”, sahabat berkata : siapakah golongan tersebut ya Rasulullah ?, Nabi bersabda : “ Ahlussunnah wal jama’ah“.
Yang kita tanyakan, apa itu Ahlussunnah wal jama’ah ?
Semua golongan mengaku dirinya Ahlussunnah tetapi sebenarnya mereka bukan Ahlussunnah wal jama’ah karena banyak hal-hal yang mereka langgar yang mereka jalankan di dalam ajaran agama Islam, tetapi tetap mereka mengakui diri mereka yang benar. Sebenarnya kita harus mengetahui apa yang kita pelajari di dalam agama Islam atau yang kita amalkan di dalam Islam maka kita akan mengetahui kebenarannya di dalam ajaran Ahlussunnah wal jama’ah. Allah SWT telah mengucapkan di dalam surat Al Fatihah pada ayat yang 5 dan ayat yang ke 6, Allah SWT mengucapkan di dalam ayat yang ke 5 jalan yang lurus dan pada ayat yang ke 6 jalan-jalan mereka, yang kita tanyakan siapa mereka-mereka itu ?
Ulama Ahlussunnah wal jama’ah mereka bersepakat :
1. Mereka adalah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat-sahabatnya
2. Penerus sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang dinamakan Tabi’in
3. Tabi’-tabi’in adalah pengikut yang mengikuti orang yang belajar kepada
sahabat Rasulullah SAW.
4. Dan para ulama sholihin.
Yang ditanyakan siapa mereka para ulama sholihin itu ?
Ulama sholihin adalah ulama-ulama yang mengikuti jejak mereka di atas yang 3 dan ulama ini sangat banyak sekali di muka bumi maka mereka menamai dirinya atau golongannya dengan nama “Ahlussunnah wal jama’ah ”.
Apa yang mereka ajarkan ?
Kita akan mengenalkan mereka dengan kitab-kitabnya yang telah tersebar luas di dunia seperti Imam Ghozali, Imam Syafi’i, Imam Hambali, Imam Hanafi, Imam Maliki dan banyak daripada itu pula dari keturunan Rasulullah SAW yang menamai julukan mereka habaib atau habib, diantara mereka adalah Al habib Abdullah Bin Alwi Al Haddad yang satu diantara karangannya adalah Nashoihuddiyyah dan banyak lagi yang lainnya.
Cara-cara mereka akan lebih dekat kita kenal dengan amalan-amalan mereka yang sering kita dapati di tiap-tiap wilayah diantaranya mereka mendirikan perkumpulan dengan pembacaan sejarah Nabi Muhammad SAW yang dinamakan dengan “Maulid” dan pembacaan Do`a Qunut, Tahlil, Ratib, Ziarah Kubur, Pengadaan Haul para Aulia, Ini diantara amalan-amalan Ahli Sunah Wal Jama`ah.
Maka jika dijelaskan sangat panjang, silahkan anda membaca kitab/buku-buku yang dikarang oleh mereka dari karangan-karangan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits-hadits Rasulullah SAW, kita akan mengetahui kebenaran ilmu mereka maka kita harus prihatin di zaman ini banyak sekali golongan-golongan yang akan menyesatkan umat manusia karena kebodohan dan kurangnya pengertian jalan yang mereka ikuti sehingga mereka terjerumus kedalam jalan golongan-golongan yang sesat, maka berhati-hatilah membawa diri kita dan keluarga kita agar kita tidak terjerumus kedalam golongan yang tidak ada jaminan dari Rasulullah SAW.
Jadwal haul
No Nama Habaib Bulan Tempat
1 Al-Habib Hasan Bin Muhammad Al-Hadad Shafar Minggu Terakhir Kota, Jakarta Utara
2 Al-Habib Abdul Qadir Bin Alwi Assegaf Rabiul Awal, Minggu Pertama Tuban
3 Al-Habib Abdul Qodir Bin Ahmad Bilfaqih Jumadil Akhir, Minggu Terakhir Alun-alun, Malang
4 Al-Habib Abdullah Bin Abdul Qodir Bilfaqih Jumadil Akhir, Minggu Terakhir Alun-alun, Malang
5 Al-Habib Abdullah Bin Ali Al-Haddad 27 Shafar Bangil, Pasuruan
6 Al-Habib Abdullah Bin Muchsin Al-Atthas Rabiul Awal, Rabu Terakhir Empang, Bogor
7 Al-Habib Abubakar Bin Husein Assegaf 27 Muharram Bangil, Pasuruan
8 Al-Habib Abubakar Bin Syofi Al-Habsyi 22 Rabiul Tsani Ampel, Surabaya
9 Al-Habib Ahmad Al-Haddad Rabiul Awal Kalibata, Jakarta Selatan
10 Al-Habib Ahmad Bin Abdullah Al-Aydrus Jumadil Akhir, Minggu Pertama Benhil, Jakarta Pusat
11 Al-Habib Ali Bin Abdulrahman Al-Habsyi Rabiul Awal, Rabu Terakhir Kwitang, Jakarta Pusat
12 Al-Habib Ali Bin Husein Al-Atthas Rabiul Awal, Selasa Terakhir Buluh Condet , Jakarta
13 Al-Habib Ali Bin Muhammad Al-Habsyi (Simthuduror) 20 Rabiul Tsani Gurawan, Solo
14 Al-Habib Alwi Bin Salim Al-Aydrus 23 Rabiul Tsani Tanjung, Malang
15 Al-Habib Hadi Bin Abdullah Al-Haddar Minggu, 1 Muharram Lateng, Banyuwangi
16 Al-Habib Husein Bin Hadi Al-Hamid 12 Shafar Brani, Probolinggo
17 Al-Habib Husein Bin Muhammad Al-Haddad Jumadil Akhir, Sabtu Ketiga Ampel, Surabaya
18 Al-Habib Idrus Bin Abubakar Al-Habsyi 22 Rabiul Tsani Ampel, Surabaya
19 Al-Habib Ja’far Bin Syekhon Assegaf Jumadil Akhir, Minggu Ketiga Masjid Jami’, Pasuruan
20 Al-Habib Muchsin Bin Muhammad Al-Atthas Rabiul Awal, Sabtu Pagi Alhawi Condet, Jakarta
21 Al-Habib Muhammad Bin Husein Al-Aydrus Jumadil Awal, Kamis Terakhir Ketapang Kecil, Surabaya
22 Al-Habib Muhammad Bin Idrul Al-Habsyi 22 Rabiul Tsani Ampel, Surabaya
23 Al-Habib Muhammad Bin Thohir Ba’bud Rajab, Minggu Pertama Ds.Paleng Ploso, Kediri
24 Al-Habib Muhdor Bin Muhammad Al-Muhdor 29 Rajab Bondowoso
25 Al-Habib Salim Bin Ahmad Bin Zindan Rabiul Awal, Senin Sore Otista, Jakarta Timur
26 Al-Habib Syeh Bin Salim Al-Atthas 27 Rajab Tipar, Sukabumi
27 Al-Habib Umar Bin Abdulrahman Al-Atthas 23 Rabiul Tsani Petamburan, Jakarta
28 Al-Habib Umar Bin Hud Al-Atthas 29 Rabiul Tsani Cipayung, Jawa Barat
29 AlHabib Muhammad Bin Ahmad Al-Muhdhor 22 Rabiul Tsani Ampel, Surabaya
30 Fakhrul Wujud Syekh Abubakar Bin Syalim Muharram Cidodol, Jakarta Selatan
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Keturunan Rasulullah SAW bisa berarti sangat luas, termasuk para habaib juga termasuk di dalamnya. Sebenarnya mereka berasal dari Yaman, bukan dari Makkah atau Madinah.
Bahkan para pemeluk syiah di Iran, Lebanon dan lainnya pun termasuk keturunan beliau SAW.
Klaim-klaim seperti itu boleh boleh saja, tidak ada yang melarangnya. Asalkan masing-masing bisa mempertanggung-jawabkannya, baik kepada sesama manusia, apalagi kepada Allah.
Kita tidak perlu menghujat atau melecehkan mereka yang mengaku sebagai keturunan Nabi, sebab siapa tahu memang benar. Dan kalau ternyata salah, tentu saja mereka harus mempertanggung-jawabkannya.
Yang lebih penting untuk diingat, meski punya derajat tersendiri dan status sosial yang khusus di tengah masyarakat Islam, namun dalam pandangan hukum dan syariah, tidak ada bedanya antara keturunan nabi atau bukan.
Tidak pernah ada misalnya, kalau keturunan nabi lantas punya fasilitas untuk boleh tidak shalat, tidak puasa Ramadhan, boleh tidak bayar zakat atau tidak wajib mengerjakan haji. Itu tidak berlaku.
Seorang anak habib juga tetap terkena larangan-larangan yang berlaku buat anak Paijo dan Paimin yang orang Jawa koek. Anak habib tetap diharamkan membuka aurat, mencuri, menipu, berzina, membunuh, berbohong, minum khamar dan semua larangan yang berlaku untuk semua muslim.
Kalau ada anak habib mengaku keturunan nabi Muhammad SAW yang ke-100 misalnya, tetapi kelakuannya lebih mirip keturunan Abu Jahal, maka selain berdosa, dia juga telah mempermalukan diri Rasulullah SAW secara pribadi dan langsung.
Kalau ada tokoh yang disegani mengaku keturunan nabi, tetapi doyan menjalankan hal-hal syirik, berpraktek seperti dukun, menggunakan jin dan segala hal yang berbau syirik, maka dia bukan keturunan nabi lagi. Orang seperti ini tidak perlu dihormati, sebab dia telah menipu orang lain.
Kalau ada orang yang mengaku sebagai keturunan arab, hidung mancung, rambut keriting, lengkap dengan nama keluarganya yang nasabnya bersambung kepada nabi Muhammad SAW, tetapi pekerjaannya mencela orang, mencari-cari kesalahan orang, memaki, menghujat, menuduh kafir atau ahli bid'ah, maka orang seperti ini telah mencaci maki diri sendiri.
Kalau ada kelompok mengaku sebagai ahli bait Rasulullah SAW, tetapi ingkar kepada hadits-hadits nabawi, mencaci maki para shahabat nabi, wabil khusus Abu Bakar, Umar dan Utsman radhiyallahu 'anhum, maka mereka bukan ahlul bait. Sebab belum pernah ada ahlul bait di zaman ketiga khalifah ini hidup yang mencaci maki para shahabat nabi yang mulia.
Yang kerjanya mencaci maki para shahabat yang mulia adalah kalangan zindiq yang berasal dari keturunan Persia, mereka terpaksa masuk ISlam setelah kerajaan mereka ditumbangkan oleh para pahlawan Islam. Di dalam keIslamanan mereka yang pura-pura itulah mereka memainkan peran busuk dan kotor, yaitu menghasud umat Islam sambil mengobarkan api kebencian. Sehingga terjadilah perang Jamal dan Shiffin serta fitnah kubro yang sempat mencoreng sejarah.
Lalu muncul kalangan yang menyimpang dari manhaj yang lurus, kerjanya memaki-maki para shahabat nabi serta memuja-muja ahlul bait. Kemudian berkembang membuat aliran aqidah sendiri yang menyimpang jauh dari apa yang diajarkan oleh Rasululah SAW. Mereka ingkar kepada Al-Quran dan membuat mushaf sendiri. Sampai mereka mengklaim bahwa Jibril salah menurunkan wahyu, seharusnya kepada Ali bin Abi Thalib dan bukan kepada Muhammad, nauzdu billahi min zalik.
Wallahi, mereka bukan keturunan nabi SAW. Mereka adalah para zindiq yang menyamar menjadi muslim. Siapa pun yang berkelakuan seperti ini, mereka pasti bukan keturunan nabi Muhammad SAW.
Bahkan meski anak kandung seorang nabi langsung, namun bila kelakuannya justru bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh sang nabi, maka dia dianggap bukan keturunan nabi. Persis seperti pernyataan Allah SWT kepada anak kandung nabi Nuh alaihissalam yang durhaka.
Allah berfirman, "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, sesungguhnya nya perbuatan yang tidak baik."(QS. Huud: 47)
Tetapi kalau ada seorang alim yang ilmunya mendalam dan luas, kemampuannya dalam ilmu syariah, tafsir, hadits dan lainnya diakui dunia international, kebetulan secara nasab beliau dinisbahkan kepada sulalah (keturunan) nabi Muhammad SAW, maka wajiblah kita menghormatinya. Pertama, kita menghormati ilmunya. Kedua, kita menghormati keturunannya.
Ulama betawi di zaman dahulu berguru dan mengaji kepada para ulama besar yang kebetulan memang keturunan nabi. Bukan semata-mata keturunannya, tetapi karena ilmunya. Habib-habib di Kwitang adalah salah satu yang bisa kita sebut sebagai soko guru, sumber pertama, sanad awal dari ajaran-ajaran agama Islam yang berkembang di Jakarta dan sekitarnya.
Saat itu, habib di Kwitang bukan sekedar orang yang mengaku anak keturunan nabi, tetapi beliau punya ilmu yang dalam dan luas. Kepada beliau, para kiyai dan ulama se Jakarta belajar. Ilmunya berkah dan kemudian berkembang menjadi ribuan majelis taklim, madrasah, pesantren serta ribuan masjid se Jakarta. Itulah tipologi keturunan nabi yang lurus, berkah dan benar.
Tetapi keturunan arab yang jadi bandarjudi, preman pasar, jagoan alkohol, tukang palak, tukang tipu, makelar tanah dan sebagainya juga banyak. Mereka seharusnya malu kalau mengaku-ngaku sebagai anak keturunan nabi.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Dari semua informasi tentang habib yang anda sebutkan, yang sudah pasti salah dan batil adalah yang terakhir, yaitu kepastian bahwa setiap habib pasti masuk surga.
Kepercayaan ini batil dan sanat fatal kalau sampai dijadikan keyakinan. Karena dalam aqidah ahlusunnah wal jamaah, yang makshum dan pasti masuk surga hanya nabi dan rasul saja. Karena para nabi dan rasul mendapat wahyu dari Allah SWT serta penjagaan ilahiyah, yang akan menjadi pengonntrol apabila akan melakukan kesalahan.
Sedangkan keluarga nabi baik isteri beliau maupun anak dan menantunya tidak mendapat wahyu, maka tidak mendapatkan penjagaan ilahiyah. Maka mereka tidak makshum. Dan karena tidak makshum, maka tidak ada jaminan untuk masuk surga.
Kecuali Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu yang secara pribadi, bukan anak keturunannya, telah dikabarkan oleh Rasulullah SAW sebagai salah satu dari 10 orang shahabat yang dib eri kabar gembira akan masuk surga.
Menghormati Ahlul Bait
Menghormati dan memuliakan ahlul bait, memang tidak salah bahkan diperintahkan oleh Al-Quran.
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. Al-Ahzab: 33)
Namun yang menjadi masalah, siapakah yang dimaksud dengan ahlul bait? Apakah isteri-isteri nabi ataukah Ali, Fatimah, Hasan, Husein dan anak keturunannya?
Kalau kita baca ayat di atas, lafadz ayat itu ditujukan kepada isteri-isteri nabi SAW. Mereka diminta untuk menetap di dalam rumah, tidak berhias, shalat, zakat dan mentaati Allah dan Rasul-Nya.
Lalu apakah para habaib itu termasuk ahlul bait?
Ada sekian banyak versi jawaban. Ada yang membenarkan dan ada juga yang menolaknya.
Buat mereka yang membenarkan, maka para habaib dan syarifah itu kemudian diperlakukan sedemikian rupa, yang intinya ingin memberikan penghormatan. Bahkan terkadang sampai terlewat lalu mengklaim merekasebagai makshum dijamin masuk surga.
Kalau sekedar menghormati dalam arti mencium tangan dan memuliakannya dengan memberi hadiah, rasanya masih bisa ditolelir. Karena untuk budaya sebagian masyarakat tertentu, mencium tangan orang dimuliakan memang sering kita lihat. Lagian tidak ada nash yang melarang kita mencium tangan orang yang kita muliakan dan kita cintai.
Akan tetapi kalau sudah sampai mengkultuskan habaib dan syarifah, seolah-olah mereka itu tidak mungkin melakukan dosa dan pasti masuk surga, maka cara berpikir seperti ini sesat dan menyesatkan. Dan para habaib sendiri juga menentang cara berpikir seperti ini.
Habaib dan Betawi
Budaya memuliakan para habaib akan lebih terasa di kalangan betawi. Sampai bekas minum mereka pun dianggap ada keberkahkahannya. Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Penyebabnya sederhana saja. Sejak dahulu orang betawi punya pola hidup yang agak berbeda dengan suku lain. Mereka sangat dekat dengan ajaran Islam dan para pengajar agama. Kebetulan di masa lalu, para pengajar agama adalah para habaib itu. Masjid Kwitang dan madrasah Jamiat Khair Tenabang adalah situs yang bisa disebut sebagai sumber pengajaran agama Islam bagi orang betawi. Dan keduanya dipimpin oleh para habaib.
Jadi ketika orang betawi mencium tangan habib bolak-balik, mereka sedang menghormati guru mereka. Karena berkat guru itulah mereka jadi kenal agama Islam. Dan ajaran menghormati guru memang sangat kuat dan lekat.
Pola pandang seperti ini sebenarnya sah-sah saja. Di mana-mana murid memang harus hormat dan memuliakan gurunya.
Yang jadi masalah adalah kesalah-kaprahan orang di zaman sekarang yang memandang semua habib pasti orang berilmu dan berhak menjadi guru. Yang benar adalah bahwa sebagian dari habaib itu memang ada yang punya ilmu agama yang luas dan mendalam, tetapi sebagian besarnya justru tidak pernah belajar agama. Mereka adalah orang bodoh yang tidak punya ilmu tapi mengandalkan kehabiban dan keawaman umat saja. Akibatnya, banyak umat yang terkecoh dengan masalah ini.
Maka bila seorang habib memang ahli dalam ilmu syariah, katakanlah doktor di bidang ilmu syariah, atau ilmu hadits, atau ilmu tafsir, punya karya yang banyak, wajar bila kita hormati beliau dan kita muliakan.
Ekspresi rasa hormat pun tidak harus dengan cara-cara yang aneh, seperti minum dari gelas bekas minumnya. Atau mencium tangannya bolak-balik. Tapi hormatilah mereka sebagaimana umumnya kita menghormati para ustadz, guru dan ahli agama.
Habib Ali Kwitang
Salah satu dari kalangan habib yang sangat dihormati di Jakarta adalah Al-Habib Ali Alhabsyi (20 April 1870 - Juni 1968). Beliau dahulu tinggal di bilangan Kwitang Jakarta.
Habib Ali, yang selama hidupnya hampir tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah, termasuk ikut mendorong Syarikat Islam yang dipimpin HOS Cokroaminoato. Karena itu, beliau bersahabat dengan Haji Agus Salim, dan pernah bersama-sama dipenjarakan pada masa pendudukan Jepang.
Dalam rangka prinsip ukhuwah Islamiyah, karenanya di majelis-majelis taklim warga Betawi seperti dianjurkan Habib Ali, hampir tidak ada di antara mereka yang membesar-besarkan perbedaan, apalagi kalau perbedaan itu dalam masalah khilafiah.
Selain ahli dalam menyampaikan dakwah, beliau juga terkenal dengan akhlaknya tinggi, baik terhadap kawan maupun terhadap orang yang tidak suka kepadanya. Semuanya dihadapinya dengan ramah-tamah dan sopan santun yang tinggi.
Jika kita lewat ke Kelurahan Kwitang, Jakarta Pusat, setiap Ahad pukul 06.00 hingga 10.00 pagi, kita akan lihat kerumunan orang, setidaknya sekitar 20 ribu hingga 30 ribu orang. Dan jumlahnya bertambah lebih dari dua kali biasanya kalau lagi ada even tertentu.
Kwitang, salah satu kampung tua di Jakarta, dalam waktu-waktu itu biasa didatangi para jamaah dari Jabotabek. Mereka umumnya berasal dari Mampang, Buncit, Kemang, Ragunan, Pedurenan, Kebayoran Lama, Depok, Bojonggede, dan sekitarnya.
Majelis Taklim Kwitang, boleh dikatakan sebagai majelis taklim tertua di Jakarta. Kelompok ini telah berdiri sejak seabad lalu. Pendirinya adalah Habib Ali Alhabsji. Warga Betawi menyebutnya sebagai Habib Ali Kwitang.
Setelah Habib Ali meninggal, murid-muridnya seperti KH Abdullah Syafiie dan KH Tohir Rohili masing-masing mendirikan Majelis Taklim Syafiiyah, di Bali Matraman, Jakarta Selatan, dan Tohiriah di Jl Kampung Melayu Besar, Jakarta Selatan.
Kedua majelis taklim ini telah berkembang demikian rupa sehingga memiliki perguruan Islam, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Karena punya akar yang sama, tiga majelis ini (Kwitang, Syafiiyah, dan Tahiriyah) selalu merujuk kitab an Nasaih ad-Diniyah karangan Habib Abdullah Alhadad, seorang sufi terkenal dari Hadramaut, Yaman Selatan. Ratibnya hingga kini dikenal dengan sebutan Ratib Haddad.
Menurut KH Abdul Rasyid AS, putra almarhum KH Abdullah Syafi'ie yang kini memimpin Majelis Taklim Asy-Syafi'iyah, sekalipun kitab kuning ini telah berusia 300 tahun, tapi masalah yang diangkat masih tetap relevan dan aktual saat ini.
Habib Ali memiliki banyak murid orang Betawi, termasuk KH Noer Ali, ulama dan tokoh pejuang dari Bekasi, karena pernah memiliki madrasah Unwanul Falah.
Madrasah Islam dengan sistem kelas didirikan pada tahun 1918, dan letaknya di Jl Kramat Kwirang II, berdekatan dengan Masjid Al-Riyadh, Kwitang. Untuk pertama kali waktu itu, madrasah ini juga terbuka untuk murid-murid wanita, sekalipun tempat duduknya dipisahkan dengan murid pria.
Ratusan di antara murid-murid sekolah ini, kemudian menjadi da'i terkemuka, dan banyak yang memimpin pesantren, termasuk Al-Awwabin pimpinan KH Abdurahman Nawi di Depok, dan Tebet, Jakarta Selatan.
Habib di Wikipedia
Kalau kita buka wikipedia, kita akan menemukan informasi bahwa Indonesia merupakan negeri muslim terbanyak yang terdapat habib yaitu sebanyak 2 juta, sedangkan yang masih hidup 1, 2 juta. Sementara di seluruh dunia tercatat 20 juta habib (muhibbin) yang terbagi 114 marga.
Hanya keturunan laki-laki saja yang berhak menyandang gelar habib. Organisasi yang melakukan pencatatan para habib ini adalah ar-Rabithah yang semula berpusat di Hadramaut, tempat di mana 80 keluarga habib semula berhijrah dari kota Mekah.
Sekarang ar-Rabithah telah memindahkan pusat kegiatannya di Tanah Abang, Jakarta, karena Indonesia, negara yang terbanyak memiliki para habib.
Salah satu di antara pengurusnya adalah Habib Rizik Syihab, pimpinan FPI (Front Pembela Islam) yang kini sedang didzhalimi oleh konspirasi zionisme international.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Poskan Komentar Di: Rabithah Alawiyah Jember
Visi dan Misi
AZAS, VISI, MISI dan TUJUAN, Dalam Anggaran Dasar telah dinyatakan bahwa organisasi ini mempunyai Azas, Visi, Misi dan Tujuan sebagaimana ditetapkan dalam Muktamar,yaitu:
• Azas
Rabithah Alawiyah dibangun dengan azas Islam yaitu berpegang kepada Alquran dan Sunnah Rasul Muhammad SAW, sebagai kelanjutan dari apa yang diwariskan oleh tokoh Alawiyin pendiri Arrabitatoel al-Alawijah, sesuai dengan Thariqah Alawiyah. Menerima Pancasila sebagai azas Negara RI.
• Visi
Menjadi wadah penggerak dan pemersartu Alawiyin di Indonesia.
• Misi
Membina Ukhuwah Islamiyah, meningkatkan kesadaran dan peran serta Alawiyin dalam kehidupan bermasyarakat , menciptakan kader - kader Alawiyin sebagai insan dan pemimpin yang berakhlaqul karimah, menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
• Tujuan
Meningkatkan kesejahteraan lahir batin Ummat Islam Indonesia umumnya dan Keluarga Alawiyin khususnya.
Susunan Pengurus
SUSUNAN KEPENGURUSAN
RABITHAH ALAWIYAH PERIODE 2006-2011
Dewan Penasehat
Ketua : Hb. Abdurrahman Syech Alatas
Anggota :
- Hb. Dr. Syechan Syaukat Syahab
- Hb. Umar Muhammad Muclahela
- Hb. Dr. Quraisy Syahab
- Hb. Husein Ali Alatas
- Hb. Ali Abdurrahman Assegaf
- Hb. Abdurrahman Muhammad Al-Habsyi
- Hb. Abdul Kadir Muhammad Al-Haddad
- Hb. Dr. Salim segaf Al-Jufri
- Hb. Muhammad Assegaf, SH.
Dewan Pengawas
Ketua : Muhsein Muhdhor Khamur
Wakil Ketua : Kadzim Salim Al-Hiyed
Anggota :
- Ja'far Al-Haddar
- Ahmad AR. Massawa
- Muhammad Husein Assegaf
- Ketua Jamiat Kheir
- Ketua Daarul Aitam
Dewan Pengurus
Ketua Umum : Zen Umar Smith
Wakil Ketua Umum : Muhsin Idrus Al-Hamid
Ketua : Muhammad Rizik Syahab
Ketua : Ahmad Abdullah Al-Kaff
Ketua : Ahmad Fahmi Assegaf
Ketua : Ismet Abdullah Al-Habsyi
Sekretaris Umum : Umar Ali Az-Zahir
Wakil Sekum : Idrus Alwi Al-Masyhur
Bendahara Umum : Abdulkadir Abdullah Assegaf
Wakil Bend. Umum : Ahmad Umar Muclahela
Bidang Pemberdayaan Usaha :
- Ahmad Riyadh Al-Khiyed
- Naufal Ali Bilfaqih
Bidang Kesejahteraan dan Sosial :
- Abubakar Umar Alaydrus
- Husein Muhammad Al-Hamid
Bidang Pemberdayaan Pemuda Dan Wanita :
- Abdurrahman Alaydrus
Bidang Informasi dan komunikasi :
- Faisal Assegaf
Bidang Organisasi :
- AbdurrahmanAK. Basurrah
Bidang Pendidikan :
- Muhammad Anis Syahab
- Muhammad Idrus Al-Hamid
- Toha Hasan Al-Habsyi
Bidang Dakwah :
- Jindan Naufal Djindan
- Muhammad Vad'aq
- Muhammad Ridho bin Yahya
Program Kerja
I) Maktab Daimi
1.1.Upaya menjadikan Maktab Addaimi satu-satunya lembaga nasab Alawiyin
1.2.Pemutahiran data Alawiyin
1.3.Pelatihan Kader pelestarian Nasab
II) Keagamaan
2.1.Memfasilitasi para Dai Alawiyin dalam kegiatan dakwah di daerah (Cabang)
2.2.Mendokumentasikan kegiatan para Dai yang berkualitas sebagai media dakwah
2.3.Menjadikan potensi seremonial kegiatan keagamaan sebagai media silaturahmi dan pembahasan masalah-masalah aktual.
III) Pendidikan & Kesejahteraan
3.1.Menerbitkan buku panduan untuk menumbuhkan ghiroh Alawiyin
3.2.Memfasilitasi forum komunikasi lembaga pendidikan milik alawiyin minimal satu tahun sekali
3.3.Pemberian beasiswa bagi pelajar/mahasiswa Alawiyin berprestasi yang tidak mampu
3.4.Mengupayakan peluang beasiswa pendidikan dari lembaga Luar negeri
3.5.Meningkatkan pemanfaatan website Rabithah Alawiyah ( www.rabithah.net)
dan email (sekretariat@rabithah.net)dalam pemberian informasi peluang kerja dan usaha dari dan ke seluruh cabang .
IV) Pendanaan
4.1.Mengaktifkan donatur tetap
4.2.Meningkatkan penerimaaan Zakat,infaq,Shadaqah
4.3.Mendirikan badan usaha/koperasi
4.4.Mengusahakan bantuan dari luar negeri
REKOMENDASI
1. Mendokumentasikan manuskrip dari Alawiyin
2. Mendirikan perpustakaan Ke-Islaman
3. Turut serta dalam pembentukan Rabithah Islamiyah Indonesia.
4. Berperan aktif dalam kegiatan Organisasi Islam
5. Mengadakan pertemuan untuk mengevaluasi program kerja minimal 2 tahun sekali
Jan 6, 2008
Pernyataan DPP Rabithah Alawiyah
Pernyataan DPP Rabithah Alawiyah
Dalam menangani dan menghadapi tantangan Wahhabi, jangan pula kita lupa satu lagi virus yang amat berbahaya kepada umat Islam, bahkan mungkin lebih bahaya dari Wahhabi, yang boleh menjerumuskan umat ke arah kesesatan dan kebinasaan. Syiah tidak kalah dengan Wahhabi dalam memusuhi dan membunuh Ahlus Sunnah wal Jamaah. Bahkan terdapat kalangan mereka yang terkenal melakukan pembunuhan demi mencapai cita-cita dan hasrat mereka. Sudah tidak menjadi rahsia bahawa kejatuhan Daulah 'Abbasiyyah di Baghdad juga akibat pengkhianatan puak Syiah. Siapa tidak tahu mengenai Nashiruddin ath-Thusi yang sanggup bersekongkol dengan pihak Monggol untuk membunuh kaum Muslimin. Janganlah kerana layap leka mengagungkannya sebagai seorang ahli astronomi dan saintis, maka kita lupa kepada jenayah dan pengkhianatannya terhadap umat ini. Kita tidak tahu entah berapa ramai orang Ahlus Sunnah wal Jamaah telah dibunuh mereka, bahkan sehingga kini Ahlus Sunnah masih ditindas di Iran yang dahulunya adalah negara Ahlus Sunnah. Slogan perpaduan, "la Syiah wa la Sunnah", adalah seumpama slogan puak Khawarij sewaktu memerangi Baginda 'Ali r.a. iaitu perkataan yang benar tetapi tujuannya adalah kebatilan. Jika tidak ada perbezaan antara Sunnah dengan Syiah, maka kenapa perlu kamu wahai Syi`i menyebarkan fahaman kamu dalam negeri kami yang penduduknya telah sekian lama berada di bawah naungan 'aqidah Ahlus Sunnah wal Jama`ah? Allahu ... Allah, sungguh Syiah sama dengan Wahhabi, sama-sama memusuhi Ahlus Sunnah wal Jama`ah dan mereka akan menindas bahkan membunuh Ahlus Sunnah wal Jama`ah apabila dapat berbuat sedemikian. Siapakah kita ini, jika para sahabat yang mulia juga tidak lepas dari kebencian puak tersebut. Waspadalah wahai Sunniyyun.
Kepada keturunan habaib yang kami cintai, janganlah terpengaruh dengan dakyah puak Syiah yang kononnya mencintai kamu. Sungguh kecintaan mereka itu hanya tipuan semata. Berpeganglah kamu kepada jangan para salaf kamu yang mulia agar kalian dapat kami jadikan panutan sebagaimana leluhur kamu terdahulu. Dalam satu pernyataan daripada Dewan Pengurus Pusat (DPP) Rabithah Alawiyah tentang perselisihan Sunni - Syiah dinyatakan antara lain:-
Surat pernyataan dari para ulama, munsib dan tokoh-tokoh keluarga Abi Alawi di Hadramaut dan al-Haramain mengenai urusan seputar Rabithah Alawiyah yaitu "Agar tetap kokoh dan istiqomah di atas fondasi, aturan-aturan dan Anggaran Dasar yang telah disusun oleh para pendiri dan kepengurusan Rabithah Alawiyah terdahulu yang berjalan di atas Thariqah Ahlu Sunnah Wal Jamaah al-Asy`ariyah, mengakui dan mengikuti madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi`i dan Hambali).
Diharap para habaib kita akan terus menjaga jalan para leluhur mereka. Dengan itu, tetaplah kemuliaan berada bersama mereka dan sentiasalah mereka menjadi ikutan dan panduan para muhibbin.
Posted at 08:32 pm by ahlulbait
2009 Januari 15 10:00
Terimakasih atas penjelasannya tentang habaib ini ya
Posting Komentar