Oleh: Ahmad Abdullah Bin Syech Abubakar
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqkwa.. Yaitu dalam beberapa hari tertentu. Maka barang siapa diantara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang laen. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fiyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin, maka itulah yang wajib baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui".
(Al-Baqarah 183-184)
Ayat puasa dimulai dengan ajakan kepada setiap orang yang memiliki walau seberat apapun. Ia dimulai dengan satu pengantar yang mengundang setiap setiap mukmin untuk sadar akan perlunya melaksanakan ajakan itu. Ia dimulai dengan panggilan mesra, Wahai orang-orang yang beriman bukan dengan panggilan
Yaa ayyuhannas untuk lebih menggugah bahwa hanya orang yang mempunyai sifat iman sajalah yang dapat menunaikan ibadah ini. Dengan demikian apa yang diwajibkan pada orang yang beriman bukanlah suatu beban, tetapi merupakan suatu tanggung jawab dari bentuk pengabdian dan pengakuan mereka dengan mengatakan beriman.
Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan kewajiban puasa tanpa menunjuk siapa yang mewajibkannya, Diwajibkan atas kamu. Redaksi ini tidak menunjuk siapa pelaku pelaku yang mewajibkan. Agaknya untuk mengisyaratkan bahwa apa yang akan diwajibkan ini sedemikian penting dan bermanfaat bagi setiap orang bahkan kelompok, sehingga seandainya bukan Allah yang mewajibkannya, niscaya manusia sendiri yang akan mewajibkannya atas dirinya sendiri. Yang diwajibkan adalah ash-shiyam, yakni menahan diri.
Saumu (Puasa), menurut kamus bahasa Arab adalah "menahan dari segala sesuatu", seperti menahan makan, minum, nafsu dan menahan berbicara yang tidak bermanfaaat dan sebagainya.
Dalam istilah agama Islam yaitu : Menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat. Sesuai Firman Allah SWT:
" Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.'' (Al-Baqarah:187)
Menahan diri dibutuhkan oleh setiap orang, kaya atau miskin, muda atau tua, leleaki atau perempuan, sehat atau sakit, perorangan atau kelompok, orang modern yang hidup masa kini maupun manusia primitif yang hidup masa lalu. Selanjutnya ayat ini menjelaskan bahwa kewajiban yang dibebankan itu adalah, sebagaimana telah diwajibkan pula atas umat-umat terdahulu sebelum kamu.
Ini berarti puasa bukan hanya khusus untuk generasi mereka yang diajak berdialog pada masa turunnya ayat ini tetapi juga terhadap umat-umat terdahulu walaupun rincian cara pelaksanaannya berbeda-beda. Sekali lagi dalam redaksi diatas tidak ditemukan siapa yang mewajibkannya. Ini karena sebagian umat terdahulu berpuasa berdasar kewajiban yang ditetapkan oleh tokoh-tokoh agama mereka bukan melalui wahyu Ilahi atau petunjuk nabi.
Pakar-pakar perbandingan agama menyebutkan bahwa orang-orang Mesir kuno pun (sebelum mereka mengenal agama samawi) telah mengenal puasa. Dari mereka praktek puasa beralih kepada orang-orang Yunani dan Romawi. Puasa juga dikenal dalam Agama Budha dan Kristen, demikian juga dalam agama-agama penyembah bintang. Ibn An-Nadim dalam bukunya Al-Fharasatnya menyebutkan bahwa agama para penyembah bintang berpuasa tiga puluh hari setahun, ada pula puasa sunnah sebanyak 16 hari dan juga ada yang 27 hari. Puasa bagi mereka adalah sebagai simbol penghormatan kepada matahari, bulan dan bintang Mars yang mereka percaya sebagai bintang nasib.
Dalam ajaran Budha pun juga dikenal puasa, sejak terbit sampai terbenamnya matahari. Mereka melakukan puasa empat hari dalam sebulan yaitu pada hari-hari pertama, kesembilan, kelima belas dan kedua puluh. mereka menamainya uposatha.. Orang Yahudi mengenal puasa selama empat puluh hari bahkan dikenal beberapa macam puasa yang dianjurkan bagi penganut-penganut agama ini khususnya untuk mengenang para nabi atau peristiwa penting dalam sejarah mereka.
Agama Kristen juga demikian walaupun dalam Perjanjian Baru tidak ada isyarat tentang kewajiban puasa. Dalam praktek keberagamaan mereka dikenal aneka ragam puasa yang ditetapkan oleh pemuka-pemuka agama.
Imam Ali Karramallahu Wajwah dalam kitab Nazahatul majaalis 152 menjelaskan bahwa puasa telah diwajibkan pada Adam dan generasi setelahnya kemudian datang umat Nasrani menambahnya, dan dikatakan juga bahwa mereka memindahkan puasa tadi dari musim panas kemusim dingin...
Kewajiban tersebut dimaksudkan agar kamu bertakwa yakni terhindar dari macam sanksi dan dampak buruk baik duniawi maupun ukhrawi. Jangan duga, kewajiban yang akan dibebankan kepada kamu ini sepanjang tahun. Tidak! Ia hanya beberapa hari tertentu itu pun masih harus melihat kondisi kesehatan dan keadaan kalian. Karena itu barang siapa diantara kamu sakit yang memberatkan baginya untuk melakukan ibadah puasa yang menyebabkan kesehatannya akan terlambat pulih bila berpuasa atau ia benar-benar dalam perjalanan (kata benar-benar dipahami dari kata 'ala dalam redaksi 'ala safarin, jadi bukan perjalanan biasa yang mudah. Dahulu perjalanan ini dinilai sejauh sekitar sembilan puluh kilometer), jika yang sakit dan yang dalam perjalanan itu berbuka maka wajiblah baginya berpuasa pada hari-hari lain baik secara berturut-turut maupun tidak sebanyak hari yang ditinggalkan itu.
Apabila kondisi badannya menyebabkan ia mengalami kesuliatan berat bila berpuasa, baik karena usia lanjut atau penyakit yang diduga tidak akan sembuh lagi ataupun pekerjaan berat yang harus dilakukannya yang apabila ia tinggalkan akan menyulitkan dirinya sendiri dan keluarga yang ditanggungnya maka wajib bagi orang-orang yang berat menjalankankannya itu (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah yaitu memberi makan seorang miskin. Setelah menjelaskan izin tersebut kemudian Allah mengingatkan bahwa Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.
Penulis adalah: Aktifis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) STAIN Jember dan Direktur Kabinet Intelektual Muslim Muda (KIMM) Jember
Sabtu, September 06, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
8 komentar:
Sejarah |
Universitas Islam Jember didirikan oleh Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama Jember pada tahun akademik 1984/1985, dengan membuka 5 (lima ) fakultas,yaitu: fakultas pertanian, fakultas hukum, fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, fakultas ilmu keguruan dan ilmu pendidikan serta fakultas tarbiyah.
Pendiriannya adalah atas prakarsa para ulama dan para cendekiawan yang bergabung dalam Organisasi Ikatan Sarjana Islam Indonesia (ISII) merupakan realisasi salah satu perioritas program pengurus cabang Nahdlatul Ulama Jember tahun pengabdian 1983-1986.
Gagasan yang mendorong didirikannya Universitas Islam Jember dilandasi dengan melihat secara sadar tentang kenyataan kuantitas dan kualitas Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Khususnya dilingkungan Al-Ma’arif Jember yang semakin tahun condong bertambah dan lebih meyakinkan perkembangannya. Disamping itu, harapan-harapan para pengurus majelis wakil cabang NU se-cabang Jember dalam pertemuan-pertemuan resmi maupun dalam kesempatan silaturrahmi, apalagi konferensi periodik pengurus cabang NU jember pada tanggal 4 September 1983, memprioritaskan pembenahan dan pembimbingan lembaga pendidikan serta rencana pendirian perguruan tinggi dilingkungan Nahdlatul Ulama.
Memang telah disadari, beberapa waktu silam pendidikan Nahdlatul Ulama yang tergabung dalam Al-Ma’arif dimana tugas utamanya mengelola serta mengembangkan pendidikan agama dan pendidikan umum, terasa kurang mantap. Suasana ini mungkin disebabkan antara lain kurangnya Tenaga –tenaga akademis profesional dan kecilnya perhatian kalangan pengendali organisasi sendiri karena kesibukan dalam politik praktis.
Oleh karenanya, dengan berguru pada pengalaman masa lampau, maka pendidikan Nahdaltul Ulama sudah seharusnya kembali pada kegiatan pokok agar mampu mempersiapkan kader-kader bangsa dan generasi selanjutnya melalui lembaga-lembaga beragama, yang sekaligus berpartisipasi melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945, khususnya pasal 31 ayat 1 yang berbunyi ”Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran“ dalam kaitannya dengan ini, Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN) menyebutkan bahwa “Pendidikan Nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti dan mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
Sejak Nahdlatul Ulama kembali kepada Khitthoh tahun 1926, yang dipertegas dan dijabarkan oleh hasil Munas Ulama NU di Situbondo pada Desember 1983, semakin mantaplah perjalanan Nadhlatul Ulama selaku organisasi sosial keagamaan dan peranannya dalam bidang dakwah dan pendidikan, ekonomi juga bidang sosial ala Ahlussunnah Wal Jama’ah dalam kehidupan masyarakat ‘Am ( umum).
Atas dasar itu semua, dikaitkan pula dengan terbatasnya daya tampung perguruan tinggi negeri maupun swasta yang ada di kabupaten Jember dibanding dengan jumlah lulusan Sekolah Lanjutan Atas Negeri maupun Swasta, maka wajar jika Nadhlatul Ulama Jember mendirikan sebuah perguruan tinggi.
Dalam prosesnya, pengurus cabang NU Jember selalu melakukan konsultasi dengan beberapa kalangan, diantaranya dengan K.H. Achmad Siddiq, para ulama NU tingkat cabang, pengurus wilayah NU Jawa Timur dan Rektor Universitas Negeri Jember serta para pejabat ditingkat II Kabupaten Jember, kopertis VII di Surabaya dan IAIN Sunan Ampel Surabaya, yang kesemuanya “merestui” didirikannya sebuah Universitas.
Dengan suasana yang mantap, pengurus cabang Nadhlatul Ulama Jember dan para sesepuh NU serta para serjana yang tergabung dalam ISII menyelenggarakan musyawarah tanggal 5 Oktober 1983, bersepakat untuk :
1. Mendirikan perguruan tinggi Nadhlatul Ulama dengan nama Universitas Islam Jember (UIJ) pada tahun akademik 1984/1985, dengan membuka 5 (lima) fakultas: Pertanian, Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Keguruan dan Ilmu Pendidikan serta fakultas Tarbiyah.
2. Menetapkan dan mengesahkan pendiri Yayasan Nadhlatul Ulama Jember yaitu: K.H. Dzofir Salam, KH. Ali Yasin, H. Moh. Soewardi, Ir.Bambang Gonggo Murtjitro, dan H. Abd. Kadir Djaelani. Para pendiri ini diberi wewenang penuh untuk mempersiapkan dan mengelola serta mengambil kebijaksanaan dalam kaitannya dengan Universitas Islam Jember yang akan didirikan.
Selanjutnya pada bulan September dan Desember 1983 pengurus cabang NU se daerah kabupaten Jember, untuk memproklamirkan berdirinya Universitas Islam Jember tahun akademik 1984/1985, dan meminta bantuan serta ke ikut sertaan pengurus NU di semua jajaran.
Kemudian diawal tahun 1984, para pendiri dengan dibantu para sarjana yang tergabung dalam ISII telah dapat merampungkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) Yayasan Pendidikan Nadhlatul Ulama (YPNU) Jember, akte notaris YPNU, para calon Dosen/Pengajar dan lain-lain bahan untuk keperluan permasyarakatan pendidikan sebuah perguruan tinggi. Dikala itu pula dilakukan pendekatan yang kesekian kalinya kepada Kopertis Wilayah VII di Surabaya, yang memberikan isyarat “ Lampu Hijau” .
Dengan dasar “Restu“ dan isyarat “Lampu Hijau” diatas, maka dalam kesempatan dalam memperingati hari lahir Nadhlatul Ulama ke-37 pada bulan april 1984 pengurus cabang Nadhlatul Ulama Jember menyatakan dengan segala optimisme bahwa “Universitas Islam Jember dibuka tahun akademik 1984/1985”.
Perkembangan selanjutnya, dalam bulan Juli 1984 para pendiri Universitas Islam Jember bermusyawarah dan menetapkan :
1. Mengangkat Drs. Ulum AA, selaku pejabat rektor
2. Mengangkat Ir. Bambang Gonggo Murtjitro, Drs. Syaiful Islam MCH. dan Drs. M. Achjat, masing-masing selaku Pembantu Rektor I, Pembantu Rektor II dan Pembantu Rektor III.
Disisi lain, hubungan dengan Kopertis VII di Surabaya semakin ditingkatkan menjelang dibukanya pendaftaran calon mahasiswa Universitas Islam Jember dan alhamdulillah pula ternyata para calon mahasiswa UIJ sangat bergairah dan sangat berantusias sekali.
Sampai akhirnya pada upacara peresmian pembukaan Universitas Islam Jember yang dilaksanakan pada tanggal 14 September 1984, bertempat di gedung/Aula serbaguna Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Jember, yang antara lain hadir dan memberikan sambutan :
1. Rektor Universitas Islam Jember.
2. Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Jember, yang sekaligus meresmikan pembukaan Universitas Islam Jember.
3. K.H. Acmad Shiddiq dengan kuliah perdananya yang diberi judul “Sikap Sosial Ahlussunnah Wal Jama’ah“.
Perlu pula kiranya dipaparkan disini, bahwa modal dasar Yayasan Pendidikan Nadhlatul Ulama (YPNU) Jember sebagai kekayaannya dalah sebidang tanah seluas kurang lebih seribu meter persegi (1.000 m2) dengan bangunannya yang terletak di tepi jalan raya, dua bidang tanah seluas 1,5 ha (satu setengah hektar) uang sejumlah Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan terakhir ini juga telah membeli tanah seluas 9.000 m2 (sembilan ribu meter persegi).
Dalam perkembangannya Universitas Islam Jember (UIJ) pada tahun 1986 fakultas-fakultas dilingkungan Kopertis Wilayah VII mendapatkan status terdaftar dengan SK. Mendikbud Nomor : 0509/0/1986 dan pada tahun 1989 fakultas Tarbiyah Universitas Islam Jember mendapatkan status Terdaftar dari Mentri Agama RI dengan SK Menag RI No. 47/1989.
Sesuai dengan perkembangan zaman khususnya di lingkungan perguruan tinggi dan dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat untuk membuka jurusan baru dan meningkatkan status, maka Universitas Islam Jember pada tahun 1990 mendapatkan status DIAKUI dari Mendikbud untuk sepuluh jurusan yaitu : Hukum Perdata, Hukum pidana, Adm Negara, Adm Niaga, Budi Daya Pertanian, Sosek Pertanian, PPB/BP dan status terdaftar untuk jurusan baru yaitu pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Matematika dan Pendidikan Biologi.
Demikian poin-poin susunan sejarah singkat berdirinya Universitas Islam Jember (UIJ), dengan harapan Allah SWT. akan selalu memberikan petunjuk-Nya serta memberikan taufiq dan hidayah-Nya, sehingga Universitas Islam Jember menjadi Universitas yang besar dan mempunyai nama harum di Indonesia. Amin…
PENERIMAAN MAHASISWA BARU
WAKTU & TEMPAT PENDAFTARAN
1. Pendaftaran :
Gelombang I : 30 April s/d. 31 Mei 2008
Gelombang II : 14 Juni s/d. 19 Juli 2008
Gelombang III : 23 Juli s/d. 20 Agust. 2008
Gelombang Khusus : 22 Agust. s/d. 6 Sept. 2008
2. Tempat Pendaftaran :
Universitas Islam Jember (UIJ), Jl. Kyai Mojo 101 Telp. 0331-488675, Fax. 428732 Jember
3. Waktu Pendaftaran :
Setiap hari Senin s/d. Sabtu.
a. Pagi pukul 08.00 - 13.30 WIB
b. Sore pukul 14.30 - 19.00 WIB.
4. Biaya Pendaftaran : Rp. 100.000,-
SYARAT-SYARAT PENDAFTARAN
1. Mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan oleh panitia.
2. Melampirkan foto copy ijazah yang telah dilegalisir sebanyak 3 lembar.
3. Menyerahkan pas photo berwarna ukuran 2x3 cm, 3x4 cm dan 4x6 cm masing-masing sebanyak 3 lembar.
4. Lulusan D2/D3/Sarjana Muda, melampirkan foto copy ijazah dan transkrip akademik yang dilegalisir sebanyak 3 lembar.
5. Semua persyaratan dimasukkan ke dalam stop map snellhecter berwarna hijau.
PENDAFTARAN, SELEKSI, PENGUMUMAN DAN DAFTAR ULANG
Gelombang Pendaftaran Seleksi Pengumuman Daftar Ulang
I 30 April –
31 Mei 2008 2 Juni 2008 4 Juni 2008 4 – Mei 2008
II 4 Juni –
19 Juli 2008 21 Juli 2008 23 Juli 2008 23 – 31 Juli 2008
III 23 Juli –
20 Agust. 2008 22 Agust. 2008 25 Agust. 2008 25 – 30 Agust. 2008
KHUSUS 22 Agust. -
6 Sept. 2008 7 Sept. 2008 8 Sept. 2008 8 - 13 Sept 2008
PROGRAM STUDI (S.1)
NO PROGRAM STUDI STATUS
1. Ilmu Hukum Terakreditasi
2. Bimbingan dan Konseling Terakreditasi
3. Pendidikan Bahasa Inggris Terakreditasi
4. Pendidikan Matematika Ijin Penyelenggaraan
5. Pendidikan Biologi Ijin Penyelenggaraan
6. Ilmu Admininstrasi Negara Terakreditasi
7. Ilmu Admininstrasi Niaga Ijin Penyelenggaraan
8. Agronomi/Budidaya Pertanian Terakreditasi
9. Agrobisnis/Sosek Pertanian Ijin Penyelenggaraan
10. Pendidikan Agama Islam Terakreditasi
11. Pendidikan Guru MI (PGMI) Ijin Penyelenggaraan
12. Ilmu Komunikasi Ijin Penyelenggaraan
13. AKTA Mengajar IV Ijin Penyelenggaraan
PERKULIAHAN
Pengenalan Kehidupan Kampus (PK2) tanggal 17 - 18 September 2008
Awal perkuliahan tanggal 22 September 2008
Perkuliahan dilaksanakan Senin s/d. Sabtu, pagi dan atau sore hari.
BIAYA PERKULIAHAN
A. Perkuliahan Pagi :
1. Daftar Ulang Rp.250.000,- (mendapatkan paket PK2, Jaket, KTM)
2. SPP Rp. 100.000,- per bulan
3. DSP sebesar Rp. 700.000,-
4. UTS, UAS, Praktikum menyesuaikan
B. Perkuliahan Sore :
1. Daftar Ulang Rp.300.000,- (mendapatkan paket PK2, Jaket, KTM)
2. SPP Rp. 120.000,- per bulan
3. DSP sebesar Rp. 900.000,-
4. UTS, UAS, Praktikum menyesuaikan
C. Registrasi :
1. Membayar Biaya Daftar Ulang
2. Membayar SPP 3 bulan
3. Membayar angsuran DSP.
KEMUDAHAN
1. Hasil Test Penerimaan Mahasiswa Baru Terbaik pada Program Studi Agrobisnis/ Sosek Pertanian dan Program Studi Ilmu Administrasi Niaga diberikan Beasiswa selama 1 Tahun.
2. Lulusan D2 PGSD/MI, PGTK/RA Universitas Islam Jember, diterima tanpa tes di semester V, bebas biaya daftar ulang, DSP 50%.
3. Peringkat 1 s/d. 20 atau nilai STTB rata-rata 7, bebas tes.
4. Dua bersaudara kandung (lebih), DSP 50%.
CALON MAHASISWA
Calon mahasiswa yang diterima :
1. Tamatan SMU, SMK/MA/Sederajat, Paket C.
2. Sarjana Muda, Diploma (D2/D3), tanpa tes.
3. Transfer dari Perguruan Tinggi lain (negeri maupun swasta), tanpa tes.
LAMA STUDI
1. Program S1 = 8 semester, dan bagi yang berprestasi bisa kurang dari 8 semester.
2. Bagi yang berijazah D2 yang relevan, dapat menyelesaikan studi 2 (dua) tahun dan ijazah Sarjana Muda atau D3 yang relevan, dapat menyelesaikan studi satu tahun.
* Berkata Ulama Shalihin :
"Awali gerakmu dengan "Bismillahirrahmannirrahim""
* Berkata Al Habib Abdullah Bin Muhsin Al Atthos :
"Apakah kamu mau tahu kunci-kunci syurga itu ? Kunci Syurga sebenarnya adalah "Bissmillahirraman nirrahim"
* Berkata Al Habib Abdullah Bin Muhsin Al Atthos :
"Berziarahlah kamu kepada orang-orang sholeh! Karena orang-orang sholeh adalah obat hati"
* Berkata Al Habib Abdullah Bin Muhsin Al Atthos :
"Sebaik-baiknya teman adalah Al-Qur'an! dan seburuk-buruknya teman adalah syaitan!"
* Berkata Al Habib Alwi Bin Muhammad Bin Tohir Al Haddad :
"Orang yang sukses adalah orang yang istiqomah di dalam amal baik."
* Berkata Al Habib Umar Bin Hud Al Atthos :
"Bos yang wajib di patuhi adalah Allah SWT"
* Berkata Al Habib Sholeh Bin Muhsin Al Hamid (Tanggul) :
"Kunci kekayaan adalah shodaqoh, dan kunci kemiskinan adalah pelit"
* Berkata Imam Ghazali :
"Cermin Manusia adalah Nabi Muhammad SAW"
* Berkata Al Habib Abdullah Bin Abdull Qadir Bin Ahmad Balfaqih :
"Sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu fiqih"
* Berkata Al Habib Muhsin Bin Abdullah Al Atthos :
"Semua para wali di angkat karena hatinya yang bersih, tidak sombong, dengki, dan selalu rendah diri"
* Berkata Al Habib Abdullah Bin Muhsin Al Attas :
“ Guru yang paling bertaqwa adalah Nabi Muhammad SAW, dan Rasulullah bersabda : “ Aku di didik oleh Tuhanku dengan sebaik-baiknya didikan”.
* Berkata Al Habib Abdullah Bin Muhsin Al Attas :
” Terangi rumahmu dengan lampu, dan terangi hatimu dengan Al-Qur’an”.
* Berkata Al Habib Abdullah Bin Muhsin Al Attas :
” Bermaksiatlah sepuas kamu pasti kamu akan mati, dan beramal sholehlah pasti kamu akan mati “.
* Berkata Al Habib Abdullah Bin Muhsin Al Attas :
” Jadikan akalmu, hatimu, ruhmu, jasadmu, karena bila semua terisi dengan namanya berbahagialah kamu “. * Berkata Al Habib Alwi Bin Muhammad Al Haddad :
“ Seindah-indahnya tempat di dunia adalah tempat orang-orang yang sholeh, karena mereka bagai bintang-bintang yang bersinar pada tempatnya di petala langit “.
* Berkata Ustadzul Imam Al Habib Abdullah Bin Abdul Qadir Bin Ahmad Bilfaqih :
“ Jadilah orang-orang yang sholeh, karena orang-orang yang sholeh akan bahagia di dunia dan akherat . Dan jadilah orang-orang yang benar, jangan menjadi orang yang pintar, karena orang yang pintar belum tentu benar, tetapi orang yang benar sudah pasti pintar “.
* Berkata Al Habib Abdurrahman Bin Ahmad Assegaf (Sayyidil Walid ) :
“ Ilmu itu bagai lautan dan tak akan ada yang mengenalnya kecuali merasakannya “.
* Berkata Syekh Abu Bakar Bin Salim (Seorang Tokoh Besar di Negri yaman, di Kampung Inat) :
"Janganlah kau tunda-tunda kebaikan sampai esok hari, karena engkau tak tahu apakah umurmu sampai esok hari".
* Berkata Sayidina Ali Bin Abu Tholib Ra :
"Bukanlah seorang pemuda yang membanggakan harta dan kedudukan ayahnya, tetapi seorang pemuda yang berkata inilah aku (Beramal Sholeh)".
* Berkata Imam Syafi'i :
"Cintailah orang sholeh, karena mereka memiliki kesholehannya, cintailah Nabi Muhammad SAW, karena dia kekasih Allah SWT, dan cintailah Allah SWT, karena dia kecintaan Nabi dan orang Sholeh".
* Berkata Al Habib Abdullah Bin Mukshin Al-Attas (Keramat Bogor) :
"Istiqomah didalam agama menjauhkan kesedihan dan ketakutan".
* Berkata Al Habib Abdullah Bin Mukshin Al-Attas (Keramat Bogor) :
"Orang yang buta bukan orang yang melihat banyaknya harta, akan tetapi, yang disebut orang buta, orang yang tak mau melihat ilmu agama".
* Berkata Al Habib Abdullah Bin Mukshin Al-Attas (Keramat Bogor) :
"Ilmu membutuhkan amal, amal membutuhkan ikhlas, maka ikhlas mendatangkan keridho'an".
* Berkata Imam Syafi'i :
"Ilmu itu adalah cahaya, dan cahaya tak masuk kepada kemaksiatan".
* Berkata Al Habib Abdullah Bin Mukshin Al-Attas (Keramat Bogor) :
"Pemuda yang baik adalah pemuda yang berakhlak :
1. Ta'at kepada Allah SWT.
2. Ta'at kepada Nabi Muhammad SAW.
3. Ta'at kepada orang tua.
4. Ta'at kepada ulama.".
* Berkata Al Habib Abdullah Bin Mukshin Al-Attas (Keramat Bogor) :
"Kunci kesuksesan ada tiga, yaitu :1. Menuntut ilmu dan beramal.
2. Istiqomah dan sabar.
3. Saling menghormati."
Perbaharui terakhir ( Friday, 08 February 2008 )
Dua Kegembiraan Bagi Orang Yang Berpuasa
Senin, 08 September 2008
قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ (صحيح البخاري
Sabda Rasulullah saw :
“Semua Amal adalah untuk keturunan Adam, kecuali puasa, akulah yang membalasnya, dan puasa adalah Benteng, maka jika kalian berpuasa janganlah berjimak, jangan mencela, jangan berbuat hal yang tidak senonoh, jika ia dicela orang lain maka katakanlah : Aku puasa, Demi diri Muhammad yang digenggaman Nya, sungguh bau tak sedap dimulut orang yang berpuasa lebih wangi dihadapan Allah daripada Misik termahal, dan bagi orang yang berpuasa itu dua kegembiraan, gembira ketika buka, dan gembira saat jumpa dengan Allah, gembira dengan puasanya” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Maha Suci Allah, Maha Raja Tunggal yg selalu muncul keindahan Nya bagi hamba hamba Nya yang mendambakan-Nya, Bulan purnama yang kekal dan abadi tiada akan pernah terbenam, Cahaya Keindahan yang Kekal dan Abadi menanti hamba hamba Nya yang mendekat, Cahaya Keagungan yang menerangi para pendosa dengan tawaran pengampunan, Cahaya yang Maha Kekal dan Maha Luhur yang sangat dekat kepada semua daripada semua yang dekat, Lebih dekat dari tali urat leher setiap manusia keturunan Adam, Sebagai kiasan bahwa Dialah yang Maha Dekat dari semua yang dekat, Yang Maha Tidak Meninggalkan ketika semua meninggalkan hamba-Nya,
Ketika semua hamba meninggalkan kita di dalam kubur, Dia Maha Tunggal tiada meninggalkan para kekasih-Nya. Dialah Allah Swt, Maha Raja Alam Semesta Yang Maha Abadi dan Maha Melihat, Maha Memuliakan hamba hambaNya yang berharap, Maha Memuliakan hamba-hamba Nya yang bermunajat, Maha Menyambut Istighfar dan permohonan maaf dari hamba yang penuh dosa dan kesalahan, Dari semua Yang Memaafkan (hanya) Dialah Yang Maha Indah Maaf Nya, Yang Maha Indah menerima maaf dari yang salah, Kita pernah lihat orang orang yang baik dan pemaaf (ketika) memaafkan..?, adakah yang memaafkan kesalahan digantikan dengan pahala dan anugerah..?, Hanya Dialah Allah Swt.., Kesalahan kesalahan berubah menjadi pahala.
Siapa mereka wahai Rabb? Allah Swt berkata “kecuali orang orang yang bertaubat, yang beriman, yang beramal shalih, Mereka adalah orang orang yang Allah Swt gantikan dosanya menjadi pahala".(QS Al Furqan 70) Mereka yang Allah Swt gantikan gunung gunung dosanya menjadi gunung gunung pahala, dosa dosanya sirna berubah menjadi limpahan pahala, Limpahan pahala bagi siapa?, dosa dosa bisa berubah menjadi pahala? Bagi yang meminta maaf (pada Allah).., Alangkah indahnya wahai yang menamakan dirinya Maha Pemaaf, Allah Swt memang Dialah Yang Maha Tunggal mengungguli seluruh sifat pemaaf.., Dialah Allah Swt..
Ya Rahman Ya Dzaljalali Wal Ikram, Yang Maha Menerima taubat hamba hambaNya siang dan malam, Yang Maha Mencatat setiap perbuatan baik hamba Nya untuk dilimpahi kebahagiaan, Dialah Allah Maha Raja Abadi di langit dan di bumi dan seluruh alam, Di alam dunia, di alam akhirat dan di semua kejadian, Dialah Allah Swt Yang Maha Ada di segala alam, dan seluruh alam ada di hadapan Dzat Rabbul Alamin, Dekat tanpa jarak, jauh tanpa jarak dan dekat tanpa sentuhan, Dialah Allah Swt, Dekat tanpa sentuhan dan jauh tanpa jarak, Kedekatan hamba hambaNya akan butuh sentuhan tapi kedekatan Rabb lebih dekat dari sentuhan, Dialah Allah jalla wa alla Maharaja yang menawarkan kedekatan,
Hadirin hadirat di bulan ramadhan inilah malam malam kedekatan, hari hari (untuk) mendekat kehadirat Nya, kau lebih dekat kepada Allah Swt dari pada hari hari lainnya, Dengan shiam wal qiyam, dan keduanya (adalah) hal yang paling agung di hadirat Rabb Jalla wa alla, Hal yang paling bisa mendekatkan kita kepada Allah Swt adalah dengan shalat, puasa dan zakat, Dan ketiganya berpadu di bulan ramadhan,
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Disampaikan kepada idola kita, kekasih kita, Sayyidina Muhammad Saw, Sang pemilik wajah yang bercahaya dengan cahaya keindahan Illahi, Yang dengan memandang wajahnya membuat para sahabat mengingat Yang Maha Indah Allah Swt, Berkata Abu Hurairah ra "jika kami memandangmu wahai Rasul, bergetar hati kami berdzikir kepada Allah Swt”. Kita bisa melihat gunung dan bergetar hati kita mengingat keagungan Allah, kita bisa melihat matahari dan bulan, tapi ternyata getaran terkuat muncul pada wajah Sayyidina Muhammad Saw, Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, berkata Sayyidina Anas bin Malik ra “kami tidak pernah lihat pemandangan yang lebih menggetarkan dan menakjubkan daripada wajah Sayyidina Muhammad Saw”. Wajah orang yang paling khusyu’ dari semua orang yang khusyu’, wajah orang yang paling taqwa dan pemimpin orang yang paling bertaqwa, wajah orang yang paling rindu kepada Allah Swt, wajah orang yang paling mencintai Allah Swt, dialah Nabiyyuna wa Syafi'una Muhammad Saw.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, Rasul saw bersabda bahwa kelak manusia akan dipanggil dari pintu pintu masing masing di pintu surga, Orang orang yang banyak shalat akan dipanggil dari gerbang shalat, orang orang yang berjihad akan dipanggil oleh Allah dari gerbang surga di pintu pintu jihad, orang orang yang banyak puasa akan diseru ke pintu gerbang yang bernama gerbang Ar-rayyan, orang yang banyak bershadaqah akan dipanggil dari pintu shadaqah, Ini keempat amal berkumpul di bulan ramadhan al mukarram…., Berkata Sayyidina Abi Bakar Ashshiddiq ra kepada Rasul Saw sebagaimana kelanjutan hadits ini riwayat Shahih Bukhari, “ya Rasulullah bolehkah orang beramal banyak dari keempat amal itu agar ia bisa dipanggil dari semua pintu?”. Rasul saw berkata “bisa, dan mudah mudahan engkau diantara mereka wahai Abu Bakar”. (Shahih Bukhari). Keempat kemuliaan ini muncul di bulan ramadhan.
Orang yang melakukan shalat 5 waktu tentunya, kemudian di bulan ramadhan ia menyempurnakan ibadahnya dengan shalat sunnah tarawih berarti ia ahlusshalat. Di bulan ini pula banyak orang berjihad, jihad apa? karena sebaik – baik jihad adalah menahan hawa nafsu, Maka di bulan ini bulan yang mendapatkan kemuliaan bisa dipanggil dari pintu jihad, Memang hadits dhaif yang mengatakan bahwa jihad hawa nafsu itu haditsnya dhaif, jihad hawa nafsu lebih hebat dari jihad di dalam peperangan, Tapi para muhaddits menjelaskan walaupun haditsnya dhaif tapi maknanya shahih dan tsigah, karena orang yang berjihad fisabilillah itu debu pahala jihadnya (tidak berarti dan sia sia) kalau ia tidak berjihad dengan hawa nafsunya, Karena orang yang berjihad fisabilillah itu harus memerangi hawa nafsu bukan melampiaskan hawa nafsu,
Hadirin hadirat orang yang berjihad itu menahan (nafsu), tidak boleh memukul wajah, tidak boleh memukul wanita, tidak boleh memukul orang yang tidak bersenjata, berarti menahan nafsu di dalam jihad, Kalau ia tidak menahan nafsunya di dalam jihad maka jihadnya bukan jihad tapi adalah perjuangan untuk membela emosi dan hawa nafsunya, maka itu bukanlah jihad, maka jihad fisabilillah pun membutuhkan jihad terhadap hawa nafsu.
Dan jihad pada hawa nafsu muncul pada puasa bulan ramadhan.., Pintu jihad, pintu shalat, pintu ar-rayyan di bulan ramadhan, pintu shadaqah, Kita dengar Rasul saw paling banyak bershadaqah di bulan ramadhan, Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, Rasul saw orang yang paling dermawan dan yang paling dermawan di bulan ramadhan kedermawanannya, Ini hadirin hadirat kita dengar keempat kemuliaan ini muncul kesemuanya di bulan ramadhan al mukarram, Oleh sebab itu hadirin hadirat kita bisa lewati ramadhan ini dipanggil dari pintu sholat, dipanggil dari pintu jihad, dipanggil dari pintu ar-rayyan (untuk orng yg berpuasa), dipanggil dari pintu shadaqah di surga-Nya Allah Jalla wa alla dengan melewati bulan ramadhan, Semuanya tersimpan pada cahaya ramadhan al mukarram, Siang hari dan malam, oleh sebab itu sempurnakan pahala ramadhan.
Kita banyak kekurangan (dalam puasa) tambal dengan kelebihan, sudah melihat bagaimana barangkali buruknya puasa ramadhan kita yang penuh cela lalu benahi, Benahi dengan Alquran, benahi dengan hadir di majelis dzikir, benahi dengan hadir di majelis taklim, itu membenahi dan menambal dengan kemuliaan Alquran, Tentunya harapan kita melewati ramadhan ini nama kita sudah dipastikan oleh Allah Swt mendapat rahmat, mendapat maghfirah, mendapat kebebasan dari neraka, dipanggil dari pintu gerbang shalat, dipanggil dari pintu gerbang jihad, dipanggil dari pintu gerbang ar-rayyan, dipanggil dari pintu gerbang shadaqah dan tidak dipanggil dari pintu pintu neraka.
Karena 10 malam terakhir (waktu waktu dilimpahkannya) bebas dari api neraka, Risau kita kalau nama kita dipanggil juga dari pintu neraka, Pintu hawa nafsu memanggil, pintu zina memanggil, pintu judi memanggil, pintu pintu neraka memanggil, pintu dusta, pintu sombong, pintu riya, pintu ujub dan kesemuanya itu akan tertutup di 10 malam terakhir di bulan ramadhan, Riwayat Shahihul ibn Khuzaimah Rasul saw bersabda “bulan ramadhan yang 10 malam pertama adalah rahmat, 10 malam kedua adalah maghfirah, 10 malam ketiga bebas dari api neraka”. Sirna dan tidak akan datang panggilan api neraka memanggil namamu karena amal ibadah di 10 malam terakhir dan di 10 hari terakhir,
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Ketika didalam puasa muncul pertanyaan kepada saya apakah wanita yang haid mengqadha puasanya? Puasanya diqadha yang tidak diqadha adalah shalatnya, demikian di dalam riwayat Shahih Bukhari, Demikian juga bagi mereka yang melahirkan, yang melahirkan berarti nifas maka wajib qadha puasanya, dan yang tidak qadha adalah shalatnya saja. Mereka yang menyusui atau yang hamil, menyusui dan hamil ini hukumnya tidak jauh berbeda, Kalau seandainya ia berbuka karena kelemahan dirinya maka ia qadha puasa ramadhan tanpa fidyah, tapi kalau ia berbuka karena risau akan janinnya maka ia qadha puasa ditambah fidyah 1 mudd setiap 1 harinya, kalau batalnya 5 hari berarti puasanya 5 hari dan shadaqahnya 5 mudd. Yang menyusui sama hukumnya, kalau ia batal puasa karena kelemahan dirinya maka qadha puasanya saja tanpa fidyah dan kalau ia batal puasa karena kelemahan bayinya maka oleh sebab ia risau akan kurang air susunya dan menyebabkan kelemahan bayinya maka ia wajib qadha beserta fidyah.
Jadi kalau merisaukan keselamatan bayinya disaat hamil dan menyusui maka baginya puasa dan fidyah setiap harinya 1 mudd tapi kalau karena keselamatan dirinya hanya qadha puasa tanpa fidyah. Setiap hari 1 mudd itu berapa?, bahan pokok di wilayah kita adalah beras, Kalau wilayah lainnya masing masing, ada roti, kalau jazirah arab tentunya roti, kalau di Indonesia timur adalah sagu. Yakni masing masing bahan pokoknya, bahan pokok makanan setempat. Kalau di wilayah kita beras 1 mudd, beras 1 mudd itu berapa? 1 mudd itu kurang dari 1 liter sedikit. Perhitungannya 12 mudd adalah 10 liter, jadi 1 mudd itu kurang dari 1 liter. Ini pertanyaan yang banyak sekali muncul di website dan lainnya.
Selanjutnya hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Kita telah mendengar hadits Rasul saw berupa firman Allah swt bahwa “semua amal adalah untuk keturunan Adam, semua ibadah itu adalah untuk keturunan Adam”. Berkata Allah swt “Aku yang membalasnya sendiri”. Maksudnya apa? Sebagian orang bertanya hadits ini dan kalimat ini kita syarahkan dulu, apakah Allah swt memang butuh puasa kita? Kenapa Allah mengatakan puasa ramadhan itu untukku?. Maksudnya Allah butuh puasa?,
Allah tidak butuh puasa dan amal shalih kita, tapi itu hanya kiasan betapa agungnya puasa itu dihadapan Allah, Berkata Allah swt “Aku yang akan mengganjarnya sendiri”. Kalau kita dengar amal 10 hingga 700X lipat pahalanya dilipatgandakan sebagaimana riwayat Shahih Bukhari yang sering saya sampaikan itu adalah amal lainnya terkecuali puasa dan Allah sendiri yang membalasnya, Tentunya kalau sudah Allah sendiri yang membalasnya maka lebih, lebih, dan lebih dari 700X lipat.
Demikian hadirin hadirat dan Rasul saw meneruskannya yaitu puasa itu adalah benteng, Apa maksudnya benteng? benteng dari dosa. Demikian Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Bari bisyarah Shahih Bukhari dijelaskan makna benteng itu yang dimaksud adalah meruntuhkan dosa dosa, jika kita membentengi hawa nafsu kita.
Maka (terusan hadits) "ketika datang orang orang kepada kalian untuk memerangi kita atau mencaci kita atau memusuhi kita, katakanlah aku ini orang yang berpuasa". Jangan dibalas caciannya, jangan dibalas kemarahannya, Hal seperti ini diluar jihad fisabilillah, kalau jihad fisabilillah diperbolehkan untuk berjihad (melawan dg kekerasan bahkan membunuh), Karena apa? karena ini jihad bukan pelampiasan emosi, Jihad juga termasuk penawar hawa nafsu, sudah geram melihat musuh yang paling jahat senjatanya jatuh, tidak boleh diteruskan, Sudah geram melihat wajahnya yang sudah terbuka daripada perisainya, tinggal dihantam saja tidak boleh menyerang lagi.
Jadi jihad fisabilillah itu tidak membatalkan puasa, karena apa?, karena menahan emosi. Berbeda dengan orang yang mencaci diri kita. Jangan pula berjimak (berkumpul dengan istrinya) dilarang di bulan ramadhan (saat berpuasa, bukan dimalam hari). Jangan pula mencaci maki dan jangan pula mengucap dengan ucapan ucapan yang buruk, Seperti apa ucapan yang buruk, teriak terbahak bahak terlalu keras dan hal itu tidak membatalkan puasa namun mengurangi kesempurnaan pahala puasanya,
Demikian hadirin hadirat dan Allah swt sendiri yang akan membalas kemuliaan kemuliaan itu. Dan Allah swt memberikan kepada kita dua kegembiraan, pertama adalah bagi mereka orang yang berpuasa adalah kegembiraan saat mereka berbuka puasa dan yang kedua adalah kegembiraan disaat jumpa dengan Allah swt. saat jumpa dengan Allah swt, mereka sangat gembira kata Rasul saw. Dimana kita bisa membeli kegembiraan berjumpa dengan Allah swt?
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Al Imam At-Thabari di dalam tafsirnya, Al Imam At-Thabari saya nukil pendapatnya disini karena beliau seorang yang tsigah, Al Imam Ibn Jarir At-Thabari alaihi rahmatullah, hidup pada abad ke dua Hijriyah, beliau ini lebih dahulu dari Imam Nawawi, lebih dahulu dari Imam Ibn Hajar Al Asqalani dan ucapannya dinukil oleh banyak muhadditsin, Imam At-Thabari adalah seorang muhaddits dan seorang Alhafidh dan beliau telah menukil lebih banyak dari 1000 kitab yang beliau tulis dan yang paling termahsyur adalah tafsir beliau yaitu “Tafsir At-Thabari”. Dikatakan oleh para ulama dimasanya belum pernah ada tafsir yang bisa menyamai kesempurnaan tafsir Imam Ibn Jarir At-Thabari alaihi rahmatullah.
Didalam tafsir Imam At-Thabari dijelaskan bahwa ketika penduduk surga telah masuk kedalam surga dan penduduk neraka telah masuk kedalam neraka dan disaat itu Allah menutup Dzatnya dengan tabir cahaya dan tabir mutiara dan disaat itu Allah menjadikan dipan dipan bercahaya, kursi kursi yang bercahaya, dan mimbar mimbar singgasana yang bercahaya, Para penduduk surga melihat, untuk siapa itu singgasana singgasana bercahaya?, untuk siapa itu dipan dipan bercahaya?, untuk siapa itu kursi kursi bercahaya?.
Maka majulah seorang hamba Allah yang membawa bersamanya gunung gunung cahaya dengan terang benderangnya, Para penduduk surga bertanya, siapakah dia? maka Rasul saw menyebutkan bahwa orang itu adalah yang bersujud kepadanya para malaikat yaitu Adam as. Ia pun duduk disinggasana yang bercahaya lalu Rasul saw meneruskan riwayat haditsnya, muncul pula orang kedua yang membawa cahaya bagaikan gunung gunung cahaya, orang orang bertanya di surga, siapakah orang itu? maka berkatalah para malaikat bahwa ia itu adalah yang sejuk karenanya api api yang membakarnya yaitu Ibrahim Khalilullah, Ketika dibakar oleh api, Allah perintahkan api itu untuk sujud pada Ibrahim Khalilullah.. Kuuniy Bardan wa salaaman ala ibrahim..
(ia Ibrahim as) Datang (pula) dengan gunung gunung cahaya,
bergemuruh para malaikat dengan tasbih menyambut kedatangan Nabi Adam dan Nabi Ibrahim lalu datang Musa Khalilullah, lalu datang Isa bin Maryam, para Nabi dan Rasul duduk di singgasana singgasana cahaya dan kemudian datanglah seseorang dengan membawa seluruh cahaya para Nabi dan Rasul, Sayyidina Muhammad Saw... Duduklah Sang Nabi dan beliau berkata saat itu didudukkan para shiddiqin diatas dipan dipan cahaya dan para syuhada di kursi kursi cahaya, dan didudukkan para hamba Allah dihamparan misik dan disaat itu Allah swt berfirman “Marhaban bi'ibaadiy wa zuwwariy" Selamat datang hamba hamba Ku dan yang datang kepada Ku para tamu Ku.
Allah Jalla wa alla menyambut mereka dengan ucapan salam dan “marhaban”. Kita tahu riwayat Shahih Bukhari bahwa ucapan “marhaban” tidak diucapkan Rasul saw terkecuali kepada yang paling dicintainya. Rasul saw mengucapkan “marhaban” kepada orang orang yang beliau cintai Demikian Allah menyambut dengan marhaban, “selamat datang para tamuku, hamba hambaKu, beri mereka makan dan minum, beri mereka minuman”, maka muncullah para pria pria yang bagaikan mutiara terang benderangnya dari para pelayan surga membawakan nampan dari emas dan berlian, membawakan minuman kepada mereka. Allah swt menjawab lagi “selamat datang hamba hambaKu dan para tamu-Ku, silahkan makan dan minum dan jamu mereka”. Maka mereka dijamu dengan makanan makanan yang belum pernah mereka temukan keledzatannya di muka bumi, Lantas Allah menjawab lagi “beri mereka pakaian”, maka diberikanlah kepada mereka pakaian pakaian yang bercahaya dengan Cahaya Arrahman. Lantas Allah swt berkata “Selamat datang hamba hambaKu dan tamu tamuKu, beri mereka wewangian”, maka berhembuslah angin yang membawa gerimis daripada minyak wangi misik yang mewangikan wajah dan tubuh mereka. Maka Allah swt berkata “sekarang Aku akan memunculkan keindahan Dzat-Ku kepada kalian”. Singkirkan tabir yang menghalangi-Ku, tabir cahaya dan mutiara disingkirkan dan mereka melihat keindahan Dzat Allah, maka menjeritlah seluruh istana surga dan pohon pohon surga ketika memandang keindahan Dzat Rabbul Alamin.
Manusia bersujud, tidak mampu memandang keindahan Keagungan Rabbul Alamin, maka disaat itu Allah swt berkata “angkat kepala kalian dan pandanglah kepada keindahan Dzat-Ku Yang Maha Indah, ini bukan tempat beramal dan tempat bersusah susah, ini adalah tempat pembalasan kebahagiaan dan tempat pemberian pahala”.
ketika hamba hambaNya memandang keindahan DzatNya Allah swt maka mereka terdiam.., maka Allah swt menjawab mereka “wahai hamba – hambaKu kuciptakan surga dan kebahagiaan yang kekal ini untuk kalian. Tiadalah kalian mengingat dan menyebut Nama-Ku di alam dunia terkecuali Aku mengingat kalian". Demikian hadirin hadirat.
Semoga Allah memastikan seluruh wajah kita berada diantara mereka. Ketika teringat indahnya perjumpaan dengan Rabbul Alamin, kita teringat jasa siapa? Sayyidina Muhammad Saw.. Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, Sang Nabi saw tidak pernah berhenti memintakan syafaat untuk para pendosa seraya berkata tahukah kalian apa itu sayyidul mukminin fiddunnya wal akhirah. Akulah pemimpin orang mukmin dunia dan akhirat, tahukah kalian bagaimana kejadian itu..?, Para sahabat terdiam, Rasul saw berkata di hari kiamat semua orang pergi kepada Adam ayah seluruh manusia. Mereka pergi kepada orang yang bersujud padanya para malaikat. Nabi Adam hanya berkata “diriku, diriku, aku takut kepada Allah, pergilah kepada selainku”. Mereka pergi kepada Ibrahim, kepada Musa, kepada Isa, siapa mereka? para pendosa, barangkali kita. Lantas mereka pergi kepada Nabiyyuna Muhammad saw, Rasul saw berkata ”mereka berdatangan kepadaku”,
Rasul saw sudah menolak dari awal datang , karena apa?, ketika mereka didekatkan ke telaga haudh, ada orang orang yang dijauhkan oleh malaikat, diusir dari telaga haudh, Rasul saw bertanya “wahai malaikat Jibril kenapa engkau jauhkan orang orang ini?, mereka umatku”, maka berkatalah Jibril “mereka ini bermaksiat setelah engkau ya Rasul”, Rasul saw berkata “biarkan, biarkan mereaka pergi, jauhkan mereka”. Tapi setelah mereka pergi kepada para Nabi, mereka tak temukan lagi tempat maka balik lagi kepada Sang Nabi saw, beliau tak tega menolaknya. Melihat wajah wajah para pendosa di hadapan beliau, menjerit dan dilemparkan satu persatu ke dalam api, mereka melolong dan menjerit sebagaimana firman Allah surat tabarak dan disaat itulah Sang Nabi saw bersujud, aku bersujud dibawah Arsy. Allah Maha Tahu siapa yang dibela Sang Nabi, cuma para pendosa, cuma orang yang berhak jadi puntung neraka. Inilah yang dibela sang Nabi dan Allah berkata “silahkan beri syafaat wahai Muhammad pada orang yang masih punya pahala sebutir biji kurma tinggal satu butir biji kurma pahalanya, syafaati mereka”. Rasul saw kembali lihat wajah wajah yang telah hangus di dalam api dan beliau memanggil fulan, fulan, fulan punya amal walau sebutir biji kurma, naik, naik, mungkin amal mereka banyak tapi amal mereka habis karena berbuat dholim kepada orang lain. Maka disaat itu beliau melihat masih banyak yang menjerit dari umatnya. Disaat ayah melupakan anaknya, disaat ibu lari dari anaknya, disaat wanita hamil menggugurkan bayinya untuk tidak mau bertanggung jawab, disaat itu sang Nabi saw kembali bersujud “Rabbiy umatku masih tersiksa”, maka Allah swt berkata “beri syafaat mereka yang mau kau beri syafaat sampai yang punya amal sebutir biji sawi”. Sebutir biji sawi lebih kecil dari butir biji kacang hijau. Beri syafaat mereka, entah telah 100 tahun , entah telah 500 tahun, entah 1000 tahun Sang Nabi saw tidak tenang sampai diberikan syafaat untuk mereka. Masih tersisa didalam yang menggelepar dan menjerit, pasti para pendosa, pasti para penjahat dan sang Nabi saw tidak tenang dengan ini dan sang Nabi saw kembali bersujud “Rabbiy masih ada umatku”, maka wahai yang telah Allah ciptakan sebagai seorang yang rauffurrahim maka Allah memberikan syafaat kepada sang Nabi saw, angkat mereka yang masih punya pahala sekecil – kecil butir biji sawi. Diangkatlah semua mereka ini, siapa yang tersisa? mereka semua yang tidak punya pahala, cuma mempunyai gunung – gunung dosa tapi mereka tidak menyembah selain Allah maka disaat itu Allah berkata “sekarang bagianKu tidak Kubiarkan satupun orang yang menyembah-Ku sama dengan orang yang tidak menyembah-Ku, tidak Kusamakan, keluarkan mereka, masukkan mereka ke dalam surga dengan rahmat-Ku”. Keluarlah orang yang terakhir ke dalam surga, berapa lama ia disiksa, entah telah ratusan ribu tahun ia terpanggang didalam. Dan disaat ia keluar itu Allah menyingkat tabir keindahan Dzat-Nya dan disaat ia melihat keindahan Dzat Allah, Allah tanya kepada hamba-Nya “berapa lama kau disiksa di neraka”, ia berkata “aku lupa wahai Allah aku lupa bahwa aku pernah masuk neraka” . hilang seluruh kepedihannya setelah melihat keindahan Dzat Rabbul Alamin.
Wahai Allah pastikan kami memandang keindahan Dzat-Mu, Wahai ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali Wal Ikram Fakullu Jami’an Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Wahai Yang Maha Berhak Dirindukan Wahai Yang Maha Berhak Dipanggil Wahai Yang Akan Memanggil Nama Kami Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali Wal Ikram Ya Dzaththauli Wal In’am tidak rugi kita memanggil Nama Allah.
Hadirin – hadirat Insya Allah pada malam Rabu yang akan datang kita akan mengadakan Haul Ahlul Badr, siapa ahlul badr? Ahlul Badr adalah 313 Syuhada yang derajat mereka melebihi para khutubul auliya diantaranya Sayyidina Ali bin Abi Tholib dan seluruh Khulafaurrasyidin diantaranya Sayyidina Hamzah bin Abdul Mutholib dan juga Sayyidina Ja’far bin Abdul Mutholib dan diantaranya seluruh orang orang mulia dari Muhajirin dan Anshor berpadu Ahlul bayt dan orang orang Quraesy. Bersatu orang orang yang paling mulia dari pengikut umat Sayyidina Muhammad saw.
Yang menghadiri Haul Ahlul Badr maka ia telah menghadiri seluruh Haul Khulafaurrasyidin dan semua orang yang paling agung dimuka bumi dari umat Nabi Muhammad Saw. Acara akan diadakan malam Rabu, memang jarang diadakan Haul Ahlul Badr tapi Guru Mulia kita Al Hafidh Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidh mengadakan Haul Ahlul Badr di malam 17 Ramadhan karena peristiwa mulia perang badr al kubro itu pada malam 17 Ramadhan. Disini kita menghadiri Haul dari orang orang mulia dari umat ini, dari kalangan ahlul bayt maupun bukan dari kalangan ahlul bayt, pimpinan ahlul bayt hadir disitu, karena pemimpin seluruh ahlul badr adalah Sayyidina Muhammad Saw. Al Badr adalah orang yang ikut perang badr bukan yang wafat di medan badr. Ahlul Badr adalah orang yang wafat dalam perang badr. Khulafaurrasyidin ikut semua dalam perang badr al kubro, demikian juga Imam Ahlul Badr Sayyidina Muhammad saw.
Hadirin hadirat itu malam Rabu, kita berharap jamaah akan mengumpulkan sebanyak banyaknya teman yang hadir, kita gemuruhkan malam mulia ini dari Haul Ahlul Badr, semoga kita bersama Ahlul Badr di yaumal qiyamah, Siapa yang bersama mereka kalau bukan para pecinta mereka, siapa yang bersama mereka kalau bukan orang - orang yang mencintai mereka, maukah kita bersama khulafaurrasyidin?, dimana derajat mereka?, di dipan dipan cahaya dan di kursi kursi cahaya yang masuk surga tanpa hisab...
Siapa mereka? Orang yang mencintai mereka dipastikan hadir di Haul Ahlul Badr yang akan diadakan di MONAS ( Monumen Nasional ) pukul 21.30 WIB acara dimulai. (acara) Seperti ini maulid, tausiyah sebentar, lalu dzikir ya Allah sebanyak 1000X.
Dan sebelum acara itu, ada acara lagi pada hari Ahad yang akan datang, Alhamdulillah kita telah dibukakan keluasan oleh Allah swt untuk menerangi siang hari ramadhan yaitu pada tanggal 14 September 2008, hari Minggu. Waktunya shalat Dhuhur berjamaah di MAsjid Attin, dzikir bersama Ustadz Yusuf Mansyur. Dan disini hadirin hadirat saya mengharapkan kehadirin hadirin hadirat demi meramaikan panggung panggung dzikrullah Allah swt karena semakin banyaknya panggung panggung dzikir di siang hari semakin membuka rahmat bagi kita.
Dana sangat besar kita keluarkan untuk acara acara besar ini, sebenarnya saya tidak pantas berbicara ini tapi perlu saya sampaikan banyak yang bertanya 12 Rabiul Awwal yang lalu di Monas mengeluarkan dana lebih dari Rp. 90.000.000,-, juga dilapangan Banteng, Nishfu Sya’ban dana keluar Rp. 75.000.000,- dan kita tidak meminta bantuan dana dari hadirin tapi kita minta kehadiran, minta kehadiran untuk memakmurkan majelis majelis dzikrullah karena yang paling berhak dimuliakan adalah majelis majelis adalah dzikrullah. Semakin banyak majelis majelis dzikrullah ini diramaikan makin terbenahi bumi Jakarta ini, Oleh sebab itu bantulah dakwah Nabi kita Muhammad Saw dengan kehadiran atau jika tidak bisa hadir sampaikan pada teman dan keluarga dan sahabat supaya bisa meramaikan dzikir ini dan tentunya kita akan terus maju. Semakin maju panggung panggung dzikrullah,
siapa yang kita cintai?, Allah. Siapa yang akan ridho?, Allah..,
siapa yang akan makin dekat pada kita?,
Allah Jalla wa alla.
Oleh sebab itu saya titipkan majelis minggu yang akan datang kepada hadirin, saya tidak bisa menanggungnya sendiri untuk mengajak semua orang, masing masing dari kita yang hadir saya titipkan tanggung jawab untuk mengajak teman teman dan saudaranya untuk hadir. Jika ia bisa hadir atau tidak, demikian pula pada acara haul Badr Al Kubro. Ramaikan ramadhan ini dengan keagungan Nama Allah Jalla wa alla dan yang paling akan memuliakan kita adalah Allah Jalla wa alla. Amin Allahumma Amin.
Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam.
Walhamdulillahi Rabbil Alamin.
"Gebrakan Ilmiah NU Pasuruan Bongkar Kebohongan Aktivis Gender"
Belum lama ini, (September 2004), Rabithatul Ma'ahid Islamiyah
(RMI), Cabang Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, menerbitkan sebuah buku
berjudul "Menguak Kebatilan dan Kebohongan Sekte FK3". RMI adalah
organisasi ikatan Pondok Pesantren di bawah Naungan Organisasi Nahdhatul
Ulama (NU). Buku ini merupakan hasil kajian ilmiah Forum Kajian Islam
Tradisional Pasuruan (FKIT), yang beranggotakan kyai-kyai muda dari
berbagai pesantren, seperti Abdulhalim Mutamakkin, Muhibbul Aman Ali, HA
Baihaqi Juri, M. Idrus Ramli, dan sebagainya.=20
Para kyai itu merasa resah dengan terbitnya sebuah buku berjudul
"Wajah Baru Relasi Suami-Istri, Telaah Kitab 'Uqud al-Lujayn', karya Imam
Nawawi al-Bantani, seorang ulama terkenal yang dijuluki 'Sayyid Ulama
Hijaz'. Maka mereka melakukan diskusi ilmiah intensif lebih dari 20 kali,
dan hasilnya keluarlah sebuah buku ilmiah yang menarik ini. Tentu saja,
aktivitas ilmiah ini sangat membanggakan, mengingat begitu besarnya
perhatian para elite NU terhadap masalah-masalah politik, seputar
pemilihan Presiden tahun 2004. Sebagai 'ulama' pewaris para Nabi, para
kyai itu tampaknya tidak melupakan tugasnya untuk menjaga aqidah umat, di
tengah situasi dan kondisi yang tidak terlalu mendukung perjuangan ilmiah
mereka. Menyimak isi buku ini, bisa dikatakan, para kyai muda itu memiliki
daya intelektual dan penguasaan literatur-literatur Islam yang cukup
mendalam. Ratusan kitab-kitab klasik dikaji dan disajikan dengan baik
dalam buku ini.=20
KH Abdulhalim Mutamakkin, Ketua RMI Kabupaten Pasuruan, dalam
pengantarnya menyatakan, bahwa mengkritisi sebuah karya memang perbuatan
yang terpuji dalam rangka mencari suatu kebenaran. Akan tetapi apabila
dilakukan dengan cara dan tujuan yang tidak benar atau oleh orang yang
tidak memiliki cukup ilmu untuk memahami karya yang bersangkutan, maka
harus diluruskan. KH Ahmad Subadar, Rais Syuriah PCNU Kabupaten Pasuruan,
menulis dalam pengantarnya, "Saya telah melihat dan membaca risalah ini,
dan saya mengambil kesimpulan, bahwa risalah ini adalah benar-benar
menegakkan ajaran Rasululah saw, dan meluruskan paham orang yang salah,
melenceng dari tuntunan ulama'una al-salaf.=20
Telaah kritis para ulama Jawa Timur ini sungguh menyejukkan. Di
tengah kegersangan situasi intelektual, mereka mau dan berani berbicara
yang benar, mereka berani melawan arus besar, Gerakan yang mengatasnamakan
kesetaraan gender, yang justru disebarkan oleh para elite NU sendiri. Apa
yang mereka sebut sebagai "Sekte FK3" (Forum Kajian Kitab Kuning), yang
melakukan tindakan kebatilan dan kebohongan, adalah orang-orang yang cukup
terkenal di kalangan NU sendiri. Di situ ada nama Sinta Nuriyah
Abdurrahman Wahid, Masdar F. Masudi, Husen Muhammad, Lies Marcus, dan
sebagainya. Namun, para kyai dari kota kecil di Jawa Timur itu tidak
gentar dan mampu membuktikan, bahwa buku yang diterbitkan oleh FK3, yang
mengkritik kitab 'Uqud al-Lujayn, adalah buku yang bertaburan dengan
kebatilan dan kebohongan. Bagi kaum Muslimin yang tidak mempunyai
kemampuan dan keakraban dalam membaca karya-karya klasik ulama Islam,
memang bisa terpengaruh. Apalagi yang memang menginginkan masuknya paham
kesetaraan gender ala Barat dalam masyarakat Islam.=20
Orang-orang yang membawa ideologi kesetaraan gender ke dalam
pondok-pondok pesantren adalah juga orang-orang yang mempelajari
kitab-kitab klasik dan mencantumkan rujukan mereka pada karya-karya klasik
ulama Islam. Namun, melalui buku terbitan RMI Pasuruan ini, kebohongan dan
kebatilan kelompok FK3 itu dibongkar satu persatu.=20
Misalnya, penilaian FK3 terhadap hadits "Barangsiapa yang
meniru-niru suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka." Terhadap hadits
ini, FK3 menulis: "jalur hadits ini dhaif sebagaimana ditetapkan oleh
al-Sakhawi dalam Kitab "al-Maqashid al-Hasanah". Pendapat itu dijernihkan
oleh FKIT, dengan menyebutkan, bahwa al-Albani dalam "Irwa' al-Ghalil fi
Takhrij Ahadits Manar al-Sabil" (hadits no 1269), menyatakan hadits itu
sahih. Kata-kata Sakhawi juga dipotong. Aslinya merupakan ungkapan dari
al-Munawi dalam Faidh al-Qadir, yang berbunyi: "Al-Sakhawi berkata, sanad
hadits Ibnu Umar dhaif akan tetapi memiliki beberapa syahid. Ibnu Taimiyah
berkata, sanadnya jayyid, dan Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari,
sanadnya hasan." FK3 memilih komentar al-Sakhawi karena menilai sanadnya
dhaif, dan tidak ingin menggunakan hadits itu.=20
Contoh lain, adalah sebuah hadith tentang larangan berkhalwat
(berudua-duaan) antara laki-laki dan wanita, yang dikatakan FK3 sebagai
hadits dhaif. Padahal, ada hadits lain dengan makna yang sama yang sahih.
Tetapi hal ini tidak disebutkan oleh FK3. Contoh lain adalah soal
kepemimpinan laki-laki terhadap wanita, sesuai ayat 34 surat an-Nisa':
"Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita),
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian harta mereka."=20
FK3 menulis komentar tentang ayat ini bahwa : "Mayoritas ulama fiqih
dan tafsir berpendapat bahwa qiwamah (kepemimpinan) hanyalah terbatas pada
laki-laki dan bukan pada perempuan, karena laki-laki memiliki keunggulan
dalam mengatur, berfikir, kekuatan fisik dan mental. Kata-kata FK3 itu
dikritik FKIT, dengan disebutkan, bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan
diantara ulama fiqih dan tafsir tentang kepemimpinan laki-laki dalam rumah
tangga termasuk dalam kepemimpinan negara (imamah). Masalah kepemimpinan
laki-laki ini dibahas dengan panjang lebar dan tampak bahwa argumentasi
FK3 atau aktivis kesetaraan gender, memang tidak kuat dan hanya
dicocok-cocokkan dengan kemauan dan tujuan ideologi kesetaraan gender,
yang belum tentu cocok dengan Islam.=20
Soal kepemimpinan laki-laki ini dihujat oleh FK3, dengan menyatakan,
bahwa "di masa sekarang dalam bidang ekonomi atau sosial, banyak perempuan
yang lebih unggul daripada laki-laki."=20
Argumentasi FK3 ini sangatlah lemah, sebab sejak dulu, ada saja
wanita yang lebih unggul dari laki-laki. Khadijah r.a. adalah seorang
wanita bangsawan dan kaya raya dan banyak mempekerjakan laki-laki,
termasuk Rasulullah saw, di masa mudanya. Siti Aisyah r.a., juga seorang
wanita yang unggul dalam kepemimpinan dan intelektual, melebihi banyak
kaum laki-laki di zaman itu. Belum lama ini terbit sebuah kitab fiqih
hasil ijtihad ulama perempuan terkemuka, yaitu Aisyah r.a. berjudul
"Mausu'ah Fiqh 'Aisyah Ummu al-Mu'minin Hayatuha wa Fiqhuha", setebal 733
halaman. Hasil ijtihad beliau sebagai seorang perempuan, tidak berbeda
dengan hasil ijtihad para mujtahid laki-laki. Namum, seringkali tuduhan
kepada para mujtahid dan fuqaha ditimpakan, bahwa fiqih didominasi oleh
laki-laki, dan ajaran agama ditafsirkan berdasarkan kepentingan
laki-laki."=20
Demikianlah kajian FKIT Pasuruan yang perlu ditelaah dna
didiskusikan lebih jauh, khususnya bagi kalangan NU, dan kaum Muslim pada
umumnya. Sebab, saat ini begitu gencar serangan terhadap ajaran-ajaran
Islam yang dinilai para aktivis gender ala sekular-Barat tidak cocok
dengan zaman. Tuduhan-tuduhan bahwa ajaran Islam banyak didominasi oleh
kaum laki-laki, seperti datang bertubi-tubi, sehingga bantak yang kemudian
meragukan ketulusan dan kecanggihan ijtihad para ulama terdahulu. Padahal,
sepanjang sejarah Islam, begitu juga banyak diantara ulama-ulama Islam
adalah wanita. Tetapi, mereka tidak pernah menggugat masalah kepemimpinan
laki-laki dalam rumah tangga, atau berbagai masalah yang dipersoalkan oleh
aktivis kesetaraan gender, seperti sekarang ini. Kepemimpinan bukan hanya
soal "hak", tetapi juga tanggung jawab. Artinya, bagi laki-laki, tanggung
jawab itu belaku di dunia dan akhirat. Dalam soal kepemimpinan negara pun,
banyak rakyat yang lebih pintar dan mahir dalam kepemimpinan dari kepala
negaranya. Oleh karena itu, seyogyanya, wanita memilih calon suaminya yang
"sekufu" atau laki-laki yang memang mampu menjadi pemimpin. Bisa saja
istri lebih pintar dari suaminya, tetapi hak kepemimpinan memang ada pada
suaminya, termasuk hak talak. Pemimpin yang baik, pasti akan memanfaatkan
kepintaran istrinya. Ini bukan masalah baru, sudah banyak rumah tangga
yang sukses, meskipun istri lebih pandai dari suaminya, dan tetap ia
menghormati kepemimpinan suaminya. Ini bukan soal tinggi atau rendah
martabat sebagai manusia, tetapi adalah soal tanggung jawab dan pembagian
tugas.=20
Masalah kesetaraan gender memang saat ini begitu menggejala dan
menjadi proyek yang banyak menyediakan dana. Beberapa waktu lalu, Tim
Pengarusutamaan Gender Departemen Agama telah memproduksi legal draft
Kompilasi Hukum Islam yang sangat kontroversial dan 'ajaib', yang tidak
berpijak pada metodologi Islam, tetapi pada prinsip-prinsip kesetaraan
gender, pluralisme, nasionalisme, dan sebagainya. Tanggal 25 Oktober 2004
lalu, Harian Kompas menurunkan tulisan seorang wanita aktivis Jaringan
Intelektual Muda Muhammadiyah, berjudul "Khatib Perempuan". Tulisan itu
menggugat, mengapa tidak ada khatib jumat atau salat tarawih yang
perempuan. "Tak adakah kesempatan bagi dai perempuan untuk berkhotbah?"
Dari sekian ribu masjid di Tanah Air, tulisnya, tak satu pun perempuan
menjadi khatib. Satu-satunya perempuan yang ia dengar berani berkhotbah
Jumat di hadapan pria adalah Prof Amina Wadud, sarjana Muslim terkemuka.
Ia naik mimbar Masjid Claremont Main Road di Cape Town di Afrika Selatan.=20
Menurut dia, secara umum, khatib adalah orang yang menyampaikan
ajaran agama atau khotbah sebelum shalat Jumat atau kegiatan keagamaan
lain. Untuk itu, seorang khatib harus memiliki kecakapan dan pengetahuan
agama yang baik. Dan kini yang memiliki kecakapan dan pengetahuan agama
yang cukup tak hanya laki-laki. Terbukti, kini mubalig perempuan telah
bermunculan. Sayangnya, mereka tetap tidak bisa menjadi khatib maupun iman
shalat di masjid. Mereka hanya bisa menjadi khatib atau imam di rumah atau
pelbagai majelis taklim di kalangan perempuan sendiri.=20
Jelaslah, kata wanita ini, perempuan tidak boleh berkhotbah di
masjid bukanlah karena ketidakmampuan mereka. Dalil-dalil yang menolak
perempuan untuk berkhotbah "harus dipahami secara kontekstual, sesuai
dengan situasi dan kondisi budaya saat dalil itu dikemukakan, sebab
prinsip utama dalam Islam adalah musawah, hak yang sama antara laki-laki
dan perempuan, tidak mengenal pembatasan dan diskriminasi dalam
pelaksanaan ibadah."=20
Kata dia: "Kala situasi sekarang berbeda dengan dulu, keamanan telah
sepenuhnya dijamin, dai-dai perempuan pun bermunculan, masihkah kita tidak
mau memberi kesempatan bagi perempuan untuk berkhotbah atau memimpin
shalat di masjid? Barangkali di antara kita belum ada yang berani tampil
seperti Prof Amina Wadud. Namun, setidaknya kita berani bertanya dalam
diri kita: apa yang sebenarnya kita takutkan dan apa yang kita
pertahanankan jika perempuan bicara di masjid? Apakah ada yang akan merasa
bakal kehilangan otoritasnya sebagai pemimpin agama dalam masyarakat?
Ataukah rasa maskulinitas kita sedang terancam?"=20
Wanita ini sedang menampilkan dirinya sebagai 'mujtahid' yang merasa
lebih hebat dari ribuan ulama, termasuk ulama-ulama wanita, seperti
Sayyidah Aisyah r.a. Sepanjang 1500 tahun, dan di belahan dunia mana pun,
ulama Islam tidak pernah berpikir semacam ini. Jika fiqih dipengaruhi oleh
waktu dan tempat atau budaya, di mana-mana kaum Muslim selama ribuan tahun
punya pendapat yang sama tentang banyak masalah fiqih. Tentu ada
perbedaan, tetapi bukan karena perbedaan budaya. Lalu, apakah yang
dimaksud dengan musawat? Apakah itu berarti persamaan dalam segala hal
antara laki-laki dan wanita? Jika si wanita ini merasa mampu dan berhak
menjadi khatib Jumat, apakah dia mau hukum salat Jumat juga wajib baginya?
Apakah si wanita ini lalu merasa menjadi terhormat jika dapat berkhotbah
Jumat?=20
Tanpa dia sadari, atau mungkin dia sadari, si wanita yang mengaku
dari aktivis organisasi intelektual Islam ini, sebenarnya sedang
membongkar agamanya sendiri. Dengan dalil "musawat" dia bisa membongkar
apa aja yang dikehendaki, yang penting sama dengan laki-laki. Dia bisa
menuntut hak talak, karena perempuan juga bisa mentalak suaminya. Wanita
juga bisa menuntut untuk masuk masjid, meskipu sedang haid, karena
sekarang sudah ada pembalut wanita yang mampu menahan ceceran darah. Di
masa turunnya ayat, pembalut wanita belum ada. Wanita juga bisa mencari
nafkah dan menjadi kepala keluarga. Wanita juga tidak harus melahirkan dan
menyusui anaknya, karena dia bisa menyewa orang lain untuk melahirkan dan
menyusui anaknya. Kelebihan seperti dalam surat an-Nisa ayat 34, menurut
mereka, bukan kelebihan berdasarkan jenis kelamin.=20
Inilah pemahaman yang keliru. Secara umum, hingga kini, dalam soal
fisik saja, laki-laki memang lebih unggul dari perempuan. Meskipun secara
perseorangan, banyak wanita lebih unggul dan lebih kuat secara fisik. Bisa
dipastikan, juara tinju dunia kelas berat wanita, Lamya Ali, misalnya,
lebih kuat pukulannya dan akan menang bertinju melawan Komar, pelawak yang
kini menjadi anggota DPR. Banyak wanita jago angkat besi atau bela diri
yang mungkin saja lebih kuat fisiknya ketimbang suaminya. Tetapi, secara
umum, tetap saja laki-laki lebih kuat. Para aktivis kesetaraan gender
sebenarnya mengakui hal ini. Maka mereka tidak memprotes, bahwa dalam
bidang olah raga, kaum wanita sebenarnya telah didiskriminasi dan
diperhinakan dengan sadis, dengan dibeda-bedakan kelompok pertandingannya
dengan laki-laki. Jika para aktivis kesetaraan gender ini konsisten, maka
mereka harusnya memprotes hal itu, dan menuntut, agar tidak ada lagi
pembedaan pertandingan tinju laki-laki dan tinju wanita, angkat besi
laki-laki dan angkat besi wanita, sepakbola laki-laki dan perempuan, gulat
laki-laki dan gulat wanita, bulu tangkis laki-laki dan wanita, dan
sebagainya.=20
Para aktivis kesetaraan gender ini tidak menuding, bahwa olimpiade,
Sea-games, dan sebagianya, adalah rekayasa kaum laki-laki, yang
mendiskriminasi wanita, karena memperlakukan wanita sebagai makhluk lemah.
Nyatanya, aktivis kesetaraan gender hanya berani menuduh-nuduh para ulama,
para fuqaha, bahwa mereka merakayasa hukum agama untuk kepentingan
laki-laki. Tuduhan yang sebenarnya sangat jahat, karena dilakukan
serampangan. Pada 21 November 2004, seorang yang mengaku aktivis liberal,
menulis di Harian Jawa Pos, bahwa ada seorang wanita, bernama Maryam
Mirza, yang melakukan khotbah shalat Id, di Amerika Serikat. Penulis ini
sangat bangga bahwa ada wanita bisa khotbah Id, sehingga ia puji
habis-habisan, dengan kata-katanya berikut:=20
"Penampilan Maryam Mirza memang bahkan bisa dikatakan "revolusioner"
- bukan hanya buat Muslim Amerika, tapi untuk seluruh dunia Islam.
Kesetaraan gender dalam Islam memang terlalu banyak dikatakan dan terlalu
sedikit dilaksanakan... Mudah-mudahan pada Idul Fitri tahun depan, kita di
Indonesia - kalaupun mustahil diharap di Arab Saudi -- pun bisa menikmati
tampilnya khatib perempuan dalam salat Id. Jika Maryam Mirza bisa, seperti
kata jamaah salat Id di Washington itu, tentu para perempuan Muslim lain
di mana pun bisa."=20
Memang, banyak wanita yang mampu menjadi khatib. Tetapi, ironis
sekali cara berpikir seperti ini, bahwa wanita menjadi khatib Id
dibanggakan, hanya karena "WTS" (Waton Suloyo/asal beda dengan yang lain).
Jangankan menjadi khatib, sekarang pun banyak wanita Muslimah yang bisa
membuat pesawat terbang dan menjadi cendekiawan-cendekiawan unggul, tanpa
perlu menjadi khatib Id. Apa yang perlu dibanggakan dengan hal semacam
ini? Sepanjang sejarah Islam, banyak wanita menjadi pejuang unggul, tanpa
perlu menuntut menjadi khatib. Cut Nya' Din, tetap dihormati dan dipuji
sebagai pahlawan. Cut Mutiah, namanya tetap harum. Mereka tidak berbuat
hal yang aneh-aneh untuk menjadi terkenal. Kalau si penulis artikel itu
ingin ada wanita jadi khatib shalat Id di Indonesia, biarlah istrinya
sendiri, yang jadi imam salat baginya, dan jadi khatib untuk keluarganya
sendiri. Biarlah dia memberi contoh, untuk dirinya sendiri, dan
mempertanggung jawabkannya kepada Allah SWT di Hari Akhirat nanti. Ibnu
al-Mundzir, dalam Kitab al-Ijma', (hal. 44) menjelaskan, bahwa soal imam
dan khatib ini sudah merupakan ijma' di kalangan sahabat. Para Ulama Islam
pun tidak pernah berbeda dalam soal ini. Wallahu a'lam.
Diposting oleh qoffa di 8/03/2008 03:02:00 AM 0 komentar
Saturday, July 26, 2008
AWAS BUKU SYI'AH
AWAS Buku Syi’ah
Posted on September 8th, 2002 by admin
Jika kita ke toko buku, terkadang tertarik dengan suatu buku. Namun jangan tergesa-gesa dahulu untuk membelinya. Lihat dulu pengarangnya. Apakah dari Ahlus Sunnah wal jama’ah atau bukan. Kalo perlu, lihat juga penerjemahnya (untuk yang bahasa Indonesia) dan penerbitnya. Jangan sampai kita salah di dalam memilih buku.
Pada kesempatan ini kami bawakan daftar buku-buku syiah yang kami dapatkan dari situs salah satu yayasan syiah di Yogyakarta.
Maksud kami ini tidak lain dan tidak bukan agar kita tidak tersesat dalam memilih buku. Kita tahu dan belajar kejelekan bukan untuk kita amalkan tapi untuk kita jauhi.
PENERBIT JUDUL
BUKU DAN PENGARANG
Lentera 1. Akhlak Keluarga Nabi, Musa Jawad Subhani
2. Ar-Risalah, Syaikh Ja?far Subhani
3. As-Sair Wa As-suluk, Sayid Muhammad Mahdi Thabathaba?i Bahrul Ulum
4. Bagaimana Membangun Kepribadian Anda, Khalil Al Musawi
5. Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana, Khalil al-Musawi
6. Bagaimana Menyukseskan Pergaulan, Khalil al-Musawi
7. Belajar Mudah Tasawuf, Fadlullah Haeri
8. Belajar Mudah Ushuluddin, Syaikh Nazir Makarim Syirasi
9. Berhubungan dengan Roh, Nasir Makarim Syirazi
10. Ceramah-Ceramah (1), Murtadha Muthahhari
11. Ceramah-Ceramah (2), Murtadha Muthahhari
12. Dunia Wanita Dalam Islam, Syaikh Husain Fadlullah
13. Etika Seksual dalam Islam, Murtadha Muthahhari
14. Fathimah Az-Zahra, Ibrahim Amini
15. Fiqih Imam Ja?far Shadiq [1], Muhammad Jawad Mughniyah
16. Fiqih Imam Ja?far Shadiq Buku [2], Muh Jawad Mughniyah
17. Fiqih Lima Mazhab, Muh Jawad Mughniyah
18. Fitrah, Murthadha Muthahhari
19. Gejolak Kaum Muda, Nasir Makarim Syirazi
20. Hak-hak Wanita dalam Islam, Murtadha Muthahhari
21. Imam Mahdi Figur Keadilan, Jaffar Al-Jufri (editor)
22. Kebangkitan di Akhirat, Nasir Makarim Syirazi
23. Keutamaan & Amalan Bulan Rajab, Sya?ban dan Ramadhan,Sayid Mahdi al-Handawi
24. Keluarga yang Disucikan Allah, Alwi Husein, Lc
25. Ketika Bumi Diganti Dengan Bumi Yang Lain, Jawadi Amuli
26. Kiat Memilih Jodoh, Ibrahim Amini
27. Manusia Sempurna, Murtadha Muthahhari
28. Mengungkap Rahasia Mimpi, Imam Ja?far Shadiq
29. Mengendalikan Naluri, Husain Mazhahiri
30. Menumpas Penyakit Hati, Mujtaba Musawi Lari
31. Metodologi Dakwah dalam Al-Qur?an, Husain Fadhlullah
32. Monoteisme, Muhammad Taqi Misbah
33. Meruntuhkan Hawa Nafsu Membangun Rohani, Husain Mazhahiri
34. Memahami Esensi AL-Qur?an, S.M.H. Thabatabai
35. Menelusuri Makna Jihad, Husain Mazhahiri
36. Melawan Hegemoni Barat, M. Deden Ridwan (editor)
37. Mengenal Diri, Ali Shomali
38. Mengapa Kita Mesti Mencintai Keluarga Nabi Saw, Muhammad Kadzim Muhammad Jawad
39. Nahjul Balaghah, Syarif Radhi (penyunting)
40. Penulisan dan Penghimpunan Hadis, Rasul Ja?farian
41. Perkawinan Mut?ah Dalam Perspektif Hadis dan Tinjauan Masa Kini, Ibnu Mustofa (editor)
42. Perkawinan dan Seks dalam Islam, Sayyid Muhammad Ridhwi
43. Pelajaran-Pelajaran Penting Dalam Al-Qur?an (1), Murtadha Muthahhari
44. Pelajaran-Pelajaran Penting Dalam Al-Qur?an (2), Murtadha Muthahhari
45. Pintar Mendidik Anak, Husain Mazhahiri
46. Rahasia Alam Arwah, Sayyid Hasan Abthahiy
47. Suara Keadilan, George Jordac
48. Yang Hangat dan Kontroversial dalam Fiqih, Ja?far Subhani
49. Wanita dan Hijab, Murtadha Muthahhari
Pustaka Hidayah 1. 14 Manusia Suci, WOFIS IRAN
2. 70 Salawat Pilihan, Al-Ustads Mahmud Samiy
3. Agama Versus Agama, Ali Syari?ati
4. Akhirat dan Akal, M Jawad Mughniyah
5. Akibat Dosa, Ar-Rasuli Al-Mahalati
6. Al-Quran dan Rahasia angka-angka, Abu Zahrah Al Najdiy
7. Asuransi dan Riba, Murtadha Muthahhari
8. Awal dan Sejarah Perkembangan Islam Syiah, S Husain M Jafri
9. Belajar Mudah Ushuluddin, Dar al-Haqq
10. Bimbingan Keluarga dan Wanita Islam, Husain Ali Turkamani
11. Catatan dari Alam Ghaib, S Abd Husain Dastaghib
12. Dari Saqifah Sampai Imamah, Sayyid Husain M. Jafri
13. Dinamika Revolusi Islam Iran, M Riza Sihbudi
14. Falsafah Akhlak, Murthadha Muthahhari
15. Falsafah Kenabian, Murthada Muthahhari
16. Gerakan Islam, A. Ezzati
17. Humanisme Antara Islam dan Barat, Ali Syari?ati
18. Imam Ali Bin Abi Thalib & Imam Hasan bin Ali Ali Muhammad Ali
19. Imam Husain bin Ali & Imam Ali Zainal Abidin Ali Muhammad Ali
20. Imam Muhammad Al Baqir & Imam Ja?far Ash-Shadiq Ali Muhammad Ali
21. Imam Musa Al Kadzim & Imam Ali Ar-Ridha Ali Muhammad Ali
22. Inilah Islam, SMH Thabataba?i
23. Islam Agama Keadilan, Murtadha Muthahhari
24. Islam Agama Protes, Ali Syari?ati
25. Islam dan Tantangan Zaman, Murthadha Muthahhari
26. Jejak-jejak Ruhani, Murtadha Muthahhari
27. Kepemilikan dalam Islam, S.M.H. Behesti
28. Keutamaan Fatimah dan Ketegaran Zainab, Sayyid Syarifuddin Al Musawi
29. Keagungan Ayat Kursi, Muhammad Taqi Falsafi
30. Kisah Sejuta Hikmah, Murtadha Muthahhari
31. Kisah Sejuta Hikmah [1], Murthadha Muthahhari
32. Kisah Sejuta Hikmah [2],Murthadha Muthahhari
33. Memilih Takdir Allah, Syaikh Ja?far Subhani
34. Menapak Jalan Spiritual, Muthahhari & Thabathaba?i
35. Menguak Masa Depan Umat Manusia, Murtadha Muthahhari
36. Menolak Isu Perubahan Al-Quran, Rasul Ja?farian
37. Mengurai Tanda Kebesaran Tuhan, Imam Ja?far Shadiq
38. Misteri Hari Pembalasan, Muhsin Qara?ati
39. Muatan Cinta Ilahi, Syekh M Mahdi Al-syifiy
40. Nubuwah Antara Doktrin dan Akal, M Jawad Mughniyah
41. Pancaran Cahaya Shalat, Muhsin Qara?ati
42. Pengantar Ushul Fiqh, Muthahhari & Baqir Shadr
43. Perayaan Maulid, Khaul dan Hari Besar Islam, Sayyid Ja?far Murtadha al-Amili
44. Perjalanan-Perjalanan Akhirat, Muhammad Jawad Mughniyah
45. Psikologi Islam, Mujtaba Musavi Lari
46. Prinsip-Prinsip Ijtihad Dalam Islam, Murtadha Muthahhari& M. Baqir Shadr
47. Rasulullah SAW dan Fatimah Ali Muhammad Ali
48. Rasulullah: Sejak Hijrah Hingga Wafat, Ali Syari?ati
49. Reformasi Sufistik, Jalaluddin Rakhmat
50. Salman Al Farisi dan tuduhan Terhadapnya, Abdullah Al Sabitiy
51. Sejarah dalam Perspektif Al-Quran, M Baqir As-Shadr
52. Tafsir Surat-surat Pilihan [1], Murthadha Muthahhari
53. Tafsir Surat-surat Pilihan [2], Murthadha Muthahhari
54. Tawasul, Tabaruk, Ziarah Kubur, Karamah Wali, Syaikh Ja?far Subhani
55. Tentang Dibenarkannya Syafa?at dalam Islam, Syaikh Ja?far Subhani
56. Tujuan Hidup, M.T. Ja?fari
57. Ummah dan Imamah, Ali Syari?ati
58. Wanita Islam & Gaya Hidup Modern, Abdul Rasul Abdul Hasan al-Gaffar
MIZAN 1. 40 Hadis [1], Imam Khomeini
2. 40 Hadis [2], Imam Khomeini
3. 40 Hadis [3], Imam Khomeini
4. 40 Hadis [4], Imam Khomeini
5. Akhlak Suci Nabi yang Ummi, Murtadha Muthahhari
6. Allah dalam Kehidupan Manusia, Murtadha Muthahhari
7. Bimbingan Islam Untuk Kehidupan Suami-Istri, Ibrahim Amini
8. Berhaji Mengikuti Jalur Para Nabi, O.Hasem
9. Dialog Sunnah Syi?ah, A Syafruddin al-Musawi
10. Eksistensi Palestina di Mata Teheran dan Washington, M Riza Sihbudi
11. Falsafah Pergerakan Islam, Murtadha Muthahhari
12. Falsafatuna, Muhammad Baqir Ash-Shadr
13. Filsafat Sains Menurut Al-Quran, Mahdi Gulsyani
14. Gerakan Islam, A Ezzati
15. Hijab Gaya Hidup Wanita Muslim, Murtadha Muthahhari
16. Hikmah Islam, Sayyid M.H. Thabathaba?i
17. Ideologi Kaum Intelektual, Ali Syari?ati
18. Ilmu Hudhuri, Mehdi Ha?iri Yazdi
19. Islam Aktual, Jalaluddin Rakhmat
20. Islam Alternatif, Jalaluddin Rakhmat
21. Islam dan Logika Kekuatan, Husain Fadhlullah
22. Islam Mazhab Pemikiran dan Aksi, Ali Syari?ati
23. Islam Dan Tantangan Zaman, Murtadha Muthahhari
24. Islam, Dunia Arab, Iran, Barat Dan Timur tengah, M Riza Sihbudi
25. Isu-isu Penting Ikhtilaf Sunnah-Syi?ah, A Syafruddin Al Musawi
26. Jilbab Menurut Al Qur?an & As Sunnah, Husain Shahab
27. Kasyful Mahjub, Al-Hujwiri
28. Keadilan Ilahi, Murtadha Muthahhari
29. Kepemimpinan dalam Islam, AA Sachedina
30. Kritik Islam Atas Marxisme dan Sesat Pikir Lainnya, Ali Syari?ati
31. Lentera Ilahi Imam Ja?far Ash Shadiq
32. Manusia dan Agama, Murtadha Muthahhari
33. Masyarakat dan sejarah, Murtadha Muthahhari
34. Mata Air Kecemerlangan, Hamid Algar
35. Membangun Dialog Antar Peradaban, Muhammad Khatami
36. Membangun Masa Depan Ummat, Ali Syari?ati
37. Mengungkap Rahasia Al-Qur?an, SMH Thabathaba?i
38. Menjangkau Masa Depan Islam, Murtadha Muthahhari
39. Menjawab Soal-soal Islam Kontemporer, Jalaluddin Rakhmat
40. Menyegarkan Islam, Chibli Mallat (*0
41. Menjelajah Dunia Modern, Seyyed Hossein Nasr
42. Misteri Kehidupan Fatimah Az-Zahra, Hasyimi Rafsanjani
43. Muhammad Kekasih Allah, Seyyed Hossein Nasr
44. Muthahhari: Sang Mujahid Sang Mujtahid, Haidar Bagir
45. Mutiara Nahjul Balaghah, Muhammad Al Baqir
46. Pandangan Dunia Tauhid,. Murtadha Muthahhari
47. Para Perintis Zaman Baru Islam,Ali Rahmena
48. Penghimpun Kebahagian, M Mahdi Bin Ad al-Naraqi
49. PersinggahanPara Malaikat, Ahmad Hadi
50. Rahasia Basmalah Hamdalah, Imam Khomeini
51. Renungan-renungan Sufistik, Jalaluddin Rakhmat
52. Rubaiyat Ummar Khayyam, Peter Avery
53. Ruh, Materi dan Kehidupan, Murtadha Muthahhari
54. Spritualitas dan Seni Islam, Seyyed Hossein Nasr
55. Syi?ah dan Politik di Indonesia, A. Rahman Zainuddin (editor)
56. Sirah Muhammad, M. Hashem
57. Tauhid Dan Syirik, Ja?far Subhani
58. Tema-Tema Penting Filsafat, Murtadha Muthahhari
59. Ulama Sufi & Pemimpin Ummat, Muhammad al-Baqir
YAPI
JAKARTA 1. Abdullah Bin Saba? dalam Polemik, Non Mentioned
2. Abdullah Bin Saba? Benih Fitnah, M Hashem
3. Al Mursil Ar Rasul Ar Risalah, Muhammad Baqir Shadr
4. Cara Memahami Al Qur?an, S.M.H. Bahesti
5. Hukum Perjudian dalam Islam, Sayyid Muhammad Shuhufi
6. Harapan Wanita Masa Kini, Ali Shari?ati
7. Hubungan Sosial Dalam Islam, Sayyid Muh Suhufi
8. Imam Khomeini dan Jalan Menuju Integrasi dan Solidaritas Islam, Zubaidi Mastal
9. Islam Dan Mazhab Ekonomi, Muhammad Baqir Shadr
10. Kedudukan Ilmu dalam Islam, Sayyid Muh Suhufi
11. Keluarga Muslim, Al Balaghah Foundation
12. Kebangkitan Di Akhirat, Nasir Makarim Syirazi
13. Keadilan Ilahi, Nasir Makarim Syirazi
14. Kenabian, Nasir Makarim Syirazi
15. Kota Berbenteng Tujuh, Fakhruddin Hijazi
16. Makna Ibadah, Muhammad Baqir Shadr
17. Menuju Persahabatan, Sayyid Muh Suhufi
18. Mi?raj Nabi, Nasir Makarim Syrazi
19. Nasehat-Nasehat Imam Ali, Non Mentioned
20. Prinsip-Prinsip Ajaran Islam, SMH Bahesti
21. Perjuangan Melawan Dusta, Bi?that Foundation
22. Persaudaraan dan Persahabatan, Sayyid Muh Suhufi
23. Perjanjian Ilahi Dalam Al-Qur?an, Abdul Karim Biazar
24. Rasionalitas Islam, World Shi?a Muslim Org.
25. Syahadah, Ali Shari?ati
26. Saqifah Awal Perselisihan Umat, O Hashem
27. Sebuah Kajian Tentang Sejarah Hadis, Allamah Murthadha Al Askari
28. Tauhid, Nasir Makarim Syirazi
29. Wasiat Atau Musyawarah, Ali Shari?ati
30. Wajah Muhammad, Ali Shari?ati
YAPI
Bangil 1. Akal dalam Al-Kafi, Husein al-Habsyi
2. Ajaran- ajaran Al-Quran, Sayid T Burqi & Bahonar
3. Bimbingan Sikap dan Perilaku Muslim, Al Majlisi Al-Qummi
4. Hawa Nafsu, M Mahdi Al Shifiy
5. Konsep Ulul Amri dalam Mazhab-mazhab Islam, Musthafa Al Yahfufi
6. Kumpulan Khutbah Idul Adha, Husein al-Habsyi
7. Kumpulan Khutbah Idul Fitri, Husein al-Habsyi
8. Metode Alternatif Memahami Al-Quran, Bi Azar Syirazi
9. Manusia Seutuhnya, Murtadha Muthahhari
10. Polemik Sunnah-Syiah Sebuah Rekayasa, Izzudddin Ibrahim
11. Pesan Terakhir Rasul, Non Mentioned
12. Pengantar Menuju Logika, Murtadha Muthahhari
13. Shalat Dalam Madzhab AhlulBait, Hidayatullah Husein Al-Habsyi
Rosdakarya 1. Catatan Kang Jalal, Jalaluddin Rakhmat
2. Derita Putri-Putri Nabi, M. Hasyim Assegaf
3. Fatimah Az Zahra, Jalaluddin Rakhmat
4. Khalifah Ali Bin Abi Thalib, Jalaluddin Rakhmat
5. Meraih Cinta Ilahi, Jalaluddin Rakhmat
6. Rintihan Suci Ahlul Bait Nabi, Jalaluddin Rakhmat
7. Tafsir Al fatihah: Mukaddimah, Jalaluddin Rakhmat
8. Tafsir Bil Ma?tsur, Jalaluddin Rakhmat
9. Zainab Al-Qubra, Jalaluddin Rakhmat
Al-Hadi 1. Al-Milal wan-Nihal, Ja?far Subhani
2. Buku Panduan Menuju Alam Barzakh, Imam Khomeini
3. Fiqh Praktis, Hasan Musawa
CV
Firdaus 1. Al-Quran Menjawab Dilema keadilan, Muhsin Qira?ati
2. Imamah Dan Khalifah, Murtadha Muthahhari
3. Keadilan Allah Qadha dan Qadhar, Mujtaba Musawi Lari
4. Kemerdekaan Wanita dalam Keadilan Sosial Islam, Hashemi Rafsanjani(et. al)
5. Pendidikan Anak: Sejak Dini Hingga Masa Depan, Mahjubah Magazine
6. Tafsir Al Mizan: Ayat-ayat Kepemimpinan, S.M.H. Thabathaba?i
7. Tafsir Al-Mizan: Surat Al-Fatihah, S.M.H. Thabathaba?i
8. Tafsir Al-Mizan: Ruh dan Alam Barzakh, S.M.H. Thabathaba?i
9. Tauhid: Pandangan Dunia Alam Semesta, Muhsin Qara?ati
10. Al-Qur?an Menjawab Dilema Keadilan, Muhsin Qara?ati
Pustaka Firdaus 1. Saat Untuk Bicara, Sa?di Syirazi
2. Tasawuf: Dulu dan Sekarang, Seyyed Hossein Nasr
Risalah
Masa 1. Akar Keimanan, Sayyid Ali Khamene?i
2. Dasar-Dasar Filsafat Islam[2], Bahesty & Bahonar
3. Hikmah Sejarah-Wahyu dan Kenabian [3], Bahesty & Bahonar
4. Kebebasan berpikir dan Berpendapat dalam Islam, Murtadha Muthahhari
5. Menghapus Jurang Pemisah Menjawab Buku al Khatib, Al Allamah As Shafi
6. Pedoman Tafsir Modern, Ayatullah Baqir Shadr
7. Kritik Terhadap Materialisme, Murtadha Muthahhari
8. Prinsip-Prinsip Islam [1], Bahesty & Bahonar
9. Syi?ah Asal-Usul dan Prinsip Dasarnya, Sayyid Muh. Kasyful Ghita
10. Tauhid Pembebas Mustadh?afin, Sayyid Ali Khamene?i
11. Tuntunan Puasa, Al-Balagha
12. Wanita di Mata dan Hati Rasulullah, Ali Syari?ati
13. Wali Faqih: Ulama Pewaris Kenabian,
Qonaah 1. Pendekatan
Sunnah Syi?ah, Salim Al-Bahansawiy
Bina Tauhid Memahami Al Qur?an, Murthadha Muthahhari
Mahdi Tafsir Al-Mizan: Mut?ah, S.M.H. Thabathabai
Ihsan Pandangan Islam Tentang Damai-Paksaan, Muhammad Ali Taskhiri
Al-Kautsar 1. Agar Tidak Terjadi Fitnah, Husein Al Habsyi
2. Dasar-Dassar Hukum Islam, Muhsin Labib
3. Nabi Bermuka Manis Tidak Bermuka Masam, Husein Al Habsyi
4. Sunnah Syi?ah Dalam Ukhuwah Islamiyah, Husain Al Habsyi
5. 60 Hadis Keutamaan Ahlul Bait, Jalaluddin Suyuti
Al-Baqir 1. 560 Hadis Dari Manusia Suci, Fathi Guven
2. Asyura Dalam Perspektif Islam, Abdul Wahab Al-Kasyi
3. Al Husein Merajut Shara Karbala, Muhsin Labib
4. Badai Pembalasan, Muhsin Labib
5. Darah Yang Mengalahkan Pedang, Muhsin Labib
6. Dewi-Dewi Sahara, Muhsin Labib
7. Membela Para Nabi, Ja?far Subhani
8. Suksesi, M Baqir Shadr
9. Tafsir Nur Tsaqalain, Ali Umar Al-Habsyi
Al-Bayan 1. Bimbingan Islam Untuk Kehidupan Suami Istri, Ibrahim Amini
2. Mengarungi Samudra Kebahagiaan, Said Ahtar Radhawi
3. Teladan Suci Kelurga Nabi, Muhammad Ali Shabban
As-Sajjad 1. Bersama Orang-orang yang Benar, Muh At Tijani
2. Imamah, Ayatullah Nasir Makarim Syirazi
3. Ishmah Keterpeliharaan Nabi Dari Dosa, Syaikh Ja?far Subhani
4. Jihad Akbar, Imam Khomeini
5. Kemelut Kepemimpinan, Ayatullah Muhammad Baqir Shadr
6. Kasyful Asrar Khomeini, Dr. Ibrahim Ad-Dasuki Syata
7. Menjawab Berbagai Tuduhan Terhadap Islam, Husin Alhabsyi
8. Nabi Tersihir, Ali Umar
9. Nikah Mut?ah Ja?far, Murtadha Al Amili
10. Nikah Mut;ah Antara Halal dan Haram, Amir Muhammad Al-Quzwainy
11. Surat-Surat Revolusi, AB Shirazi
Basrie
Press 1. Ali Bin Abi Thalib di Hadapan Kawan dan Lawan, Murtadha Muthahhari
2. Manusia Dan Takdirnya, Murtadha Muthahhari
3. Fiqh Lima Mazhab, Muhammad Jawad Mughniyah
Pintu Ilmu Siapa,
Mengapa Ahlul Bayt, Jamia?ah Al-Ta?limat Al-Islamiyah Pakistan
Ulsa Press 1. Mengenal Allah, Sayyid MR Musawi Lari
2. Islam Dan Nasionalisme, Muhammad Naqawi
3. Latar Belakang Persatuan Islam, Masih Muhajeri
4. Tragedi Mekkah Dan Masa Depan Al-Haramain, Zafar Bangash
5. Abu Dzar, Ali Syari?ati
6. Aqidah Syi?ah Imamiyah, Syekh Muhammad Ridha Al Muzhaffar
7. Syahadat Bangkit Bersaksi, Ali Syari?ati
Gua Hira 1. Kepemimpinan
Islam, Murtadha Muthahhari
Grafiti 1. Islam Syi?ah: Allamah M.H. Thabathaba?i
2. Pengalaman Terakhir Syah, William Shawcross
3. Tugas Cendikiawan Muslim, Ali Syaria?ti
Effar
Offset Dialog Pembahasan Kembali Antara Sunnah & Syi?ah Sulaim Al-Basyari & Syaraduddien Al ?Amili
Shalahuddin
Press 1. Fatimah Citra Muslimah Sejati, Ali Syari?ati
2. Gerbang Kebangkitan, Kalim Siddiqui
3. Islam Konsep Akhlak Pergerakan, Murtadha Muthahhari
4. Panji Syahadah, Ali Syari?ati.
5. Peranan Cendekiawan Muslim, Ali Syari?ati
Ats-Tsaqalain Sunnah
Syi?ah dalam Dialog, Husein Al Habsyi
Pustaka Kehidupan
Yang Kekal, Morteza Muthahari
Darut
Taqrib Rujuk
Sunnah Syi?ah, M Hashem
Al-Muntazhar 1. Fiqh Praktis Syi?ah Imam Khomeini, Araki, Gulfaigani, Khui
2. Ringkasan Logika Muslim, Hasan Abu Ammar
3. Saqifah Awal Perselisihan Umat, O Hashem
4. Tauhid: Rasionalisme Dan Pemikiran dalam Islam, Hasan Abu Ammar
Gramedia Biografi
Politik Imam Khomeini, Riza Sihbudi
Toha
Putra Keutamaan
Keluarga Rasulullah, Abdullah Bin Nuh
Gerbang
Ilmu Tafsir
Al-Amtsal (Jilid 1), Nasir Makarim Syirazi
Al-Jawad 1. Amalan Bulan Ramadhan Husein Al-Kaff
2. Mi?raj Ruhani [1], Imam Khomeini
3. Mi?raj Ruhani [2] Imam Khomeni
4. Mereka Bertanya Ali Menjawab, M Ridha Al-Hakimi
5. Pesan Sang Imam, Sandy Allison (penyusun)
6. Puasa dan Zakat Fitrah Imam Khomeini & Imam Ali Khamene?i
Jami?ah al-Ta?limat al-Islamiyah Tuntutan Hukum Syari?at, Imam Abdul Qasim
Sinar
Harapan 1. Iran Pasca Revolusi, Syafiq Basri
2. Perang Iran Perang Irak, Nasir Tamara
3. Revolusi Iran, Nasir Tamara
Mulla
Shadra 1. Taman Para Malaikat, Husain Madhahiri
2. Imam Mahdi Menurut Ahlul Sunnah Wal Jama?ah, Hasan Abu Ammar
Duta Ilmu 1. Wasiat Imam Ali, Non Mentioned
2. Menuju Pemerintah Ideal, Non Mentioned
Majlis Ta?lim Amben 114 Hadis Tanaman, Al Syeikh Radhiyuddien
Grafikatama
Jaya Tipologi Ali Syari?ati
Nirmala Menyingkap Rahasia Haji, Syeikh Jawadi Amuli
Hisab Abu
Thalib dalam Polemik, Abu Bakar Hasan Ahmad
Ananda Tentang Sosiologi Islam, Ali Syari?ati
Iqra Islam dalam Perspektif Sosiologi Agama, Ali Shari?ati
Fitrah Tuhan dalam Pandangan Muslim, S Akhtar Rizvi
Lentera
Antarnusa Sa?di Bustan, Sa?di
Pesona Membaca Ali Bersama Ali Bin Abi Thalib, Gh R Layeqi
Rajawali
Press 1. Tugas Cendekiawan Muslim, Ali Shari?ati
Bina
Ilmu Demonstran Iran dan Jum?at Berdarah di Makkah, HM Baharun
Pustaka
Pelita 1. 1. Akhirnya Kutemukan Kebenaran, Muh Al Tijani Al Samawi
2. Cara Memperoleh Haji Mabrur, Husein Shahab
3. Fathimah Az-Zahra: Ummu Abiha, Taufik Abu ?Alama
4. Pesan Terakhir Nabi, Non Mentioned
Pustaka 1. Etika Seksual dalam Islam, Morteza Muthahhari
2. Filsafat Shadra, Fazlur Rahman
3. Haji, Ali Syari?ati
4. Islam dan Nestapa Manusia Modern, Seyyed Hosein Nasr
5. Islam Tradisi Seyyed, Hosein Nasr
6. Manusia Masa Kini Dan Problem Sosial, Muhammad Baqir Shadr
7. Reaksi Sunni-Syi?ah, Hamid Enayat
8. Surat-Surat Politik Imam Ali, Syarif Ar Radhi
9. Sains dan Peradaban dalam Islam, Sayyed Hossein Nasr
Pustaka Jaya Membina Kerukunan Muslimin, Sayyid Murthadha al-Ridlawi
Islamic Center Al-Huda 1. Jurnal Al Huda (1)
2. Jurnal Al Huda (2)
3. Syiah Ditolak, Syiah Dicari, O. Hashem
4. Mutiara Akhlak Nabi, Syaikh Ja?far Hadi
Hudan
Press 1. Tafsir Surah Yasin, Husain Mazhahiri
2. Do?a-Do;a Imam Ali Zainal Abidin
Yayasan Safinatun Najah 1. 1. Manakah Jalan Yang Lurus (1), Al-Ustads Moh. Sulaiman Marzuqi Ridwan
2. Manakah Jalan Yang Lurus (2), Al-Ustads Moh. Sulaiman Marzuqi Ridwan
3. Manakah Jalan Yang Lurus (3), Al-Ustads Moh. Sulaiman Marzuqi Ridwan
4. Manakah Shalat Yang Benar (1), Al-Ustads Moh. Sulaiman Marzuqi Ridwan
Amanah Press Falsafah Pergerakan Islam, Murtadha Muthahhari
Yayasan Al-Salafiyyah Khadijah Al-Kubra Dalam Studi Kritis Komparatif, Drs. Ali S. Karaeng Putra
Kelompok
Studi Topika Hud-Hud
Rahmaniyyah, Dimitri Mahayana
Muthahhari
Press/Muthahhari Papaerbacks 1. Jurnal Al Hikmah (1)
2. Jurnal Al Hikmah (2)
3. Jurnal Al Hikmah (3)
4. Jurnal Al Hikmah (4)
5. Jurnal Al Hikmah (5)
6. Jurnal Al Hikmah (6)
7. Jurnal Al Hikmah (7)
8. Jurnal Al Hikmah (8)
9. Jurnal Al Hikmah (9)
10. Jurnal Al Hikmah (10)
11. Jurnal Al Hikmah (11)
12. Jurnal Al Hikmah (12)
13. Jurnal Al Hikmah (13)
14. Jurnal Al Hikmah (14)
15. Jurnal Al Hikmah (15)
16. Jurnal Al Hikmah (16)
17. Jurnal Al Hikmah (17)
18. Shahifah Sajjadiyyah, Jalaluddin Rakhmat (penyunting)
19. Manusia dan Takdirnya, Murtadha Muthahhari
20. Abu Dzar, Ali Syariati
21. Pemimpin Mustadha?afin, Ali Syariati
Serambi 1. Jantung Al-Qur?an, Syeikh Fadlullah Haeri
2. Pelita Al-Qur?an, Syeikh Fadlullah Haeri
Cahaya Membangun
Surga Dalam Rumah Tangga, Huzain Mazhahiri
(Non Mentioned) 1. Sekilas Pandang Tentang Pembantain di Masjid Haram, Non Mentioned
2. Jumat Berdarah Pembantaian Kimia Rakyat Halajba 1988, Non Mentioned
3. Al-Quran dalam Islam, MH Thabathabai
4. Ajaran-Ajaran Asas Islam, Behesti
5. Wacana Spiritual, Tabligh Islam Program
6. Keutamaan Membaca Juz Amma, Taufik Yahya
7. Keutamaan Membaca Surah Yasin, Waqiah, Al Mulk, Taufik Yahya
8. Keutamaan Membaca Surah Al-Isra & Al-Kahfi, Taufik Yahya
9. Bunga Rampai Keimanan, Taufik Yahya
10. Bunga Rampai Kehidupan Sosial, Taufik Yahya
11. Bunga Rampai Pendidikan, Husein Al-Habsyi
12. Hikmah-Hikmah Sholawat ,Taufik Yahya
13. Bunga Rampai Pernikahan, Taufik Yahya
14. Hikmah-Hikmah Puasa, Taufik Yahya
15. Hikmah-Hikmah Kematian, Taufik Yahya
16. Wirid Harian, Non Mentioned
17. Do?a Kumay,l Non Mentioned
18. Do?a Harian, Non Mentioned
19. Do?a Shobah, Non Mentioned
20. Do?a Jausyan Kabir, Non Mentioned
21. Keutamaan Shalat Malam Dan Do?anya, Non Mentioned
22. Do?a Nutbah, Non Mentioned
23. Do?a Abu Hamzah Atsimali, Non Mentioned
24. Do?a Hari Arafah (Imam Husain), Non Mentioned
25. Do?a Hari Arafah (Imam Sajjad), Non Mentioned
26. Do?a Tawassul, Non Mentioned
27. Do?a Untuk Ayah dan Ibu, Non Mentioned
28. Do?a Untuk Anak, Non Mentioned
29. Do?a Khatam Qur?an, Non Mentioned
30. Doa Sebelum dan Sesudah Baca Qur?an, Non Mentioned
31. Amalan Bulan Sya?ban dan Munajat Sya?baniyah, Non Mentioned
Diposting oleh qoffa di 7/26/2008
Syi'ah Berbeda dengan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
Sunday, 23 March 2008
Asal-usul Syiah
Syiah secara etimologi bahasa berarti pengikut, sekte dan golongan. Sedangkan dalam istilah Syara’, Syi’ah adalah suatu aliran yang timbul sejak pemerintahan Utsman bin Affan yang dikomandoi oleh Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi dari Yaman. Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, lalu Abdullah bin Saba’ mengintrodusir ajarannya secara terang-terangan dan menggalang massa untuk memproklamirkan bahwa kepemimpinan (baca: imamah) sesudah Nabi saw sebenarnya ke tangan Ali bin Abi Thalib karena suatu nash (teks) Nabi saw. Namun, menurut Abdullah bin Saba’, Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman telah mengambil alih kedudukan tersebut.
Keyakinan itu berkembang sampai kepada menuhankan Ali bin Abi Thalib. Berhubung hal itu suatu kebohongan, maka diambil tindakan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu mereka dibakar, lalu sebagian mereka melarikan diri ke Madain. Aliran Syi’ah pada abad pertama hijriyah belum merupakan aliran yang solid sebagai trend yang mempunyai berbagai macam keyakinan seperti yang berkembang pada abad ke-2 hijriyah dan abad-abad berikutnya.
Pokok-Pokok Penyimpangan Syiah pada Periode Pertama:
1. Keyakinan bahwa imam sesudah Rasulullah saw adalah Ali bin Abi Thalib, sesuai dengan sabda Nabi saw. Karena itu para Khalifah dituduh merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib ra.
2. Keyakinan bahwa imam mereka maksum (terjaga dari salah dan dosa)
3. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum hari Kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dll.
4. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia ghaib, baik yang lalu maupun yang akan datang. Ini berarti sama dengan menuhankan Ali dan Imam.
5. Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh para pengikut Abdullah bin Saba’ dan akhirnya mereka dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib karena keyakinan tersebut.
6. Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80 kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut
7. Keyakinan mencaci maki para Sahabat atau sebagian Sahabat seperti Utsman bin Affan (lihat Dirasat fil Ahwaa’ wal Firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minhaa, Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql hal. 237)
8. Pada abad ke-2 hijriyah, perkembangan keyakinan Syi’ah semakin menjadi-jadi sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti Fathimiyyah di Mesir dan dinasti Sofawiyah di Iran. Terakhir aliran tersebut terangkat kembali dengan revolusi Khomaini dan dijadikan sebagai aliran resmi negara Iran sejak 1979.
Pokok-Pokok Penyimpangan Syi’ah Secara Umum:
1. Pada Rukun Iman:
Syiah hanya memiliki 5 rukun iman, tanpa menyebut keimanan kepada para Malaikat, Rasul dan Qadha dan Qadar- yaitu: 1. Tauhid (keesaan Allah), 2. Al-’Adl (keadilan Allah) 3. Nubuwwah (kenabian), 4. Imamah (kepemimpinan Imam), 5.Ma’ad (hari kebangkitan dan pembalasan). (Lihat ‘Aqa’idul Imamiyah oleh Muhammad Ridha Mudhoffar dll)
2. Pada Rukun Islam:
Syiah tidak mencantumkan Syahadatain dalam rukun Islam, yaitu: 1.Shalat, 2.Zakat, 3.Puasa, 4.Haji, 5.Wilayah (perwalian) (lihat Al-Khafie juz II hal 18)
3. Syi’ah meyakini bahwa Al-Qur’an sekarang ini telah dirubah, ditambahi atau dikurangi dari yang seharusnya, seperti: “wa inkuntum fii roibim mimma nazzalna ‘ala ‘abdina FII ‘ALIYYIN fa`tu bi shuratim mim mitslih (Al-Kafie, Kitabul Hujjah: I/417). Ada ta mbahan “fii ‘Aliyyin” dari teks asli Al-Qur’an yang berbunyi: “wa inkuntum fii roibim mimma nazzalna ‘ala ‘abdina fa`tu bi shuratim mim mits lih” (Al-Baqarah:23)
Karena itu mereka meyakini bahwa: Abu Abdillah a.s (imam Syiah) berkata: “Al-Qur’an yang dibawa oleh Jibril a.s kepada Nabi Muhammad saw adalah 17.000 ayat (Al-Kafi fil Ushul Juz II hal.634). Al-Qur’an mereka yang berjumlah 17.000 ayat itu disebut Mushaf Fatimah (lihat kitab Syi’ah Al-Kafi fil Ushul juz I hal 240-241 dan Fashlul Khithab karangan An-Nuri Ath-Thibrisy)
1. Syi’ah meyakini bahwa para Sahabat sepeninggal Nabi saw, mereka murtad, kecuali beberapa orang saja, seperti: Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifary dan Salman Al-Farisy (Ar Raudhah minal Kafi juz VIII hal.245, Al-Ushul minal Kafi juz II hal 244)
2. Syi’ah menggunakan senjata “taqiyyah” yaitu berbohong, dengan cara menampakkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya, untuk mengelabui (Al Kafi fil Ushul Juz II hal.217)
3. Syi’ah percaya kepada Ar-Raj’ah yaitu kembalinya roh-roh ke jasadnya masing-masing di dunia ini sebelum Qiamat dikala imam Ghaib mereka keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali dan anak-anaknya untuk balas dendam kepada lawan-lawannya.
4. Syi’ah percaya kepada Al-Bada’, yakni tampak bagi Allah dalam hal keimaman Ismail (yang telah dinobatkan keimamannya oleh ayahnya, Ja’far As-Shadiq, tetapi kemudian meninggal disaat ayahnya masih hidup) yang tadinya tidak tampak. Jadi bagi mereka, Allah boleh khilaf, tetapi Imam mereka tetap maksum (terjaga).
5. Syiah membolehkan “nikah mut’ah”, yaitu nikah kontrak dengan jangka waktu tertentu (lihat Tafsir Minhajus Shadiqin Juz II hal.493). Padahal hal itu telah diharamkan oleh Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib sendiri.
Nikah Mut’ah
Nikah mut’ah ialah perkawinan antara seorang lelaki dan wanita dengan maskawin tertentu untuk jangka waktu terbatas yang berakhir dengan habisnya masa tersebut, dimana suami tidak berkewajiban memberikan nafkah, dan tempat tinggal kepada istri, serta tidak menimbulkan pewarisan antara keduanya.
Ada 6 perbedaan prinsip antara nikah mut’ah dan nikah sunni (syar’i):
1. Nikah mut’ah dibatasi oleh waktu, nikah sunni tidak dibatasi oleh waktu.
2. Nikah mut’ah berakhir dengan habisnya waktu yang ditentukan dalam akad atau fasakh, sedangkan nikah sunni berakhir dengan talaq atau meninggal dunia
3. Nikah mut’ah tidak berakibat saling mewarisi antara suami istri, nikah sunni menimbulkan pewarisan antara keduanya.
4. Nikah mut’ah tidak membatasi jumlah istri, nikah sunni dibatasi dengan jumlah istri hingga maksimal 4 orang.
5. Nikah mut’ah dapat dilaksanakan tanpa wali dan saksi, nikah sunni harus dilaksanakan dengan wali dan saksi.
6. Nikah mut’ah tidak mewajibkan suami memberikan nafkah kepada istri, nikah sunni mewajibkan suami memberikan nafkah kepada istri.
Dalil-Dalil Haramnya Nikah Mut’ah
Haramnya nikah mut’ah berlandaskan dalil-dalil hadits Nabi saw juga pendapat para ulama dari 4 madzhab. Dalil dari hadits Nabi saw yang diwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya Shahih Muslim menyatakan bahwa dari Sabrah bin Ma’bad Al-Juhaini, ia berkata: “Kami bersama Rasulullah saw dalam suatu perjalanan haji. Pada suatu saat kami berjalan bersama saudara sepupu kami dan bertemu dengan seorang wanita. Jiwa muda kami mengagumi wanita tersebut, sementara dia mengagumi selimut (selendang) yang dipakai oleh saudaraku itu. Kemudian wanita tadi berkata: “Ada selimut seperti selimut”. Akhirnya aku menikahinya dan tidur bersamanya satu malam. Keesokan harinya aku pergi ke Masjidil Haram, dan tiba-tiba aku melihat Rasulullah saw sedang berpidato diantara pintu Ka’bah dan Hijr Ismail. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, aku pernah mengizinkan kepada kalian untuk melakukan nikah mut’ah. Maka sekarang siapa yang memiliki istri dengan cara nikah mut’ah, haruslah ia menceraikannya, dan segala sesuatu yang telah kalian berikan kepadanya, janganlah kalian ambil lagi. Karena Allah azza wa jalla telah mengharamkan nikah mut’ah sampai Hari Kiamat (Shahih Muslim II/1024). Dalil hadits lainnya: Dari Ali bin Abi Thalib ra. ia berkata kepada Ibnu Abbas ra bahwa Nabi Muhammad saw melarang nikah mut’ah dan memakan daging keledai jinak pada waktu perang Khaibar (Fathul Bari IX/71)
Pendapat Para Ulama
Berdasarkan hadits-hadits tersebut diatas, para ulama berpendapat sebagai berikut:
• Dari Madzhab Hanafi, Imam Syamsuddin Al-Sarkhasi (wafat 490 H) dalam kitabnya Al-Mabsuth (V/152) mengatakan: “Nikah mut’ah ini bathil menurut madzhab kami. Demikian pula Imam Ala Al Din Al-Kasani (wafat 587 H) dalam kitabnya Bada’i Al-Sana’i fi Tartib Al-Syara’i (II/272) mengatakan, “Tidak boleh nikah yang bersifat sementara, yaitu nikah mut’ah”
• Dari Madzhab Maliki, Imam Ibnu Rusyd (wafat 595 H) dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtashid (IV/325 s.d 334) mengatakan, “hadits-hadits yang mengharamkan nikah mut’ah mencapai peringkat mutawatir” Sementara itu Imam Malik bin Anas (wafat 179 H) dalam kitabnya Al-Mudawanah Al-Kubra (II/130) mengatakan, “Apabila seorang lelaki menikahi wanita dengan dibatasi waktu, maka nikahnya batil.”
• Dari Madzhab Syafi’, Imam Syafi’i (wafat 204 H) dalam kitabnya Al-Umm (V/85) mengatakan, “Nikah mut’ah yang dilarang itu adalah semua nikah yang dibatasi dengan waktu, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, seperti ucapan seorang lelaki kepada seorang perempuan, aku nikahi kamu selama satu hari, sepuluh hari atau satu bulan.” Sementara itu Imam Nawawi (wafat 676 H) dalam kitabnya Al-Majmu’ (XVII/356) mengatakan, “Nikah mut’ah tidak diperbolehkan, karena pernikahan itu pada dasarnya adalah suatu aqad yang bersifat mutlaq, maka tidak sah apabila dibatasi dengan waktu.”
• Dari Madzhab Hambali, Imam Ibnu Qudamah (wafat 620 H) dalam kitabnya Al-Mughni (X/46) mengatakan, “Nikah Mut’ah ini adalah nikah yang bathil.” Ibnu Qudamah juga menukil pendapat Imam Ahmad bin Hambal (wafat 242 H) yang menegaskan bahwa nikah mut’ah adalah haram.
Dan masih banyak lagi kesesatan dan penyimpangan Syi’ah. Kami ingatkan kepada kaum muslimin agar waspada terhadap ajakan para propagandis Syi’ah yang biasanya mereka berkedok dengan nama “Wajib mengikuti madzhab Ahlul Bait”, sementara pada hakikatnya Ahlul Bait berlepas diri dari mereka, itulah manipulasi mereka. Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang lurus berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih. Lebih lanjut bagi yang ingin tahu lebih banyak, silakan membaca buku kami “Mengapa Kita Menolah Syi’ah”.
Rujukan:
1. Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql, Dirasat fil ahwa wal firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minha
2. Drs. KH Dawam Anwar dkk, Mengapa Kita menolak Syi’ah
3. H. Hartono Ahmad Jaiz, Di bawah Bayang-bayang Soekarno-Soeharto
4. Abdullah bin Sa’id Al-Junaid, Perbandingan antara Sunnah dan Syi’ah.
5. Dan lain-lain, kitab-kitab karangan orang Syi’ah
Ditulis oleh Habib Abu Bakar bin Hasan Assegaf, A'wan Syuriyah PCNU Kabupaten Pasuruan.
Haul ke-295 Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad.AST
Haul Sahiburratib Haddad di Bali
Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah seorang pengarang Ratib Haddad. Peringatan haul di Pulau Dewata yang digelar oleh Majelis Dzikir Ratib Haddad ini berlangsung semarak dan penuh mengharap berkah haul
Minggu pagi yang cerah, 3 Desember 2006, sekitar seribu jemaah dari berbagai pelosok Bali mendatangi Masjid Al-Muhajirin (IKMS) yang terletak di Jl Gunung Sari, Perumnas Monang-Maning, Denpasar untuk menghadiri acara peringatan Haul ke-295 Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Peringatan haul Sahiburratib Haddad ini telah sepuluh kali digelar oleh Majlis Dzikir Ratib Haddad, Bali yang dibina oleh ustadz Nurkholis Basyaiban.
Habib Abdullah Alwi Al-Haddad adalah seorang wali besar, Syaikhul Islam (Rujukan Utama Keislaman), Fardul A’lam (Orang Teralim), Al-Quthbul Ghauts (Wali Tertinggi yang Bisa Menjadi Wasilah Pertolongan), Al-Quthbud Da’wah wal-Irsyad (Wali Tertinggi yang Memimpin Dakwah), dan semacamnya. Ia lahir pada Rabu malam, 5 Safar 1044 H/1624 M, di pinggiran kota Tarim, Hadramaut, Yaman. Di kota yang masyhur sebagai gudang ulama itu, ia dibesarkan di tengah keluarga dan lingkungan yang mencintai ilmu agama.
Sejak kanak-kanak, sudah tampak kelebihan-kelebihannya. Ia mampu menghafalkan Al-Quran ketika usianya belum lagi menginjak dewasa. Meskipun Allah SWT kemudian menakdirkannya buta karena penyakit cacar, semangat belajarnya justru semakin tinggi. Ia juga giat menuntut ilmu kepada sejumlah ulama.
“Janganlah mengira semua ini aku dapatkan dengan mudah tanpa kerja keras. Tahukah kalian, dulu aku berkeliling ke sejumlah shalihin di seluruh Hadramaut untuk menuntut ilmu, sekaligus melakukan tabarrukan, mengambil berkah mereka?” kata Hbaib Abdullah bin Alwi Al-Haddad.
Di antara sejumlah gurunya, yang paling istimewa di hatinya ialah Habib Umar Alatas. Selain sama-sama tunanetra, mereka juga banyak mengembara untuk menuntut ilmu, beribadah, dan berdakwah.
Setiap tengah malam, ia berkeliling kota Tarim, berkunjung dari masjid satu ke masjid lain untuk menunaikan salat Tahajud. Lumrah jika kelak Habib Abdullah Al-Haddad menjadi magnet bagi kota Tarim. Suatu hari ia berkata, “Dahulu aku menuntut ilmu kepada banyak orang. Kini, banyak orang menuntut ilmu kemari.” Ia memang muncul sebagai salah seorang ulama besar di abad ke-11 sampai 14 H, atau abad ke-17 hingga 20 M. Bahkan Ibnu Ziyad, ulama dan mufti besar yang disejajarkan dengan ulama fikih seperti Ibnu Hajar dan Imam Ramli, berkeyakinan, dia adalah tokoh mujaddid (pembaharu) abad ke-11 H.
Belakangan ia dikenal sebagai pengibar bendera Tarekat Alawiyin, amaliah yang diperoleh turun-temurun dari para pendahulunya, para alawiyin, alias keturunan Rasulullah SAW. Dan kelak, ia menjadi ulama besar yang sangat produktif. Selain menulis ratib, ia juga menulis kumpulan wirid, Al-Wirdul Lathif, yang seakan menjadi pasangan bagi Ratib Hadad. Para ulama mengajarkan dan mengamalkan Ratib Hadad menjelang atau selepas salat Magrib, dan mengamalkan Al-Wirdul Lathif usai subuh.
Namanya maupun karyanya telah melegenda. Ada keyakinan di kalangan sebagian kaum muslimin, membaca karya Habib Abdullah bisa mendapatkan manfaat besar, yaitu keselamatan, bukan hanya bagi pembacanya, melainkan juga masyarakat sekitarnya. Tertib pembacaannya, ia jelaskan pula dalam An-Nashaihud Diniyah. Menurutnya, wirid dan zikir itu bukanlah susunan dia sendiri, melainkan semata-mata mengacu pada doa yang diajarkan Rasulullah SAW. Menurutnya, semua zikir, doa, dan wirid, memiliki manfaat besar dan fadilah yang banyak, sementara tujuannya satu: kemantapan hati akan kebesaran Allah SWT, dekat dengan-Nya, sehingga selamat dari segala godaan.
“Rasulullah SAW telah menyusunnya dengan tertib, agar kita mengamalkannya, demi mendapatkan kebaikan dan keselamatan dari marabahaya. Maka, barang siapa mengamalkannya secara rutin akan selamat. Sebaliknya, barang siapa meremehkan atau melalaikannya, akan menyesal,” tulisnya.
Hari Selasa, 7 Zulkaidah 1132 H/1712 M, awan hitam bergelayut, seakan hendak menutup kota Tarim. Sebelum matahari terbenam, Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad telah berpulang ke rahmatullah. Inna lillahi wainna ilaihi raji’un. Tidak hanya warga Tarim yang kehilangan, kaum muslimin di seluruh dunia pun berkabung. Meski secara fisik telah tiada, secara batin Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad tetap hadir di tengah-tengah kita – setiap kali nama dan karya-karyanya kita baca.
Suasana Haul
Tepat pukul 08.00 WITA, acara dibuka dengan pembacaan Maulid Habsyi, atau lebih populer disebut Maulid Simthud Durar dan diselingi lantunan kasidah dari kelompok hadrah Al-Hikmah (Perumnas Monang-maning, Denpasar) yang dipimpin Ustadz Puryanto. Peringatan haul ini juga dihadiri habaib dan ulama diantaranya Habib Muhammad bin Idrus Al-Haddad, Habib Abdullah bin Muhammad Al-Haddad, Habib Habib Hasan Al-Jufri, Habib Hadi bin Alwi Al-Kaff (Malang), Habib Umar bin Zein Al-Haddad (Jember), KH Hasan Abdillah (Glenmoore, Banyuwangi), KH. Suyuti Toha (Delimo, Banyuwangi), KH Hasan Toha (Srono, Banyuwangi), KH Halimi (Besuki, Banyuwangi), habaib serta para ulama Bali dan sekitarnya.
Acara berlanjut dengan pembacaan Surah Yasin oleh KH. Hasan Abdillah (Glenmoore, Banyuwangi) dan pembacan Ratib Haddad oleh Habib Abdullah bin Muhammad bin Ali Al-Haddad (Malang). Lepas pembacaan Al-Qur’an dan sambutan panitia, dilanjutkan dengan acara taushiah tiga Habaib dari kota Malang, Jawa Timur yakni Habib Hasan Al-Jufri, Habib Hadi bin Alwi Al-Kaff dan Habib Muhammad bin Idrus Al-Haddad.
Tepat pukul sepuluh, Habib Hasan Al-Jufri memberikan taushiah pertama dengan tentang kecintaan Rasulullah SAW kepada umatnya. “Diantara sekian banyak Nabi dan Rasul, yang paling banyak mendoakan umatnya sampai akhir hayat. Beliau tidak pernah mendoakan umatnya yang bukan-bukan, itulah akhlak Nabi Besar Muhammad SAW.”
Dalam taushiahnya selain mengisahkan tentang kecintaan sahabat-sahabat pada Rasulullah, Habib Hasan juga menceritakan saat-saat terakhir dari Rasulullah SAW, malaikat Izrail menyamar dalam rupa rupa lelaki Arab tengah mencabut nyawa beliau.“Di saat-saat akhir, mulut Nabi bergerak, menyebut satu kata yang diulang-ulang. ‘Umati, umati, umati, umatku, umatku, umatku....’,” kata Habib Hasan.
“Dalam peringatan haul ini, Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah penerus dari kakeknya, Rasulullah SAW. Allah SWT cinta pada Rasulullah SAW dan Habib Abdullah Al-Haddad. Tapi, Habib Abdullah Al-Haddad begitu luarbiasa cintanya pada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Kalau kita cinta kepada Habib Abdullah bin Alwi Haddad, insyaallah kita akan dipertemukan pada hari kiamat nanti dengan mereka,” tutup Habib Hasan Al-Jufri.
Pembicara kedua, Habib Hadi bin Alwi Al-Kaff menguraikan tentang keutamaan mencintai salafus salahin (orang-orang yang shalih) yakni sahabat, ulama, dzuriyaturrasul (keturunannya). “Imam Syafi’i yang ilmunya sedemikian tinggi, ia sendiri mengaku mencintai orang-orang shalih dengan tujuan bisa mendapatkan syafa’at mereka. Tentu bagi kita, yang sudah bergelimang dosa, sudah selayaknya kita mencintai para shalafus shalihin agar mendapatkan syafa’at mereka,” katanya.
Selepas pembicara terakhir, Habib Muhammad bin Idrus Al-Haddad menceritakan sekelumit manakib dan nasehat-nasehat Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, acara kemudian ditutup dengan doa oleh KH Hasan Abdillah.
Liputan Khusus
Pengajian Keliling Majelis Dzikir Ratib Haddad Denpasar
Dalam rangka memperingati Haul Sahiburratib Haddad ke-295 Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, Majelis Dzikir Ratib Haddad, Bali yang dibina oleh ustadz Nurkholis Basyaiban ini juga mengadakan pengajian keliling ke berbagai pelosok kampung di Bali. Berikut liputan khusus Aji Setiawan yang mengikuti rihlah (perjalanan) dakwah Majelis Dzikir Ratib Haddad selama lima hari langsung dari Denpasar, Bali
Sabtu
Hari pertama, Sabtu (2/12) ba’da shalat Ashar, bertempat di kediaman Ustadz Nurkholis Basyaiban diadakan acara rauhah (pembuka) dengan pembacaan Maulid Simthud Durar oleh kelompok Hadrah Al-Hikmah (Denpasar) pimpinan ustadz Puryanto. Dalam acara tersebut juga diadakan aqiqah putri keempat Bapak Misbah Haji, yakni Salsabila Nur Sabrina. Selepas diadakan pemotongan rambut oleh para Habaib dan jamaah, acara berlanjut dengan taushiah Habib Hadi bin Alwi Al-Kaff yang memberikan wawasan tentang pentingnya mendidik anak.
”Adalah tugas orang tua ketika anaknya lahir adalah mendidik mereka dengan memasukan ke madrasah-madrasah, pesantren atau lembaga pendidikan lainnya. Sehingga anak tersebut menjadi anak yang saleh dan salehah,” pesan Habib Hadi kepada sekitar 100 jama’ah yang memadati acara pengajian di Jl Gunung Slamet No 32, Perumnas Monang-maning, Denpasar. Acara ditutup dengan pembacaan doa secara bergantian oleh Habib Muhammad bin Idrus Al-Haddad, Habib Abdullah bin Muhammad Al-Haddad dan Habib Hasan Al-Jufri.
Malam harinya, selepas shalat Isya, para Habaib kembali diundang oleh Rukun Warga Muslim (RWM) Perumnas Monang-maning Blok IX, Denpasar, dengan mengambil tempat di Mushala Silaturahmi. Acara dibuka dengan pembacaan kalam ilahi oleh ustadz Fathuri dan sambutan ketua RWM yakni Drs Ramli Effendi. Taushiah pertama disampaikan oleh Habib Hadi bin Alwi Al-Kaff yang membahas tentang pentingnya birrul walidain (berbakti pada orang tua).”Kalau ingin selamat dunia akhirat, maka berbaktilah kepada kedua orang tua.”
Dalam kesempatan itu, Habib Hadi juga menjelaskan cara berbakti pada orang tua yang telah meninggal, yakni dengan mendoakan mereka, selalu memohon ampun dosa-dosa mereka, melaksanakan segala keinginan-keinginan (amanah) yang belum terlaksana, berusaha menjalin tali kekeluargaan dengan keluarga mereka dan memuliakan sahabat-sahabat dari kedua orang tua kita.
Habib Hadi juga mengingatkan pada jamaah tiga sebab amal seseorang tidak diterima oleh Allah SWT, yakni menyekutukan Allah (syirik), durhaka kepada kedua orang tua, dan ghirar (mendoakan kejelekan pada orang lain).
Acara pengajian yang dihadiri sekitar 200 jamaah ini kemudian ditutup dengan taushiah oleh Habib Muhammad bin Idrus Al-Haddad dan doa oleh Habib Abdullah bin Muhammad Al-Haddad.
Minggu
Minggu (3/12), sekitar seribu jemaah dari berbagai pelosok Bali mendatangi Masjid Al-Muhajirin (IKMS) yang terletak di Jl Gunung Sari, Perumnas Monang-Maning, Denpasar untuk menghadiri acara peringatan Haul ke-295 Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Peringatan haul Sahiburratib Haddad ini telah sepuluh kali digelar oleh Majlis Dzikir Ratib Haddad, Bali yang dibina oleh ustadz Nurkholis Basyaiban.
Tepat pukul 08.00 WITA, acara dibuka dengan pembacaan Maulid Habsyi dan diselingi lantunan kasidah dari kelompok hadrah Al-Hikmah (Perumnas Monang-maning, Denpasar) yang dipimpin Ustadz Puryanto. Peringatan haul ini juga dihadiri habaib dan ulama diantaranya Habib Muhammad bin Idrus Al-Haddad, Habib Abdullah bin Muhammad Al-Haddad, Habib Habib Hasan Al-Jufri, Habib Hadi bin Alwi Al-Kaff (Malang), Habib Umar bin Zein Al-Haddad (Jember), KH Hasan Abdillah (Glenmoore, Banyuwangi), KH. Suyuti Toha (Delimo, Banyuwangi), KH Hasan Toha (Srono, Banyuwangi), KH Halimi (Besuki, Banyuwangi), habaib serta para ulama Bali dan sekitarnya.
Setelah pembacaan Surah Yasin oleh KH.Hasan Abdillah (Glenmoore, Banyuwangi) dan pembacan Ratib Haddad oleh Habib Abdullah bin Muhammad bin Ali Al-Haddad (Malang). Lepas pembacaan Al-Qur’an dan sambutan panitia, dilanjutkan dengan acara taushiah tiga Habaib dari kota Malang, Jawa Timur yakni Habib Hasan Al-Jufri, Habib Hadi bin Alwi Al-Kaff dan Habib Muhammad bin Idrus Al-Haddad. Selepas pembicara terakhir, Habib Muhammad bin Idrus Al-Haddad menceritakan sekelumit manakib dan nasehat-nasehat Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, acara kemudian ditutup dengan doa oleh KH Hasan Abdillah. (Baca: Haul Pengibar Bendera Alawiyin, alKisah No.26/IV/2006).
Ba’da ashar, pengajian diadakan di dealer Motor An-Nur, kediaman Hj.Insiyah Yusuf, Jl Pulau Buru, Denpasar. Acara dibuka dengan tahlil dan Yasin oleh KH Suyuti Toha (Delimo, Banyuwangi) dan berlanjut dengan taushiah oleh Habib Hadi bin Alwi Al-Kaff (Malang) yang menyampaikan tentang pentingnya berdzikir kepada Allah SWT dan bakti kepada orang tua.
Dalam kesempatan itu, Habib Hadi juga menjelaskan tentang keutamaan membaca Al-Qur’an. “Pembacaan Al-Qur’an itu pahala sangat besar sekali. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ’Surah Fatihah dibaca dengan tujuan apa pun, insyaallah akan dikabulkan Allah SWT’. Begitu pula dengan Yasin, bahkan secara keseluruhan dari ayat apa pun yang kita baca, dengan tujuan apa pun, itu diterima oleh Allah SWT.”
Habib Hadi dalam pengajian itu juga menjelaskan tentang keutamaan menghadiri majelis-majelis dzikir dan ilmu.“Di dalam majelis-majelis dzikir pasti akan diberi empat hal; turun kepadanya ketentraman jiwa (sakinah), menebarkan kasih sayang (rahmah), didoakan oleh para malaikat, akan dibanggakan oleh Allah SWT di hadapan para malaikat,” kata Habib Hadi.
Acara pengajian ini juga sekaligus pelepasan Hj. Insiyah Yusuf (sahibul bait, tuan rumah) yang berangkat haji pada tahun ini, lantas ditutup dengan doa oleh KH. Aslam Raharjo (Parangharjo, Banyuwangi) dan KH. Hasan Toha (Srono, Banyuwangi).
Malam hari selepas shalat Isya, kembali para habaib mengisi pengajian di Masjid Al-Ikhlas, kampung Monang-maning, Denpasar. Acara yang digelar oleh Ikatan Remaja Masjid Al-Ikhlas (IRMA) dibuka dengan pembacaan kalam ilahi oleh ustadz Abdullah dan sambutan ketua Yayasan Al-Muhtadin, H. Nur Zainuddin.
Habib Hadi bin Alwi Al-Kaff dalam taushiahnya menyampaikan tentang taubat, ”Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengampuni dosa syirik, tetapi selain syirik Allah akan mengampuni. Jadi, dosa apa pun yang kita lakukan, insyaallah akan diampuni bila meminta ampun kepada-Nya (taubat), rasa menyesal atas dosa-dosanya dan berjanji untuk tidak mengulanginya.” Selepas diberikan taushiah oleh Habib Muhammad bin Idrus Al-Haddad acara ditutup dengan dengan doa oleh Habib Abdullah bin Muhammad Al-Haddad.
Senin
Senin pagi (4/12) lepas shalat subuh berjama’ah di Masjid Baiturahman, Jl Mawar, Kampung Jawa, Denpasar kembali Habib Hadi Al-Kaff mengisi taushiah tentang pentingnya tholibil ‘ilm (mencari ilmu) sebagaimana perintah Allah SWT dalam QS Al-Mujadillah :11, ”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” Habib Hadi juga mengingatkan jamaah tentang perintah menuntut ilmu dari hadits Rasulullah SAW yang berbunyi, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim laki-laki dan perempuan.”
Selain Allah mengangkat derajat orang-orang mukmin karena ilmunya, lanjut Habib Hadi, Allah SWT juga menjadikan mereka dalam kebaikan sebagai pemimpin dan pemberi petunjuk yang diikuti, petunjuk yang dalam kebaikan. “Jejak para ahli ilmu akan diikuti dan perbuatan-perbuatannya pun diamalkan,”katanya.
Selepas acara, rombongan kemudian bersilaturahmi dengan tokoh Islam Kampung Jawa yakni H. Kholid yang terletak persis di samping masjid Baiturrahman.
Lepas shalat dhuhur, rombongan kemudian berziarah ke makam salah satu dari Wali Pitu di Bali, yakni makam Habib Idrus Al-Hamid yang terletak di komplek makam Karangasem, Kabupaten Klungkung. Jama’ah membaca Yasin dan Tahlil dipimpin oleh Habib Abdullah bin Muhammad Al-Haddad. Acara kemudian berlanjut dengan berkunjung ke komplek Pondok Pesantren Nurul Musthofa, yang diasuh oleh Habib Thalib Assegaff dan ustadz Khoeron. Pondok pesantren ini terletak kampung Gelgel dan dalam pembinaan langsung dari Habib Taufik bin Abdulkadir bin Husein Assegaff (Pasuruan). Saat di halaman pondok, Habib Abdullah Al-Haddad kembali didaulat untuk memimpin doa di halaman pondok, semoga semakin makmur dan berkembang.
Malam lepas shalat Isya diadakan pengajian di kediaman H. Mansyuri yang terletak di Jl Imam Bonjol No 28, Perumahan Mutiara, Denpasar. Selepas pembacaan Yasin dan Tahlil yang dipimpin oleh Habib Hadi Al-Kaff, acara berlanjut dengan taushiah dari Habib Hasan Al-Jufri yang menyampaikan tentang pentingnya mengingat Allah SWT. Materi ceramah dikemas dengan selingan humor-humor segar, logat bahasa Madura, membuat jemaah betah di tempatnya sampai acara berakhir.
Habib Hasan Al-Jufri mengisahkan sahabat Tsalabah yang tidak punya harta kemudian menjadi kaya raya berkat doa Rasulullah SAW. Namun setelah kaya raya, Tsalabah menjadi jauh beribadah kepada Allah SWT, akhirnya Rasulullah kembali berdoa dan Tsalabah jatuh miskin. “Dari kisah Tsalabah kita harus belajar, harta itu merupakan cobaan. Ketika Tsalabah diperintahkan shalat, tidak mau, Rasulullah SAW cinta Tsalabah agar ia kembali beribadah kepada Allah SWT.”
Pengajian yang banyak diikuti oleh masyarakat Madura ini kemudian ditutup dengan doa oleh Habib Abdullah bin Muhammad Al-Haddad dan acara berlanjut dengan santap makan malam bersama.
Selasa
Selasa, tepat jam 10.00 pagi, kembali rombongan Majelis Dzikir Ratib Haddad menyambangi kediaman H. Idris bin H Weru yang terletak di Jl Tangkuban Perahu, Kuta, Badung. Acara dibuka dengan pembacaan Yasin dan Tahlil dipimpin oleh Habib Hadi bin Alwi Al-Kaff. Jamaah kemudian dihibur dengan lantunan kasidah yang dinyanyikan oleh Habib Muhammad bin Idrus Al-Haddad.
Acara berlanjut dengan pembacaan Syarah Ratib Haddad karya Habib Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Abdullah Al-Haddad (cicit Sahiburratib Haddad), yang bacakan oleh Habib Muhammad bin Idrus Al-Haddad dan diterjemahkan langsung oleh Habib Hadi bin Alwi Al-Kaff.
Habib Hasan Al-Jufri dalam pengajian itu menyampaikan taushiah tentang keutamaan dan adab berdoa.“Yang paling utama bacaan wirid atau doa adalah; berdoa setelah shalat, membaca al-Qur’an, shalawat atau dzikir, diusahakan menghadap kiblat dan tidak pernah putus (istiqomah).” Setelah ditutup dengan do’a oleh Habib Abdullah bin Muhammad Al-Haddad dan berlanjut dengan acara makan bersama dan shalat dzuhur berjamaah.
Lepas shalat Ashar, rombongan Habaib dan Majelis Dzikir Ratib Haddad menggelar pengajian di kediaman Muhammad Ba Humaid (Umbu), Perumahan Padang Graha Indah, Grobokan, Badung. Acara dibuka dengan pembacaan Yasin dan Tahlil oleh Habib Hadi bin Alwi Al-Kaff dan berlanjut dengan pembacaan Maulid Adzabi. Selepas itu acara berlanjut dengan shalat maghrib berjama’ah dan pembacaan Syarah Ratib Haddad karya Habib Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Abdullah Al-Haddad (cicit Sahiburratib Haddad), yang bacakan oleh Habib Muhammad bin Idrus Al-Haddad dan diterjemahkan langsung oleh Habib Hadi bin Alwi Al-Kaff.
Ba’da Isya, rombongan menutup acara pengajian di Masjid Nurul Islam yang terletak di Kampung Islam Pekalongan, Kampung Kepaon, Pemogan, Denpasar Selatan. Habib Hadi bin Alwi Al-Kaff memberikan taushiah tentang niat.”Amal-amal yang didapat dari niat adalah sesuai dengan yang diniatkan. Jadi perbaikilah niat, karena niat merupakan bagian yang penting dari amal-amal ibadah yang kita lakukan.”
Acara berlanjut dengan tanya jawab antara pembicara dengan jamaah,masih berkaitan seputar niat. Selepas acara, jamaah Masjid Nurul Islam, Kampung Islam Pekalongan masih sempat minta berfoto bersama sebagai kenang-kenangan.
RABITHAH ALAWIYAH
Visi dan Misi
AZAS, VISI, MISI dan TUJUAN, Dalam Anggaran Dasar telah dinyatakan bahwa organisasi ini mempunyai Azas, Visi, Misi dan Tujuan sebagaimana ditetapkan dalam Muktamar,yaitu:
• Azas
Rabithah Alawiyah dibangun dengan azas Islam yaitu berpegang kepada Alquran dan Sunnah Rasul Muhammad SAW, sebagai kelanjutan dari apa yang diwariskan oleh tokoh Alawiyin pendiri Arrabitatoel al-Alawijah, sesuai dengan Thariqah Alawiyah. Menerima Pancasila sebagai azas Negara RI.
• Visi
Menjadi wadah penggerak dan pemersartu Alawiyin di Indonesia.
• Misi
Membina Ukhuwah Islamiyah, meningkatkan kesadaran dan peran serta Alawiyin dalam kehidupan bermasyarakat , menciptakan kader - kader Alawiyin sebagai insan dan pemimpin yang berakhlaqul karimah, menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
• Tujuan
Meningkatkan kesejahteraan lahir batin Ummat Islam Indonesia umumnya dan Keluarga Alawiyin khususnya.
Susunan Pengurus
SUSUNAN KEPENGURUSAN
RABITHAH ALAWIYAH PERIODE 2006-2011
Dewan Penasehat
Ketua : Hb. Abdurrahman Syech Alatas
Anggota :
- Hb. Dr. Syechan Syaukat Syahab
- Hb. Umar Muhammad Muclahela
- Hb. Dr. Quraisy Syahab
- Hb. Husein Ali Alatas
- Hb. Ali Abdurrahman Assegaf
- Hb. Abdurrahman Muhammad Al-Habsyi
- Hb. Abdul Kadir Muhammad Al-Haddad
- Hb. Dr. Salim segaf Al-Jufri
- Hb. Muhammad Assegaf, SH.
Dewan Pengawas
Ketua : Muhsein Muhdhor Khamur
Wakil Ketua : Kadzim Salim Al-Hiyed
Anggota :
- Ja'far Al-Haddar
- Ahmad AR. Massawa
- Muhammad Husein Assegaf
- Ketua Jamiat Kheir
- Ketua Daarul Aitam
Dewan Pengurus
Ketua Umum : Zen Umar Smith
Wakil Ketua Umum : Muhsin Idrus Al-Hamid
Ketua : Muhammad Rizik Syahab
Ketua : Ahmad Abdullah Al-Kaff
Ketua : Ahmad Fahmi Assegaf
Ketua : Ismet Abdullah Al-Habsyi
Sekretaris Umum : Umar Ali Az-Zahir
Wakil Sekum : Idrus Alwi Al-Masyhur
Bendahara Umum : Abdulkadir Abdullah Assegaf
Wakil Bend. Umum : Ahmad Umar Muclahela
Bidang Pemberdayaan Usaha :
- Ahmad Riyadh Al-Khiyed
- Naufal Ali Bilfaqih
Bidang Kesejahteraan dan Sosial :
- Abubakar Umar Alaydrus
- Husein Muhammad Al-Hamid
Bidang Pemberdayaan Pemuda Dan Wanita :
- Abdurrahman Alaydrus
Bidang Informasi dan komunikasi :
- Faisal Assegaf
Bidang Organisasi :
- AbdurrahmanAK. Basurrah
Bidang Pendidikan :
- Muhammad Anis Syahab
- Muhammad Idrus Al-Hamid
- Toha Hasan Al-Habsyi
Bidang Dakwah :
- Jindan Naufal Djindan
- Muhammad Vad'aq
- Muhammad Ridho bin Yahya
Program Kerja
I) Maktab Daimi
1.1.Upaya menjadikan Maktab Addaimi satu-satunya lembaga nasab Alawiyin
1.2.Pemutahiran data Alawiyin
1.3.Pelatihan Kader pelestarian Nasab
II) Keagamaan
2.1.Memfasilitasi para Dai Alawiyin dalam kegiatan dakwah di daerah (Cabang)
2.2.Mendokumentasikan kegiatan para Dai yang berkualitas sebagai media dakwah
2.3.Menjadikan potensi seremonial kegiatan keagamaan sebagai media silaturahmi dan pembahasan masalah-masalah aktual.
III) Pendidikan & Kesejahteraan
3.1.Menerbitkan buku panduan untuk menumbuhkan ghiroh Alawiyin
3.2.Memfasilitasi forum komunikasi lembaga pendidikan milik alawiyin minimal satu tahun sekali
3.3.Pemberian beasiswa bagi pelajar/mahasiswa Alawiyin berprestasi yang tidak mampu
3.4.Mengupayakan peluang beasiswa pendidikan dari lembaga Luar negeri
3.5.Meningkatkan pemanfaatan website Rabithah Alawiyah ( www.rabithah.net)
dan email (sekretariat@rabithah.net)dalam pemberian informasi peluang kerja dan usaha dari dan ke seluruh cabang .
IV) Pendanaan
4.1.Mengaktifkan donatur tetap
4.2.Meningkatkan penerimaaan Zakat,infaq,Shadaqah
4.3.Mendirikan badan usaha/koperasi
4.4.Mengusahakan bantuan dari luar negeri
REKOMENDASI
1. Mendokumentasikan manuskrip dari Alawiyin
2. Mendirikan perpustakaan Ke-Islaman
3. Turut serta dalam pembentukan Rabithah Islamiyah Indonesia.
4. Berperan aktif dalam kegiatan Organisasi Islam
5. Mengadakan pertemuan untuk mengevaluasi program kerja minimal 2 tahun sekali
Jan 6, 2008
Pernyataan DPP Rabithah Alawiyah
Pernyataan DPP Rabithah Alawiyah
Dalam menangani dan menghadapi tantangan Wahhabi, jangan pula kita lupa satu lagi virus yang amat berbahaya kepada umat Islam, bahkan mungkin lebih bahaya dari Wahhabi, yang boleh menjerumuskan umat ke arah kesesatan dan kebinasaan. Syiah tidak kalah dengan Wahhabi dalam memusuhi dan membunuh Ahlus Sunnah wal Jamaah. Bahkan terdapat kalangan mereka yang terkenal melakukan pembunuhan demi mencapai cita-cita dan hasrat mereka. Sudah tidak menjadi rahsia bahawa kejatuhan Daulah 'Abbasiyyah di Baghdad juga akibat pengkhianatan puak Syiah. Siapa tidak tahu mengenai Nashiruddin ath-Thusi yang sanggup bersekongkol dengan pihak Monggol untuk membunuh kaum Muslimin. Janganlah kerana layap leka mengagungkannya sebagai seorang ahli astronomi dan saintis, maka kita lupa kepada jenayah dan pengkhianatannya terhadap umat ini. Kita tidak tahu entah berapa ramai orang Ahlus Sunnah wal Jamaah telah dibunuh mereka, bahkan sehingga kini Ahlus Sunnah masih ditindas di Iran yang dahulunya adalah negara Ahlus Sunnah. Slogan perpaduan, "la Syiah wa la Sunnah", adalah seumpama slogan puak Khawarij sewaktu memerangi Baginda 'Ali r.a. iaitu perkataan yang benar tetapi tujuannya adalah kebatilan. Jika tidak ada perbezaan antara Sunnah dengan Syiah, maka kenapa perlu kamu wahai Syi`i menyebarkan fahaman kamu dalam negeri kami yang penduduknya telah sekian lama berada di bawah naungan 'aqidah Ahlus Sunnah wal Jama`ah? Allahu ... Allah, sungguh Syiah sama dengan Wahhabi, sama-sama memusuhi Ahlus Sunnah wal Jama`ah dan mereka akan menindas bahkan membunuh Ahlus Sunnah wal Jama`ah apabila dapat berbuat sedemikian. Siapakah kita ini, jika para sahabat yang mulia juga tidak lepas dari kebencian puak tersebut. Waspadalah wahai Sunniyyun.
Kepada keturunan habaib yang kami cintai, janganlah terpengaruh dengan dakyah puak Syiah yang kononnya mencintai kamu. Sungguh kecintaan mereka itu hanya tipuan semata. Berpeganglah kamu kepada jangan para salaf kamu yang mulia agar kalian dapat kami jadikan panutan sebagaimana leluhur kamu terdahulu. Dalam satu pernyataan daripada Dewan Pengurus Pusat (DPP) Rabithah Alawiyah tentang perselisihan Sunni - Syiah dinyatakan antara lain:-
Surat pernyataan dari para ulama, munsib dan tokoh-tokoh keluarga Abi Alawi di Hadramaut dan al-Haramain mengenai urusan seputar Rabithah Alawiyah yaitu "Agar tetap kokoh dan istiqomah di atas fondasi, aturan-aturan dan Anggaran Dasar yang telah disusun oleh para pendiri dan kepengurusan Rabithah Alawiyah terdahulu yang berjalan di atas Thariqah Ahlu Sunnah Wal Jamaah al-Asy`ariyah, mengakui dan mengikuti madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi`i dan Hambali).
Diharap para habaib kita akan terus menjaga jalan para leluhur mereka. Dengan itu, tetaplah kemuliaan berada bersama mereka dan sentiasalah mereka menjadi ikutan dan panduan para muhibbin.
Posted at 08:32 pm by ahlulbait
Asslamu 'Alaikum,
mohon maaf sebelumnya, saya seorang faqir yang melihat, menyaksikan bahwa kebejatan moral pengurus dan anggota arrabitha masih semena-mena dan sangat tidak profesional dalam mengurus nasab keluarga alawiyin yang ingin mengurus nasabnya. bahkan beberapa orng arrabitha langsung memvonis bahwa keluarga tersebut palsu nasabnya. padahal org arrabitha tersebut belum mengecek atw konfirmasi dan mencari kebenaran nasab keluarga tersebut dari hadramaut, yaman atw dari ahli nasab mereka yang katanya kasyaf akan nasab alawiyin. nasab keluarga tersebut dulunya oleh kakek mereka dibuat dan didaftar disana pada tahun 1943, tapi tidak pernah didaftar lagi setibanya di Indonesia karena menurut keluarga tersebut apa yang mereka punya sudah cukup. tapi nyatanya begitu mau didaftarkan lagi, arrabitha langsung memvonis. Berarti organisasi nasab ini yang ada di Indonesia PALSU, karena buktinya kalian tidak bisa konfirmasi dengan ahli nasab dan database nasab di dunia. saya mewakili keluarga tersebut bahwa keluarga tersebut mampu menunjukkan bukti2 otentik dengan adanya nasab asli dari hadramaut (dengan stempel asli) berupa lembaran karton (100 cm X 50 cm). bagaimana arrabitha mampu bertanggung jawab kepada ALLAH, RASULULLAH S.A.W. & HABABA FATHIMAH serta keluarga tersebut tentang ke-aroganan dan kebejatan arrabitha yang berani melakukan hal tersebut???????
jika alfaqir fitnah atw mengada-ada, saya bersumpah semoga ALLAH, RASULULLAH S.A.W. & HABABA FATHIMAH melaknat alfaqir.
Posting Komentar