Sabtu, Juli 26, 2008
Manakib habib Sholeh Alhamid Tanggul
oleh : Salim Umar
Beliau adalah Seorang wali qhutub yang lebih dikenal Dengan nama habib Sholeh Tanggul, Ulama Karismatik yang berasal dari Hadro maut pertama kali melakukan da’wahnya ke Indonesia sekitar tahun 1921 M dan menetap di daerah tanggul Jember Jawa timur. Habib Sholeh lahir tahun 1313 H dikota Korbah , ayahnya bernama Muhsin bin Ahmad juga seorang tokoh Ulama dan Wali yang sangat di cintai masyarakat , Ibunya bernama Aisyah ba umar.
Sejak Kecil Habib sholeh gemar sekali menuntut ilmu , beliau banyak belajar dari ayahandanya yang memang seorang Ahli ilmu dan Tashauf , berkat gembelengan dan didikan dari ayahnya Habib sholeh memilki kegelisahan Batiniyah yang rindu akan Alloh Swt dan Rindunya Kepada Rosululloh SAW, akhirnya beliau melakukan Uzlah ( Mengasingkan diri) selama hampir 7 tahun sepanjang waktu selama beruzlah Habib Sholeh memperbanyak Baca al quran , Dzikir dan membaca Sholawat . Hingga Akhirnya Habib Sholeh Di datangi Oleh tokoh Ulama yang juga wali Quthub Habib Abu bakar bin Muhammad assegaf dari Gresik, Habib Sholeh Diberi sorban hijau yang katanya Sorban tersebut dari Rosululloh SAW dan ini menurut Habib Abu bakar assegaf adalah suatu Isyarat bahwa Gelar wali Qhutub yang selama ini di sandang oleh habib Abubakar Assegaf akan diserahkan Kepada Habib Sholeh Bin Muhsin , Namun Habib sholeh Tanggul merasa bahwa dirinya merasa tidak pantas mendapat gelar Kehormatan tersebut. Sepanjang Hari habib Sholeh tanggul Menangis memohon kepada Alloh Swt agar mendapat Petunjuknya.
Dan suatu ketika habib Abyubakar Bin Muhammad assegaf gresik mengundang Habib sholeh tanggul untuk berkunjung kerumahnya , setelah tiba dirumah habib Abubakar Bin Muhammad assegaf menyuruh Habib Sholeh tanggul untuk melakukan Mandi disebuah kolam Milik Habib Abu bakar Assegaf , setelah mandi habib Sholeh tanggul di beri Ijazah dan dipakaikan Sorban kepadanya. Dan hal tersebut merupakan Isyarat Bahwa habib Abubakar Bin Muhammad Assegaf telah memberikan Amanat kepada Habib sholeh tanggul untuk melanjutkan Da’wak kepada masyrakat.
Habib Sholeh mulai melakukan berbagai aktifitas dakwahnya kepada Masyarakat, dengan menggelar berbagai Pengajian-pengajian . Kemahiran beliau dalam penyampaian dakwahnya kepada masyarakat membuat beliau sangat dicintai , dan Habib sholeh Mulai dikenal dikalangan Ulama dan habaib karena derajat keimuan serta kewaliaan yang beliau miliki. Habib sholeh tanggul sering mendapat Kunjungan dari berbagai tokoh ulama serta habaib baik sekedar untuk bersilahturahim ataupun untuk membahas berbagai masalah keaganmaan, bahkan para ulama serta habaib di tanah air selalu minta didoakan karena menurut mereka doa Habib sholeh tanggul selalu di kabulkan oleh alloh SWt, Pernah suatu ketika habib Sholeh tanggul berpergian dengan habib Ali Al habsy Kwitang dan Habib ali bungur dalam perjalanan Beliau melihat kerumunan Warga yang sedang melaksanakan sholat Istisqo’ ( Sholat minta hujan ) karena musim kemarau yang berkepanjangan , lalu Habib sholeh Memohon kepada alloh Untuk menurunkan Hujan maka seketika itupula hujan turun. Beliau berpesan kepada jama’ah Majlis ta’limnya apabila do’a-doa kita ingin dikabulkan oleh Alloh Swt jangan sekali-kali kita membuat alloh murka dengan melakukan Maksiyat, Muliakan orang tua mu dan beristiqomalah dalam melaksanakan sholat subuh berjama’ah.
Habib Sholeh berpulang kerahmatulloh pada tanggal 7 sawal 1396 h atau sekitar tahun 1976, hingga sekarang Karomah beliau yang tampak setelah beliau meninggal adalah bahwa maqom beliau tidak pernah sepi dari para jamaah yang datang dari berbagai daerah untuk berziarah apalagi waktu perayaan haul beliau yang diadakan setiap hari kesepuluh dibulan syawal ribuan orang akan tumpah ruah kejalan untuk memperingati Khaul beliau.
Label:
Manaqib
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
Bukan Komentar Habib Sholeh Alhamid Tanggul, tapi ada tambahan artikel yang perlu dibahas oleh Rabithah Alawiyah Jember.
AlKaff Yang Serba Cukup Berlabuh di Barabai
Pelbagai macam versi mengapa Habib Ahmad sampai mendapat gelar AlKaff. Menurut satu keterangan, ketika Ahmad melakukan perjalanan ibadah haji ke Tanah Suci, ia mendapat rintangan di jalan. Ketika melintas di sebuah daerah berbukit, Habib Ahmad dan rombongan jemaah haji mendapati jalan di depan mereka penuh dengan runtuhan (longsoran) batu-batu besar dari bukit. Rombongan tak dapat lewat. Tak ada anggota rombongan yang mampu menyingkirkan batu-batu besar itu, kecuali Habib Ahmad bin Muhammad.
Versi kedua, gara-garanya suatu ketika Habib Ahmad berhasil menaklukkan seseorang jagoan yang mempunyai kekuatan luar biasa. Kekuatan yang luar biasa itu dalam bahasa Hadramaut disebut 'Kaf'.
Ada lagi versi yang lain tentang lahirnya gelar AlKaff. Dalam suatu berperkara di pengadilan, hakim meminta Habib Ahmad bin Muhammad menuliskan suatu kode. Beliau kemudian menuliskan huruf Kaf, maka sejak itu masyarakat memanggilnya dengan gelar AlKaff.
Versi berikutnya, Habibi Ahmad bin Muhammad senang berdo'a menggunakan huruf yang banyak mengandung huruf Kaf.
Do'a tersebut menurut satu keterangan diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW kepada beliau lewat mimpi. Do'a itu berbunyi: "Allah yang mencukupi, telah kudapati kecukupan. Setiap perkara ada yang mencukupi dan telah mencukupi pujian semua itu dari Allah SWT." Dari sini lantas lahir sebutan AlKaff.
Ahmad bin Muhammad AlKaff dilahirkan di Kota Tarim, Hadramaut, dikaruniai 2 orang anak lelaki bernama Abubakar dan Muhammad. Waliyullah Ahmad bin Muhammad AlKaff wafat di Tarim tahun 911 H (1491 M).
Belakangan, banyak anak keturunan Ahmad bin Muhammad AlKaff yang mampir ke Nusantara. Salah satu daerah yang paling banyak disinggahi adalah Palembang. Kota yang terkenal dengan makanan Mpek-mpek ini pada zamannya merupakan kota transit yang sering disinggahi para saudagar dari Hadramaut dan negeri-negeri jauh lainnya.
Salah satu keturunan AlKaff yang bermukim di Palembang adalah seseorang yang juga bernama Ahmad (sama seperti leluhurnya). Ahmad tetap tinggal di Palembang hingga akhir hayatnya. Anaknya yang bernama Salim dari Palembang kemudian merantau ke Tanah Banjar. Entah bagaimana ceritanya Salim kemudian menetap di Barabai. Kemungkinan besar Salim memiliki famili di Kota Apam ini. Namun, Salim kemudian 'pulang kampung' ke tanah kelahirannya di Palembang, dan wafat di sana.
Anak Salim yang bernama Muhammad lahir di kota sejuk yang dulu terkenal dengan sebutan Bandung van Java ini. Muhammad, dikenal dengan panggilan Habib Ci, inilah yang kemudian pindah ke Kampung Sungai Mesa, Banjarmasin.
Kampung Sungai Mesa merupakan kampung tua. Dulu di wilayah ini berdiri rumah keluarga kesultanan Banjar. Di sini pula berdiam sejumlah keluarga Sayyid (Habib) yang ada di Banjar. Antara lain dari marga Assegaf, Alaydrus, dan AlKaff.
Selain Habib Ci (Muhammad), Salim masih memiliki seorang putra bernama Abdullah. Anak-anak keturunan Abdullah saat ini juga tinggal di Banjarmasin.
Muhammad memiliki putra bernama Alwi yang juga kelahiran Barabai. Alwi (telah almarhum) memiliki istri yang juga bermarga AlKaff. Syarifah Fetum, berusia sekitar 70 tahun, kini tinggal bersama putranya yang bernama Ibrahim.
Dari jalur ayah dan ibunya, Ibrahim memiliki darah AlKaff murni. Kakek Ibrahim dari jalur ibu adalah Husin bin Hamid bin Alwi AlKaff. Hamid berasal dari Palembang yakni di wilayah 10 Ilir. Hamid datang merantau dari Palembang ke Banjarmasin.
Sehari-hari Ibrahim bersama ibunya menunggui kios kecilnya di depan rumah mereka di Sungai Mesa. Yang menarik dari karakter Ibrahim adalah ia mengatakan sesuatu apa adanya. "Ana yang haq saja," katanya.
Mungkin karena mewarisi ke-AlKaff-an leluhurnya, Ibrahim memiliki pengetahuan yang cukup tentang persoalan tertentu seperti sejarah dan hukum. Juga ketika disinggung tentang leluhurnya yang bernama Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
Ketika berbicara tentang Lailatul Qadar, Ibrahim menyitir ucapan Imam Ali bahwa sebaik-baiknya kedudukan adalah orang yang ikhlas. Orang yang ikhlas akan menjadi kekasih-Nya.
original from algembira.com
Algembira
cerita tentang ahlul bait, habib, sayyid, keluarga Nabi Muhammad SAW
Sunday, February 25, 2007
Ba'agil dan Maulachela Yang 'Bersembunyi'
Jumlah keluarga Ba'alawi mencapai ratusan marga. Diantaranya terdapat fam Assegaf, Alaydrus, Alatas, AlHabsyi, AlHaddad, Bin Syekh Abubakar, Shahab, AlKaff, Barakbah, Bin Yahya, Ba'abud, Bahasyim, AlHinduan, AlHamid, AlHadi dan Aidid. Ahmad bin Umar bin Muhammad Ba'agil tidak terlalu memikirkan soal nasab keturunannya yang bagi pihak tertentu begitu penting dan berarti. "Yang penting kita menjaga diri kita," katanya. Pemilik fam Maulachela di Banjarmasin terbilang langka. Salah satunya adalah Abdullah yang bermukim di Anjir, Km 11, daerah perbatasan Kabupaten Barito Kuala (kalsel)dengan Kabuapten Kapuas (Kalteng).
1 - JUMLAH keluarga Ba'Alawi mencapai ratusan marga. Di antaranya terdapat fam Assegaf, Alaydrus, Alatas, AlHabsyi, AlHaddad, Bin Syekh Abubakar, Shahab, AlKaff, Barakbah, Bin Yahya, Ba'abud, Bahasyim, AlHinduan, AlHamid, AlHadi, dan Aidid.
Di antara sekian ratus fam yang teridentifikasi itu, ada beberapa yang tak ada di Banjar. Bin Jindan, misalnya belum pernah terdengar tinggal di Banjarmasin. Memang sejumlah nama pendakwah dari keluarga ini ada yang pernah singgah ke Banjarmasin. Misalnya Habib Salim bin Jindan dan cucunya Habib Jindan bin Novel. Tapi selesai urusan dakwah mereka kemudian kembali lagi ke tempat asalnya di Jakarta.
Keluarga AlHaddad juga demikian. Tak ada cacatan pemilik fam itu menjadi warga dan berdomisli di negeri Banjar, seperti pendatang-pendatang lainnya dari Hadramaut.
AlHasani, golongan Sayyid (Habaib) dari keturunan Sayyidina Hasan, pun terbilang langka. Pemilik fam ini hanya satu nama yakni Chaidar Hasyim Anggawi AlHasani. Chaidar sehari-hari berbisnis produk telekomunikasi di sekitar wilayah Kayu Tangi.
Leluhur Chaidar dari pihak bapak berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Sedangkan dari pihak ibu ia mewarisi darah AlHabsyi dari Jakarta.
"Ana sudah lima tahun tinggal di Banjarmasin," katanya.
Kepada Mata Banua, Chaidar mengungkapkan akan membuka majelis pengajian usai Lebaran Idul Fitri. Lokasinya di sekitar kediaman Chaidar di Simpang Gusti, Jalan Hassan Basry.
"Antum, ana undang nanti," ujarnya ramah ketika ditemui Mata Banua di counter ponselnya.
Chaidar mengungkapkan selama 5 tahun tinggal di Banjarmasin, belum pernah sekalipun ia berjumpa dengan famili yang memiliki marga sama seperti dirinya.
Salah satu fam yang sedikit jumlahnya di Banjarmasin adalah Ba'agil. Pemilik fam ini yang tertua saat ini adalah Ahmad bin Umar bin Muhammad Ba'agil. Sehari-hari Ahmad menjadi agen penjualan satu merek rokok produksi Sidoarjo. Usianya sekitar 60-an tahun. Ia tinggal di Antasan Kecil Barat, sebuah wilayah di sudut Kota Banjarmasin yang terkenal sebagai pemukiman keturunan Arab.
Ahmad mengungkapkan sang ayah, Umar merupakan kelahiran Hadramaut. Umar datang ke Banjar via Tuban, Jawa Timur. Di Tuban, mereka masih memiliki famili tapi karena kesibukan masing-masing jarang melakukan hubungan.
Ahmad Ba'agil tidak terlalu memikirkan soal nasab keturunannya yang bagi pihak tertentu menjadi begitu penting dan berarti. "Yang penting kita menjaga diri kita," katanya.
Oleh karena itu bagi Ahmad, yang penting untuk diketahui adalah nama ayah hingga kakek. Selebihnya, bagi Ahmad, itu di luar jangkauannya. Ahmad juga lebih fokus menyikapi hidup di masa depan. Untuk itu ia menghargai perlunya belajar dengan menguasai iptek, dan hidup mandiri secara ekonomi.
Pemikiran Ahmad yang demikian dan tidak terlalu berorientasi ke keturunan yang memiliki nama besar secara sejarah dan kultur agak terbilang unik di tengah sebagian besar keluarga Habaib yang menganggap penting persoalan dan kedudukan nasab keturunan mereka sebagai anak cucu Nabi. Soal keturunan, bahkan terkadang memunculkan klaim tertentu dan menimbulkan perdebatan menyangkut asal usul seseorang dengan latar belakang fam-nya
Salah satu fam lain yang 'menyingkir' jauh ke pinggiran Banjar adalah keluarga Maulachella. Abdullah Maulachela berdomisili di Anjir Km 14.
Semula Abdullah membuka sebuah majelis pengajian di sebuah mushalla di depan tempat tinggalnya. Namun karena persoalan dalam hal penghayatan keberagamaan yang ia nilai tidak benar, dia menutup majelisnya.
"Saya liburkan dulu. Nanti kalau sudah saatnya kita buka lagi," katanya.
Soal famnya, Abdullah menuturkan nama MaulaChela, berarti penguasa gunung Chel (Khel) di Hadramaut, Yaman sana.ali
Written by: ali at 2007/05/06 - 11:55:26
2
Poskan Komentar Di: Rabithah Alawiyah Jember
Visi dan Misi
AZAS, VISI, MISI dan TUJUAN, Dalam Anggaran Dasar telah dinyatakan bahwa organisasi ini mempunyai Azas, Visi, Misi dan Tujuan sebagaimana ditetapkan dalam Muktamar,yaitu:
• Azas
Rabithah Alawiyah dibangun dengan azas Islam yaitu berpegang kepada Alquran dan Sunnah Rasul Muhammad SAW, sebagai kelanjutan dari apa yang diwariskan oleh tokoh Alawiyin pendiri Arrabitatoel al-Alawijah, sesuai dengan Thariqah Alawiyah. Menerima Pancasila sebagai azas Negara RI.
• Visi
Menjadi wadah penggerak dan pemersartu Alawiyin di Indonesia.
• Misi
Membina Ukhuwah Islamiyah, meningkatkan kesadaran dan peran serta Alawiyin dalam kehidupan bermasyarakat , menciptakan kader - kader Alawiyin sebagai insan dan pemimpin yang berakhlaqul karimah, menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
• Tujuan
Meningkatkan kesejahteraan lahir batin Ummat Islam Indonesia umumnya dan Keluarga Alawiyin khususnya.
Susunan Pengurus
SUSUNAN KEPENGURUSAN
RABITHAH ALAWIYAH PERIODE 2006-2011
Dewan Penasehat
Ketua : Hb. Abdurrahman Syech Alatas
Anggota :
- Hb. Dr. Syechan Syaukat Syahab
- Hb. Umar Muhammad Muclahela
- Hb. Dr. Quraisy Syahab
- Hb. Husein Ali Alatas
- Hb. Ali Abdurrahman Assegaf
- Hb. Abdurrahman Muhammad Al-Habsyi
- Hb. Abdul Kadir Muhammad Al-Haddad
- Hb. Dr. Salim segaf Al-Jufri
- Hb. Muhammad Assegaf, SH.
Dewan Pengawas
Ketua : Muhsein Muhdhor Khamur
Wakil Ketua : Kadzim Salim Al-Hiyed
Anggota :
- Ja'far Al-Haddar
- Ahmad AR. Massawa
- Muhammad Husein Assegaf
- Ketua Jamiat Kheir
- Ketua Daarul Aitam
Dewan Pengurus
Ketua Umum : Zen Umar Smith
Wakil Ketua Umum : Muhsin Idrus Al-Hamid
Ketua : Muhammad Rizik Syahab
Ketua : Ahmad Abdullah Al-Kaff
Ketua : Ahmad Fahmi Assegaf
Ketua : Ismet Abdullah Al-Habsyi
Sekretaris Umum : Umar Ali Az-Zahir
Wakil Sekum : Idrus Alwi Al-Masyhur
Bendahara Umum : Abdulkadir Abdullah Assegaf
Wakil Bend. Umum : Ahmad Umar Muclahela
Bidang Pemberdayaan Usaha :
- Ahmad Riyadh Al-Khiyed
- Naufal Ali Bilfaqih
Bidang Kesejahteraan dan Sosial :
- Abubakar Umar Alaydrus
- Husein Muhammad Al-Hamid
Bidang Pemberdayaan Pemuda Dan Wanita :
- Abdurrahman Alaydrus
Bidang Informasi dan komunikasi :
- Faisal Assegaf
Bidang Organisasi :
- AbdurrahmanAK. Basurrah
Bidang Pendidikan :
- Muhammad Anis Syahab
- Muhammad Idrus Al-Hamid
- Toha Hasan Al-Habsyi
Bidang Dakwah :
- Jindan Naufal Djindan
- Muhammad Vad'aq
- Muhammad Ridho bin Yahya
Program Kerja
I) Maktab Daimi
1.1.Upaya menjadikan Maktab Addaimi satu-satunya lembaga nasab Alawiyin
1.2.Pemutahiran data Alawiyin
1.3.Pelatihan Kader pelestarian Nasab
II) Keagamaan
2.1.Memfasilitasi para Dai Alawiyin dalam kegiatan dakwah di daerah (Cabang)
2.2.Mendokumentasikan kegiatan para Dai yang berkualitas sebagai media dakwah
2.3.Menjadikan potensi seremonial kegiatan keagamaan sebagai media silaturahmi dan pembahasan masalah-masalah aktual.
III) Pendidikan & Kesejahteraan
3.1.Menerbitkan buku panduan untuk menumbuhkan ghiroh Alawiyin
3.2.Memfasilitasi forum komunikasi lembaga pendidikan milik alawiyin minimal satu tahun sekali
3.3.Pemberian beasiswa bagi pelajar/mahasiswa Alawiyin berprestasi yang tidak mampu
3.4.Mengupayakan peluang beasiswa pendidikan dari lembaga Luar negeri
3.5.Meningkatkan pemanfaatan website Rabithah Alawiyah ( www.rabithah.net)
dan email (sekretariat@rabithah.net)dalam pemberian informasi peluang kerja dan usaha dari dan ke seluruh cabang .
IV) Pendanaan
4.1.Mengaktifkan donatur tetap
4.2.Meningkatkan penerimaaan Zakat,infaq,Shadaqah
4.3.Mendirikan badan usaha/koperasi
4.4.Mengusahakan bantuan dari luar negeri
REKOMENDASI
1. Mendokumentasikan manuskrip dari Alawiyin
2. Mendirikan perpustakaan Ke-Islaman
3. Turut serta dalam pembentukan Rabithah Islamiyah Indonesia.
4. Berperan aktif dalam kegiatan Organisasi Islam
5. Mengadakan pertemuan untuk mengevaluasi program kerja minimal 2 tahun sekali
Jan 6, 2008
Pernyataan DPP Rabithah Alawiyah
Pernyataan DPP Rabithah Alawiyah
Dalam menangani dan menghadapi tantangan Wahhabi, jangan pula kita lupa satu lagi virus yang amat berbahaya kepada umat Islam, bahkan mungkin lebih bahaya dari Wahhabi, yang boleh menjerumuskan umat ke arah kesesatan dan kebinasaan. Syiah tidak kalah dengan Wahhabi dalam memusuhi dan membunuh Ahlus Sunnah wal Jamaah. Bahkan terdapat kalangan mereka yang terkenal melakukan pembunuhan demi mencapai cita-cita dan hasrat mereka. Sudah tidak menjadi rahsia bahawa kejatuhan Daulah 'Abbasiyyah di Baghdad juga akibat pengkhianatan puak Syiah. Siapa tidak tahu mengenai Nashiruddin ath-Thusi yang sanggup bersekongkol dengan pihak Monggol untuk membunuh kaum Muslimin. Janganlah kerana layap leka mengagungkannya sebagai seorang ahli astronomi dan saintis, maka kita lupa kepada jenayah dan pengkhianatannya terhadap umat ini. Kita tidak tahu entah berapa ramai orang Ahlus Sunnah wal Jamaah telah dibunuh mereka, bahkan sehingga kini Ahlus Sunnah masih ditindas di Iran yang dahulunya adalah negara Ahlus Sunnah. Slogan perpaduan, "la Syiah wa la Sunnah", adalah seumpama slogan puak Khawarij sewaktu memerangi Baginda 'Ali r.a. iaitu perkataan yang benar tetapi tujuannya adalah kebatilan. Jika tidak ada perbezaan antara Sunnah dengan Syiah, maka kenapa perlu kamu wahai Syi`i menyebarkan fahaman kamu dalam negeri kami yang penduduknya telah sekian lama berada di bawah naungan 'aqidah Ahlus Sunnah wal Jama`ah? Allahu ... Allah, sungguh Syiah sama dengan Wahhabi, sama-sama memusuhi Ahlus Sunnah wal Jama`ah dan mereka akan menindas bahkan membunuh Ahlus Sunnah wal Jama`ah apabila dapat berbuat sedemikian. Siapakah kita ini, jika para sahabat yang mulia juga tidak lepas dari kebencian puak tersebut. Waspadalah wahai Sunniyyun.
Kepada keturunan habaib yang kami cintai, janganlah terpengaruh dengan dakyah puak Syiah yang kononnya mencintai kamu. Sungguh kecintaan mereka itu hanya tipuan semata. Berpeganglah kamu kepada jangan para salaf kamu yang mulia agar kalian dapat kami jadikan panutan sebagaimana leluhur kamu terdahulu. Dalam satu pernyataan daripada Dewan Pengurus Pusat (DPP) Rabithah Alawiyah tentang perselisihan Sunni - Syiah dinyatakan antara lain:-
Surat pernyataan dari para ulama, munsib dan tokoh-tokoh keluarga Abi Alawi di Hadramaut dan al-Haramain mengenai urusan seputar Rabithah Alawiyah yaitu "Agar tetap kokoh dan istiqomah di atas fondasi, aturan-aturan dan Anggaran Dasar yang telah disusun oleh para pendiri dan kepengurusan Rabithah Alawiyah terdahulu yang berjalan di atas Thariqah Ahlu Sunnah Wal Jamaah al-Asy`ariyah, mengakui dan mengikuti madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi`i dan Hambali).
Diharap para habaib kita akan terus menjaga jalan para leluhur mereka. Dengan itu, tetaplah kemuliaan berada bersama mereka dan sentiasalah mereka menjadi ikutan dan panduan para muhibbin.
Posted at 08:32 pm by ahlulbait
2009 Januari 15 10:00
Assalamualaikum.ya akhi muslimin.ane mau tanya .apakah marga sahib dari india itu keturunan dari alhasan/alhusain.barang siapa yg tau tolong kasik penjelasan.sukkron. Ahmad zaki bin hamid bin gholib alhamid
Posting Komentar